Read More >>"> Under The Moonlight (Page 6: What if...) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Under The Moonlight
MENU
About Us  

 Iris gelap Yul tengah berfokus pada layar laptop di atas meja sementara tangannya sibuk meramu sebuah musik baru. Yul tengah berada di studio musiknya yang berada di salah satu gedung agensi ternama di kawasan Cheongdam, Gangnam. Yul tengah sibuk mempersiapkan lagu baru yang akan ia rilis pada album studio ketiganya, yang dijadwalkan akan rilis musim dingin nanti. Itu sebabnya, akhir-akhir ini Yul begitu sibuk berkutat di studio untuk mengejar deadline albumnya.

 Suara pintu studio membuat perhatian Yul beralih sejenak dari laptop, untuk melihat siapa yang masuk ke dalam ruangan. Manik hitam Yul menemukan rekannya, Kim Sejoon, masuk ke dalam studio yang kini meraih kursi dan duduk di sebelah Yul. Kim Sejoon, salah satu rapper rekan kerja Yul beberapa tahun ini. Lelaki berwajah dingin bak vampir itu, sibuk memperhatikan lagu yang tengah digarap Yul.

 “Hyung, kau yakin akan menggunakan konsep seperti ini untuk album ketiga nanti?” tanya Sejoon dengan nada terkejut setelah melihat komposisi musik yang dikerjakan Yul.

 “Kenapa? Apa menurutmu musik seperti ini tidak cocok untukku?” sahut Yul yang menolehkan sedikit wajahnya pada Sejoon sebelum kembali fokus pada layar laptop.

 “Tidak juga. Hanya saja, apa penggemarmu tidak akan shock dengan konsep musikmu?”

 Yul terkekeh mendengar komentar Sejoon. Sejenak, ia menghentikan kegiatannya dan menatap lekat Sejoon. Rasanya sedikit aneh bagi Yul mendengar lelaki dingin ini tidak irit bicara seperti biasanya. “Sejoon-a, apa hari ini kau salah makan?”

 “Salah makan? Tidak. Aku makan baik hari ini. Apa ada yang salah denganku?”

 “Kau sedikit cerewet dibandingkan biasanya,”balas Yul kalem sambil kembali melanjutkan pekerjaannya.

 “YA~ Memangnya salah jika aku ingin berbicara banyak hari ini? Astaga, mendengar ucapanmu entah kenapa aku terkesan seperti seseorang yang berhati dingin dan tak ingin bersosialisasi dengan orang.”

 Yul tertawa. Iris gelapnya mengerling jenaka pada Sejoon yang memberikan tatapan kesal padanya. Sungguh, menggoda Sejoon adalah salah satu hal menyenangkan bagi Yul di sela-sela kegiatannya. Yul dan Sejoon sudah menjadi rekan kerja selama dua tahun terakhir. Keduanya sering terlibat project musik yang sama oleh agensi tempat mereka bernaung.

 Karena sudah bekerjasama selama beberapa tahun ini, membuat keduanya yang awalnya saling acuh menjadi dekat. Itu sebabnya, Yul tahu jika Sejoon paling tak suka disebut sebagai orang yang cerewet. Lelaki berkulit pucat itu lebih suka dikaitkan sebagai lelaki dengan pembawaan yang tenang, seperti imej yang dibangunnya di depan media dan publik.

 “Aku tak sedang menggodamu. Biasanya kau tak pernah mengomentari jenis musik yang kupilih setiap kali kita berada dalam satu proyek yang sama. Sekarang, kau mulai mengkhawatirkan konsep musik yang kupilih untuk album ketigaku. Tidakkah itu terdengar seperti bukan kau?”

 Sejoon berdecak kesal mendengar alasan yang diberikan Yul karena mengatainya cerewet. Sungguh, kalau saja Sejoon tak ingat jika Yul adalah sunbaenya di industri musik, maka sudah pasti Sejoon akan menjitak kepala Yul.

 “Aku hanya ingin tahu alasanmu menggunakan konsep seperti ini, Hyung! Konsep ini mengesankan jika kau ingin keluar dari zona nyamanmu dalam bermusik. Ho, apa mungkin kau sedang ingin mencoba sesuatu yang baru?”

 “Aku sedang ingin mencoba konsep baru. Sekarang, diamlah. Aku tak bisa fokus karena kau terus bertanya.”

 ”Baiklah. Oh, Hyung boleh kupinjam ponselmu? Aku tadi kemari mau meminjam ponsel karena ponselku tertinggal di rumah. Aku mau menghubungi Kei agar mau menjadi teman kolaborasiku di acara musik nanti.”

