Read More >>"> The Devil Soul of Maria [18+] (Chapter 8) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Devil Soul of Maria [18+]
MENU 0
About Us  

Kembali ke satu bulan yang lalu tepatnya setelah Meira dan Tommy menyelesaikan tugas dinas mereka.

Tidak butuh waktu yang lama, tiga hari setelahnya gosip buruk tentang Meira menyebar luas hampir keseluruh penjuru kantor.

Awalnya hanya terdengar bisik-bisik di belakang Meira, namun beberapa orang mulai berani bertanya langsung kepadanya perihal peristiwa itu.

"Mer, apa benar selama menyelesaikan pekerjaan dinas kemaren kamu menginap di hotel sama pacarmu?"

Meira yang mendengar pertanyaan itu tentu langsung mengerutkan keningnya.

"Maksudnya?" Meira menatap serius Fanny dari Departement PPIC.

"Please Mer, jawab yang jujur ya. Aku yakin kamu bukan orang yang seperti itu tapi gosipnya udah menyebar kemana-mana." Fanny berkata seolah berpihak di sisi Meira.

"Kalau kamu yakin aku bukan orang yang seperti itu, harusnya kamu nggak nanya gini dong Fan." Meira tersenyum ke arah Fanny.

"I wanna know what happened that day Mer! Tell me."

"There is nothing happen Fan."

Saat Fanny ingin mengajukan pertanyaan lain, Melvin yang diikuti Andrei di belakangnya menyela mereka.

"Mer, emm this-" Melvin terbata-bata pada kalimatnya.

"Meira, ikut saya ke ruang bundar ya." Andrei langsung bersuara lantang. Membuat orang di dalam pantry terdiam. Selain Fanny, Meira dan Melvin ada tiga orang dari Departemen Finance di sana.

Tanpa perlu diragukan lagi, sedetik setelah Meira meninggalkan ruang pantry, semua orang di dalam sana langsung berspekulasi dengan ide mereka sendiri. Hanya Melvin dan Fanny yang saling tatap dengan hening.

Ruang bundar merupakan ruang rapat yang berukuran 4 kali 3 meter. Tidak ada yang istimewa dari warna dindingnya, hanya abu-abu putih menunjukkan kesan bersih dan elegan.

Di bagian kanan terdapat layar proyektor yang tergelar panjang guna menutupi jendela kaca di belakangnya.

Hal yang paling mencolok dari ruangan itu adalah meja bundar yang diletakkan di tengah dengan empat kursi ergonimis berwarna hitam memutarinya. Ruangan itu sering digunakan untuk rapat singkat antar Departement.

Itulah sebabnya ruangan itu disebut ruang bundar. Bukan karena ruangnnya berbentuk bundar namun karena salah satu unit di dalamnya berbentuk bundar.

Sedikit unik namun begitulah adanya. Orang-orang memang lebih suka mengambil suatu kesimpulan yang mereka nilai gampang untuk diterima.

"Silahkan duduk Mer." Stevanus duduk bersebelahan dengan Andrei. Mereka mengambil sisi pinggir yang otomatis membuat Meira duduk berhadapan dengan kedua pria itu.

"Mer, to the point aja ya. Kita udah denger dari sana-sini." Stevanus yang memulai percakapan.

"Mer, saya mau kamu jawab pertanyaan saya. Apa rumor itu benar?" Andrei gantian berbicara.

Ruangan yang biasanya menjadi tempat rapat itu berubah jadi ruang interogasi. Dengan AC yang dingin dan semua tekanan, Meira merasa ia adalah seorang narapidana di sebuah kantor polisi. Yang membedakan hanya dua orang di depannya bukan inspektor atau investigator namun para seniornya sendiri.

Hening beberapa saat.

Meira tidak langsung menjawab namun malah menatap dua pria itu satu persatu. Kemudian menarik nafas panjang dan menelan ludah.

"Sebelumnya saya mohon maaf, bisa bapak jelaskan dari siapa kalian mengetahui rumor tersebut?"

"Itu-"

"Saya yakin seseorang yang menyebarkan rumor itu adalah orang yang terlibat langsung dalam dinas beberapa hari lalu, benar?"

"Mer, kami ingin jawaban darimu." Andrei menegaskan posisi Meira yang ada di bawah mereka.

"Dan begitu pula saya yakin komunikasi yang baik itu berjalan dua arah. Bukan begitu, Bapak Superintendent?" Meira melayangkan tatapan tajamnya ke arah Stevanus.

Sedangkan pria yang menjadi objek tatapan tegas Meira nampak tidak bisa berkata-kata. Pria berusia tiga puluh lima tahun itu tidak bisa membantah perkataan Meira karena itu adalah kalimat yang sering ia ungkapkan setiap briefing pagi bagaikan jargonnya.

"Saya tau, bapak-bapak sekalian menyimpan rasa percaya pada saya namun juga rasa curiga yang sama besarnya. Oleh sebab itulah saya dipanggil ke ruangan ini."

