Para bapak Ibu guru hari ini sedang menghadiri rapat di kantor, dan siswa-siswi hanya diberikan tugas untuk mengisi waktu kosong ketika tidak ada guru pengajar di kelas mereka.
Tapi namanya juga murid, kalau diberi tugas waktu jam kosong. Separuh mengerjakan, separuhnya lagi party di kelas.
"Aura cantik, nanti kalau tugas lo selesai gue contek ya," ujar Vino kepada salah satu cewek terngambis di kelasnya.
"Enak aja lo main salin jawaban orang, dikasih otak buat apa kalau bukan buat mikir, mau enaknya doang, enteng banget hidup lo," jawab Aura.
"Dih santai aja kali, kalau gak mau juga enggak apa-apa gue gak maksa. Anak pinter di kelas ini bukan lo doang," ucap Vino lalu pergi dari tempat duduk Aura, karena tidak mendapatkan apapun dari gadis itu selain semprotan
"Resya manis, lihat bukunya dong, lo pasti sudah kan?" Vino beralih pada bangku sebelah Aura yang juga terkenal pintar, tapi lebih kalem.
Tipe ngambis dikelas ini itu ada tiga, yang pertama Aura—pintar tapi galak sedikit susah kalau dimintai contekan, kedua Resya—si kalem. Dan ketiga, Genandra—pintar tapi dingin, jarang sekali siswi yang berani meminta jawaban kepada Genandra, kebanyakan dari mereka merasa takut, serta gugup jika sudah berada di dekat lelaki tampan tersebut.
"Boleh, nih!" balas Resya memberikan buku catatannya kepada Vino.
"Makasih banyak Resya, lo baik banget, gak kayak sebelah bangku lo itu pelit anaknya. Pelit-pelit nanti kuburannya sempit," sindir Vino.
"Apa lo? Gak suka?" sahut Aura.
"Apaan sih, gue gak lagi ngomong sama lo, ngerasa ya? Lo kok betah sih Sya duduk di sini, sebelahan sama orang emosian macam dia. Kalau gue mah langsung minta ke wali kelas buat pindah tempat duduk gue."
"Aura anaknya baik kok Vin, kita sering kerja sama buat kerjain tugas. Gue suka duduk di sini," balas Resya lembut.
"Tuh dengerin! Punya telinga gak?" celetuk Aura.
"Iye."
"Kemarin sore Lo kemana Van? Tumben gak ikut latihan basket," tanya Alam kepada Novan, kebetulan tugas mereka bertiga sudah selesai jadi bisa bersantai.
"Mama gue kemarin masuk rumah sakit lagi Lam, penyakitnya kambuh lagi, kata dokter gak boleh terlalu kecapekan sama banyak pikiran," balas Novan, raut wajahnya terlihat sedih tidak seperti biasanya.
"Sekarang gimana kondisinya?" ujar Genandra ikut bertanya.
"Masih sama, cuman Mama gue maunya pulang dia gak mau dirawat di rumah sakit, dia maunya dirawat di rumah aja."
"Owh, semoga Mama lo cepet sembuh ya Van, tenang aja kalau besok lo gak masuk latihan lagi, gue bakal izinin ke pelatih," jawab Genandra.
"Iya Van, untuk sekarang lo fokus buat rawat Mama lo aja. Untuk urusan itu biar kita yang urus," sahut Alam.
"Iya, thanks ya," Novan tersenyum kecil, ia merasa terharu dengan sikap baik kedua temannya itu. Dirinya merasa sangat beruntung, bisa mempunyai seorang sahabat seperti Genandra dan Alam, mau mendengarkan masalahnya serta memberikan sebuah solusi.
"Oh ya, nanti sepulang sekolah kita ngopi bareng yuk!" ajak Alam.
"Maaf Lam gue gak bisa, kan sudah gue bilang Mama gua lagi sakit," balas Novan.
"Oh iya juga, kalau lo Ge? Ada waktu gak?" tanya Alam kepada Genandra.
"Gua juga gak bisa, lagi ada urusan penting," balas Genandra.
"Ya masa gua harus ngopi sendirian sih, emang lo mau pergi kemana sih bro? sampai pake kata penting segala."
"Ada deh," jawab Genandra merahasiakan hal tersebut, tidak mau memberitahukannya kepada Alam.
"Perasaan setiap hari Kamis lo selalu bilang ada urusan penting deh, gue jadi curiga."
"Kalau gue kasih tahu lo berdua juga gak bakal paham."
"Hm iya deh terserah lo," ujar Alam yang akhirnya hanya bisa pasrah, walaupun ia dibuat sangat penasaran, sebenarnya apa itu urusan penting yang Genandra maksud, dan kenapa harus setiap hari Kamis.
********
Sepulang dari sekolah, tanpa pikir panjang Genandra langsung lekas keluar dari dalam kelasnya dengan terburu-buru menuju ke tempat parkir. Segera mengambil sepeda motornya, dan pergi menuju ke sebuah tempat yang biasa ia datangi setiap hari Kamis.
Tetapi, sebelum menuju ke tempat tujuan utamanya, seperti biasanya juga ia mampir terlebih dahulu ke toko bunga. Si penjual itupun sudah tahu kalau Genandra pasti akan datang ke tokonya hari ini, bahkan sudah mempersiapkan sebuket bunga mawar, dan juga bunga tabur pesanan anak tersebut.
Setelah selesai mengambil pesanan bunganya itu, Genandra kembali menaiki motornya menuju ke tempat tujuan utama.
Sesampainya di sana, sepeda motornya ia letakkan di tempat parkir yang sudah disediakan, dan segera masuk ke dalam sambil membawa bunga.
Kini Genandra sudah sampai, kedua bola matanya menatap nanar, rasa sakit dan sedih yang sangat mendalam timbul dari dalam hati juga pikirannya. Hanya senyuman kecil yang bisa ia lakukan untuk saat ini.
"Aleena, gue di sini, sesuai janji kita gue akan datang ke makam lo dengan membawa bunga mawar yang lo suka," ujarnya sambil menatap batu nisan yang bertuliskan nama Aleena di hadapannya.
Genandra berjongkok di depan makam tersebut, lalu menaruh sebuket bunga spesial itu dan mulai menaburkan bunga di atas makamnya.
Ternyata inilah urusan penting yang Genandra maksud, mendatangi makam almarhumah Aleena yaitu kekasihnya yang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Setiap melihat makam Aleena, Genandra selalu menyalahkan dirinya sendiri, ia merasa sangat bersalah atas kematian gadis itu. Kenapa sebagai seorang laki-laki, ia tidak dapat menyelamatkan nyawa kekasihnya sendiri.
"Gimana keadaan lo sekarang? Pasti sudah gak nahan sakit lagi kan? Pasti lo sudah bahagia di sana," ujar Genandra mengelus batu nisan itu penuh kasih sayang.
"Lain kali datang ke mimpi gue yah Al, gue kangen soalnya," sambung Genandra, lalu beberapa menit kemudian memutuskan untuk kembali pulang.
********
Baru saja dia tiba di pintu keluar pemakaman, Genandra sudah disambut oleh seorang laki-laki yang wajahnya terlihat lebih dewasa dari dirinya.
"Permisi, apa benar kamu yang bernama Genandra?" tanyanya.
Semangat kak yok up lagi😗
Comment on chapter Mas fiksi lebih menggoda