“Bagaimana? Apa musik dan liriknya bagus, Hyori-ya?”
Yul menunggu komentar Hyori atas album demonya, dengan meletakkan laptopnya di atas meja. Demi mendengar pendapat dari Hyori mengenai konsep musik yang di usungnya pada album ketiganya nanti, Yul rela menomorduakan tugas portofolio yang harus ia kumpulkan besok pagi.
Hyori tak langsung memberikan komentar. Kedua tangan lentiknya dengan cepat melepas earphone yang menutupi kedua telinganya, meletakkannya di atas meja sebelum akhirnya memfokuskan iris cokelatnya pada Yul. Kini, Yul dan Hyori balas menatap satu sama lain sebelum akhirnya tawa Hyori pecah. Perempuan manis berambut panjang itu tergelak melihat ekspresi serius di roman tampan Yul.
“Kenapa kau malah tertawa? Aku sedang serius! Apa pendapatmu tentang konsep musik untuk albumku itu?”ucap Yul sembari mencebikkan bibirnya kesal karena Hyori masih terus tertawa.
Butuh beberapa detik bagi Hyori untuk menghentika tawanya. Entah kenapa, Hyori tak pernah bisa melihat ekspresi serius di wajah Yul. Bagi Hyori, Yul tak cocok memasang ekspresi serius, karena setiap hari Hyori melihat tingkah konyol dan manja dari seorang LeeYul. Meski sebenarnya, Hyori sedikit terkejut dengan konsep musik yang diusung Yul pada album ketiganya nanti.
“Ehem, menurutku bagus. Tapi... apa kau yakin menggunakan konsep fresh seperti ini? Apa penggemarmu nanti tidak akan kaget? Sejak awal debut, kau ‘kan punya konsep misterius. Kenapa sekarang kau ingin pakai konsep seperti ini, hm?” Hyori mengangkat sebelah alisnya sebagai tanda herannya pada gaya bermusik Yul di album ketiganya nanti.
“Karena aku ingin mencoba sesuatu yang baru. Konsep ini terlintas begitu saja di kepalaku. Secara mengejutkan direktur agensiku menyetujui konsep ini. Kau tahu sendiri bukan? Direktur agensiku bukan orang yang mudah dibujuk.”
Hyori tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya. “Baguslah jika agensimu menyetujui konsepmu ini. Jadi, single andalanmu dari album ini yang mana? Aku boleh tahu ‘kan?” tanya Hyori yang menggeser duduknya lebih dekat pada Yul dan memasang puppy eyes.
Yul mengernyit jijik melihat Hyori memasang ekspresi lucu andalannya. Yul dengan segera meletakkan sebelah tangan besarnya di wajah Hyori, berusaha menutupi wajah Hyori yang membuat jantungnya berdegup kencang. “Jangan memasang ekspresi menjijikan seperti itu di depanku. Kau lebih mirip babi.”
Hyori menyingkirkan tangan Yul dari wajahnya sedikit kasar. Perempuan itu menggembungkan pipinya dan mendelik tajam pada Yul. “Kau ini tak punya hati ya? Wajah manis seperti Jun Ji Hyun Eonnie ini kau sama ‘kan dengan babi? Astaga! Kau sangat kejam.”
Yul terbahak mendengar Hyori yang lagi – lagi menyebut dirinya mirip seperti aktris senior Korea Selatan, Jun Jin Hyun. Padahal, kalau dilihat dari manapun, Hyori tak memiliki kemiripan apapun dengan aktris Jun Ji Hyun. Memang, Hyori punya badan yang cukup tinggi dan proporsi kaki yang lebih panjang dibandingkan badannya. Tapi, semua itu tak membuat sahabatnya memiliki kemiripan dengan Jun Ji Hyun!
“Sepertinya temanku ini sepertinya harus sering melihat cermin. Bagaimana bisa wajah sepertimu dibilang mirip dengan Jun Ji Hyun Noona! Kau ini tak tahu diri sekali,Hyori-chan~” balas Yul sambil mengacak rambut Hyori, membuat perempuan manis itu berteriak kesal.
“Berhenti mengacak rambutku, Lee Yoda!!!” geram Hyori, lalu bersiap membalas Yul dengan menyerang lelaki itu dengan menggelitik perut Yul.
Yul yang tak menyangka akan diserang dengan gelitikan dari Hyori, jatuh terjengkang ke belakang sambil tertawa dan menghindari serangan Hyori. Hyori menyunggingkan seringai kemenangan melihat Yul yang tak berdaya menghadapi serangannya.