Semua perusahaan pasti mengharapkan karyawan dapat menjaga nama baik diri dan perusahaannya. Namun dengan adanya gosip mengenai Meira yang tidur dengan pacarnya di hotel saat dinas, tentu telah dianggap mencoreng harga diri dan nama baik perusahaan.

Terlebih gosip itu menyebar dengan beraneka ragam cerita yang dilebih-lebihkan. Membuat sebagian orang yang mendengar menjadi penasaran tentang kebenarannya dan sebagian lagi hanya menerima gosip itu bagai cemilan renyah yang bisa mereka nikmati ketika senggang.

"Saya tidur sendirian malam itu. Saya tidak menghubungi siapapun untuk datang ke kamar saya." Ucap Meira datar.

Hening. Stevanus dan Andrei hanya saling melirik satu sama lain secara singkat.

"Justru yang unik, ada tamu tidak diundang yang memaksa masuk ke kamar saya. Sepertinya yang tidak bisa tidur sendirian malam itu bukan saya tapi orang lain."

"Dan orang lain itu-"

"Pak Tommy." Meira lantang menyebut nama pria yang jadi rekan kerja dinasnya.

"Meira sebaiknya kamu hati-hati karena ini merupakan pencemaran nama baik." Andrei terlihat gusar. Supervisor Meira itu berusaha untuk mempertahankan martabat dan mukanya dihadapan sang bos.

Pencemaran nama baik? Oh My God. Batin Meira mendengus.

"Lantas apakah sekarang saya ini sedang diadili secara sepihak? Kenapa hanya saya yang di bawa kemari?"

"Tunggu dulu. Jelaskan apa yang sebenarnya terjadi hari itu Mer." Akhirnya Andrei mengajukan pertanyaan yang benar. Pertanyaan yang sudah ditunggu-tunggu oleh Meira.

Tanpa berkata sepatah kata pun, Meira merogoh sebuah flashdisk dari saku celana kainnya kemudian menyerahkannya ke Andrei.

"Silahkan. Ini apa yang terjadi pada hari itu."

Di dalam flasdisk itu terdapat rekaman cctv hotel yang berhasil Meira ambil di pagi harinya.

Dengan sedikit berdiskusi dengan staf hotel akhirnya ia diperbolehkan untuk mengkopi datanya.

Mulai dari Tommy yang memaksa masuk ke kamar Meira dan Meira yang tetap berdiri di depan kamarnya hingga Fujiyama datang untuk mengusir Tommy. Kemudian tak lama, pria bule itu pun juga bergegas keluar dari kamar Meira.

Tidak sedetikpun rekaman itu diputus atau diedit. Dan tidak ada jejak Meira mempersilahkan seorang pria masuk ke kamarnya. Tidak pula ia keluar dari kamarnya kecuali di pagi hari.

Lebih menarik lagi di dalam rekam cctv itu terlihat jelas Meira yang memaki dan berusaha mengusir Tommy keluar dari dalam kamarnya. Siapapun yang melihat rekaman itu pasti tau apa yang sebenarnya terjadi tanpa ada penjelasan apa pun.

"Jadi, apakah sekarang kita bisa berkomunikasi dua arah?" Meira menatap kedua pria di depannya sambil menyilangkan kedua tangannya di atas meja.

Terlihat jelas Steavanus tidak terima dengan bukti yang ada. Mukanya menjadi merah padam. Mungkin harga dirinya terluka entah karena hasil dugaannya tidak sesuai keinginannya atau karena rasa malu yang dibuat saudaranya itu begitu nyata bagi dia saat ini.

Investigasi itu dimenangkan Meira. Nyaris saja ia kena Surat Peringatan tingkat dua dan pemotongan gaji.

Namun kemenangan itu juga tidak berarti apa-apa karena tersangka dari semua kejahatan itu tidak mendapat hukuman apa pun sama halnya dengan Meira.

Masalah ini di tutup begitu saja tanpa ada kejelasan yang pasti. Tidak ada keadilan yang seharusnya di dapatkan Meira.

Malah, karena kebenaran yang ditutup-tutupi membuat lingkungan kerja Meira berubah menjadi aneh.

Meira sudah memperkirakan kalau hal seperti ini akan terjadi. Apapun yang ia lakukan, entah ia bersalah atau tidak bersalah ia akan tetap dinilai bersalah secara moral. Sama seperti kejadian yang sudah-sudah.

Kenyataan yang nyata itu tidak terlalu mengganggu Meira. Ia sudah terbiasa. Asalkan ia terbebas dari hukuman dan tetap bisa bekerja seperti biasa saja sudah cukup bagus baginya.

Tentu dengan melihat raut wajah marah Stevanus kala itu juga merupakan point plus baginya. Tidak bisa dipungkiri itu merupakan hal terseru yang pernah ia alami sepanjang masa karirnya.

Selain Steavanus dan Andrei. Melvin dan Fanny juga tau kenyataannya. Meira sengaja memberitahu Fanny tentang kehadiran Fujiyama kala itu dengan tujuan menghabisi rumor yang beredar dengan rumor lainnya.