“Ahahahaha Hyori-ya,hahaha aku menyerah hahaha....”
Masih dengan seringai kemenangannya, Hyori bahkan menduduki perut Yul dan terus melancarkan serangan menggelitik perut Yul. “Berani menyentuh rambutku lagi, maka kau akan mendapatkan lebih dari ini,” ancam Hyori tanpa beranjak dari posisinya saat ini.
Yul dengan napas terengah hanya bisa mengangguk pasrah mendengar ancaman Hyori. Berani membuat Hyori marah, Yul pastikan ia akan lebih menderita dari ini, karena ia pernah mengalaminya semasa sekolah. Itu sebabnya, Yul memilih segera menyetujuinya dibandingkan harus menghabiskan waktu berdebat lagi dengan perempuan paling keras kepala bernama Kim Hyori.
Hyori beranjak dari atas badan Yul. Manik cokelatnya masih mengamati Yul yang berusaha mengatur napas sambil merebahkan tubuh di lantai. Hyori berdecak, menyadari sikap kekanak-kanakan Yul tak berubah meskipun sekarang Yul adalah seorang musisi ternama.
“Yul, kau tadi belum menjawab pertanyaanku. Single utamamu dari album ketiga ini yang mana?”
“Aa~ single utama ya, lagu kolaborasiku dengan Sejoon. Lagu dengan nama track pertama,” balas Yul seraya memejamkan matanya sejenak. Menyebut nama Sejoon, otak Yul secara otomatis mengingat percakapannya dengan Sejoon beberapa waktu yang lalu. Percakapan dimana Sejoon secara langsung meminta dikenalkan dengan Hyori. Sebuah permintaan yang sejujurnya enggan Yul kabulkan.
“Kau kembali berkolaborasi dengan Sejoon? Aku yakin single utamamu pasti meledak saat rilis nanti. Kau memilih teman berkolaborasi yang sangat tepat,” komentar Hyori dengan nada riang.
Mendengar nada riang dalam suara Hyori, membuat Yul membuka kelopak matanya dan menoleh untuk memperhatikan ekspresi di wajah Hyori. Entah kenapa, Yul merasa ada ketertarikan dari Hyori pada sosok Kim Sejoon. Sebelum Yul bisa mencegah dirinya, bibirnya sudah terbuka dan memberikan pertanyaan yang membuat Yul mengumpat kesal dalam hati.
“Bicara soal Sejoon, beberapa waktu yang lalu, ia ingin berkenalan denganmu.”
Hyori menolehkan wajahnya secara tiba – tiba pada Yul lengkap dengan raut terkejut di wajah manisnya. “Benarkah? Dia sungguh bertanya seperti itu padamu? Heol, daebak! Aku sudah lama ingin bertemu dengannya.”
Mendengar antusiasme Hyori membuat Yul kembali merutuki bibirnya yang mengatakan tentang keinginan Sehun. Iris gelap Yul menatap lekat Hyori, berusaha mencari tahu seberapa besar antusiasme seorang Kim Hyori untuk bertemu seorang Kim Sejoon. Dan, Yul menemukan sebuah fakta yang membuat hatinya seperti tergores pisau. Kedua manik Hyori berbinar penuh semangat, dan Yul hanya bisa bungkam mendapati kenyataan tersebut.
“Yul, kau ingat temanku, Do Hwayoung, yang sering kuceritakan padamu?”
Pertanyaan Hyori sukses menyentak Yul dari pikirannya. Yul kembali menumpukan perhatiannya pada sosok manis yang duduk menunggu jawaban darinya. Meski sebenarnya Yul tak mengerti topik pembicaraan Hyori, tapi lelaki itu mengingat nama yang tadi disebutkan Hyori. Lelaki itu menganggukkan kepalanya singkat sebagai jawaban.
Hyori menghembuskan napasnya sedikit kasar, lalu merebahkan badannya di lantai, bersebelahan dengan Yul. Iris cokelatnya memandangi langit-langit ruang duduk apartemen Yul. Di dalam hati, Hyori sibuk mempertimbangkan keinginan Hwayoung, setelah mengetahui rahasia terbesar Kim Hyori selama ini. Kim Hyori mengenal LY sebagai seseorang di dunia nyata!
“Hwayoung tahu aku bersahabat denganmu,Yul. Jadi... mmm....”
Hyori sedikit kebingungan menemukan kata yang tepat untuk mengutarakan permintaan Hwayoung padanya. Meski Hyori tahu Yul pasti tak akan menolak permintaan sederhana dari Hwayoung, tapi entah kenapa Hyori merasa tak nyaman karena ini menyangkut privasi Yul dalam dunia nyata.
“Hwayoung itu teman yang menyebut dirinya sebagai fans-ku, bukan? Apa ia memintamu agar bisa bertemu denganku,hm?” tebak Yul.
“Bagaimana... bagaimana kau tahu?”
“Mudah saja. Kau ‘kan pernah bercerita padaku kalau kau punya teman yang punya kadar memuja yang berlebihan untukku. Tapi, aku lebih penasaran, bagaimana ia tahu kalau kau mengenalku?”
“Kau tak ingat? Saat kau menghubungiku lewat video call meminta saran apa kau harus membuang atau memotong pendek ripped jeans kesayanganmu tempo hari?”
Yul terdiam sejenak mendengar potongan informasi yang diberikan Hyori padanya. Hingga akhirnya, Yul mengingat kejadian beberapa hari yang lalu tersebut. “Aa~ video call itu. Tapi, apa hubungannya kejadian video call itu dengan Hwayoung yang tahu kalau kau mengenalku?”
“Bodoh!” Hyori memukul pelan kepala Yul. demi apapun, lelaki ini sedikit payah untuk mengingat hal sepele seperti itu. “Saat kau menelponku, aku meletakkan ponselku di ruang duduk, dimana saat itu aku sedang mengerjakan paper bersama Hwayoung di apartemenku. Ia melihat caller idnya, yang ternyata adalah kau! Tentu saja ia jadi sangat cerewet dan heboh mengetahui fakta itu!”
“Okay, aku mengerti. Jadi, dia memintamu agar bisa bertemu denganku?”
“Begitulah kronologisnya. Jadi... kau bisa mengabulkan permintaan Hwayoung? Aku mohon Yul. Kalau aku tak bisa mengabulkan keinginannya ini, aku pastikan tahun terakhirku di kampus berubah menjadi neraka, Yul,” rengek Hyori sambil menggoyangkan salah satu lengan Yul yang terdekat dengannya.
Yul menghela napas panjang mendengar rengekan Hyori. Lagi, Yul sadar ia tak pernah sanggup menolak keinginan Hyori. Yul selalu melakukan apapun agar perempuan manis yang tengah menggoyangkan lengannya itu tersenyum. Termasuk, kali ini mengiyakan keinginan bertemu dengan Do Hwayoung, tanpa membicarakannya dulu dengan manajernya.
“Tapi minggu ini dan minggu depan aku masih punya jadwal. Aku mungkin bisa meluangkan waktu pada dua minggu yang akan datang. Tidak apa?”
“Benarkah?!” Hyori segera bangun dari posisi rebahannya dan menatap Yul dengan mata membulat sempurna. Hyori tak menyangka kalau Yul begitu mudah mengiyakan permohonannya. “Kau tak sedang bercanda ‘kan?”
“Aku tak sedang bercanda, Hyori-ya. seperti yang sudah kubilang, aku setuju tapi tidak dalam dua minggu ini, okay? Minggu ini sampai minggu depan aku akan ke Spanyol untuk syuting MV.”
“Kau ke Spanyol? Apa kau pergi ke sana bersama Sejoon,juga ?”
Ada perasaan aneh yang menyusup hati Yul saat Hyori menyebut nama Sejoon. Meski begitu, Yul tetap menganggukkan kepalanya. “Ya, aku pergi ke sana bersama Sejoon. Jadi, kemungkinan rencanamu bertemu Sejoon atau aku bertemu temanmu itu, setelah urusanku di Spanyol selesai, bagaimana?”
Hyori terdiam sejenak mendengar tawaran yang diberikan Yul. Hingga sebuah ide terlintas begitu saja di kepalanya. “Yul, bagaimana jika kita bertemu bersama saja? Agar tak terendus media, bagaimana kalau kita bertemu di restauran ibumu saja?”
“Bagaimana kalau kau datang bersama Hwayoung sementara aku dengan Sejoon?”
“Kalau begitu dua minggu lagi kita bertemu di Vincero, setuju?”
“Baiklah. Sekarang, bantu aku packing, Hyori-ya~”
Sebelum Hyori menolak keinginan Yul, lelaki itu sudah bangun dari posisinya dan menyeret Hyori menuju walk in closet miliknya. Tak peduli jika Hyori berteriak karena Yul menarik kaki Hyori seenaknya.
~🌛🌜~