Dan benar saja, sebulan berlalu rumor mengenai Meira yang membawa lelaki ke hotel pada saat dinas berubah menjadi, Meira yang kenal pria tampan di hotel bak romeo menyelamatkan juliet.

Sayangnya, sang juliet sudah memutus komunikasi dengan sang romeo yang pernah membantunya itu.

 

¤¤¤

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Kesempatan Kedua
896      551     7     
Short Story
The Snow That Slowly Melts
153      94     3     
Romance
Musim salju selalu membuat Minhyuk melarikan diri ke negara tropis. Ingatan-ingatan buruk di musim salju 5 tahun yang lalu, membuatnya tidak nyaman di musim salju. Sudah 5 tahun berlalu, Minhyuk selalu sendirian pergi ke negara tropis sambil menunggu musim salju di Korea selesai. Setidaknya itu yang selalu ia lakukan, sampai tahun ini secara kebetulan dia mengenal seorang dokter fellow yang b...
BALTIC (Lost in Adventure)
4307      1441     9     
Romance
Traveling ke Eropa bagian Barat? Itu bukan lagi keinginan Sava yang belum terwujud. Mendapatkan beasiswa dan berhasil kuliah master di London? Itu keinginan Sava yang sudah menjadi kenyataan. Memiliki keluarga yang sangat menyanyanginya? Jangan ditanya, dia sudah dapatkan itu sejak kecil. Di usianya ke 25 tahun, ada dua keinginannya yang belum terkabul. 1. Menjelajah negara - negara Balti...
Seutas Benang Merah Pada Rajut Putih
1207      638     1     
Mystery
Kakak beradik Anna dan Andi akhirnya hidup bebas setelah lepas dari harapan semu pada Ayah mereka Namun kehidupan yang damai itu tidak berlangsung lama Seseorang dari masa lalu datang menculik Anna dan berniat memisahkan mereka Siapa dalang dibalik penculikan Anna Dapatkah Anna membebaskan diri dan kembali menjalani kehidupannya yang semula dengan adiknya Dalam usahanya Anna akan menghadap...
Accidentally in Love!
394      258     1     
Romance
Lelaki itu benar-benar gila! Bagaimana dia bisa mengumumkan pernikahan kami? Berpacaran dengannya pun aku tak pernah. Terkutuklah kau Andreas! - Christina Adriani Gadis bodoh! Berpura-pura tegar menyaksikan pertunangan mantan kekasihmu yang berselingkuh, lalu menangis di belakangnya? Kenapa semua wanita tak pernah mengandalkan akal sehatnya? Akan kutunjukkan pada gadis ini bagaimana cara...
Di Semesta yang Lain, Aku mencintaimu
501      308     8     
Romance
Gaby Dunn menulis tulisan yang sangat indah, dia bilang: You just found me in the wrong universe, that’s all, this is, as they say, the darkest timeline. Dan itu yang kurasakan, kita hanya bertemu di semesta yang salah dari jutaan semesta yang ada.
Premium
Sepasang Mata di Balik Sakura (Complete)
7465      1891     0     
Romance
Dosakah Aku... Jika aku menyukai seorang lelaki yang tak seiman denganku? Dosakah Aku... Jika aku mencintai seorang lelaki yang bahkan tak pernah mengenal-Mu? Jika benar ini dosa... Mengapa? Engkau izinkan mata ini bertemu dengannya Mengapa? Engkau izinkan jantung ini menderu dengan kerasnya Mengapa? Engkau izinkan darah ini mengalir dengan kencangnya Mengapa? Kau biarkan cinta ini da...
KEPINGAN KATA
406      269     0     
Inspirational
Ternyata jenjang SMA tuh nggak seseram apa yang dibayangkan Hanum. Dia pasti bisa melalui masa-masa SMA. Apalagi, katanya, masa-masa SMA adalah masa yang indah. Jadi, Hanum pasti bisa melaluinya. Iya, kan? Siapapun, tolong yakinkan Hanum!
Into The Sky
420      268     0     
Romance
Thalia Adiswara Soeharisman (Thalia) tidak mempercayai cinta. Namun, demi mempertahankan rumah di Pantai Indah, Thalia harus menerima syarat menikahi Cakrawala Langit Candra (Langit). Meski selamanya dia tidak akan pernah siap mengulang luka yang sama. Langit, yang merasa hidup sebatang kara di dunia. Bertemu Thalia, membawanya pada harapan baru. Langit menginginkan keluarga yang sesungguhnya....
TEA ADDICT
293      189     5     
Romance
"Kamu akan menarik selimut lagi? Tidak jadi bangun?" "Ya." "Kenapa? Kan sudah siang." "Dingin." "Dasar pemalas!" - Ellisa Rumi Swarandina "Hmm. Anggap saja saya nggak dengar." -Bumi Altarez Wiratmaja Ketika dua manusia keras kepala disatukan dengan sengaja oleh Semesta dalam birai rumah tangga. Ketika takdir berusaha mempermaink...