 “Ambil saja,” sahut Yul tanpa menolehkan perhatiannya dari layar laptop.

 Karena sudah mendapatkan izin, Sejoon pun meraih ponsel Yul yang tergeletak di sebelah piano Yul. Jari - jari panjang Sejoon dengan cepat membuka kunci layar ponsel Yul, dan terkejut saat melihat wallpaper yang digunakan Yul.

 Foto Yul sedang memejamkan mata sambil bersandar pada bahu seorang gadis yang tengah menutupi wajahnya dengan tangan hingga terlihat eyesmilenya saja. Sungguh, Sejoon terkejut melihat foto Yul dengan seorang gadis, karena sepengetahuan Sejoon, Yul tak memiliki seorang kekasih.

 “Hyung, kau memiliki seorang kekasih?”

 Pertanyaan yang diajukan Sejoon sukses membuat perhatian Yul teralihkan. Yul menatap Sejoon dengan alis terangkat. Lelaki itu tak mengerti dengan maksud pertanyaan Sejoon. “Hah ?”

 “Ini....” Sejoon mengacungkan ponsel Yul yang memperlihatkan wallpapernya. “Kau berfoto dengan seorang gadis. Bahkan memasangnya sebagai wallpaper utama. Ini kekasihmu ?”

 Butuh beberapa detik bagi Yul untuk bisa menemukan jawaban yang tepat. Rasanya ingin sekali Yul mengiyakan pertanyaan Sejoon. Tapi, sisi lain dalam dirinya menyadarkan Yul, jika statusnya dan Hyori tak lebih dari sekedar sahabat. Fakta tersebut membuat Yul akhirnya menggelengkan kepalanya dan tersenyum lemah pada Sejoon.

 “Bukan,itu sahabatku, Kim Hyori.”

 “Sahabatmu? Tapi kupikir kalian lebih terlihat seperti sepasang kekasih bukan sahabat,” jelas Sehun yang tak bisa menutupi rasa terkejutnya.

 “Dia sahabatku, Sejoon-a, bukan kekasihku. Bagaimana? Dia cantik bukan?”

 “Lebih tepatnya manis, Hyung. Karena kau bilang dia bukan kekasihmu, boleh aku berkenalan dengannya?”

~🌛🌜~

 Kim Hyori lagi-lagi mendelik kesal pada temannya, Do Hwayoung, yang lebih asyik menstalk SNS milik LY dibandingkan berkutat dengan tugas kelompok mereka. Hyori sudah kehabisan akal menghadapi Hwayoung yang menobatkan dirinya sebagai fangirl dari LY—elway—rapper jenius Korea Selatan yang sedang di puncak popularitasnya.

 Demi apapun, Hyori ingin sekali menelpon Yul dan memarahi lelaki bertelinga besar itu karena kharismanya di atas panggung sangat berlebihan. Jika saja bukan untuk keselamatannya sendiri, Hyori pasti sudah berkoar di SNS atau di platform online manapun untuk membeberkan keburukan Lee Yul di kehidupan nyata.

 Sayangnya, Hyori tak bisa melakukan itu karena ia tak ingin ikut campur dengan para netizen Korea. Hyori masih menyukai kehidupan normalnya meski sebenarnya ia adalah sahabat dari seorang rapper terkenal sekelas LY. Dan, tidak ada seorangpun yang tahu dengan fakta ini, bahkan, Do Hwayoung, yang menjadi teman kuliahnya sejak semester pertama. Kim Hyori memang sangat pandai menyembunyikan informasi satu ini.

 “Do Hwayoung, sampai kapan kau melakukan kegiatan tak berguna seperti itu? Kau mau namamu kucoret dari paper agar Professor Kang mempermalukanmu di kelas seminar nanti?” ancam Hyori pada Hwayoung untuk yang kesekian kalinya.

 “Hyori-ya, sebentar lagi. Aku janji setelah ini aku pasti akan membantumu mencari bahan untuk paper kita. Tolong, tunggu sebentar lagi saja,” balas Hwayoung tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar ponselnya yang tengah menampilkan music video kolaborasi LY dan Sejoon, yang dirilis awal tahun ini.

 Hyori menggelengkan kepalanya saat mendengar Hwayoung memekik tertahan hanya karena menonton video seperti itu. Demi apapun, Hyori sangat tak mengerti kenapa para gadis seperti Hwayoung bisa memekik segila itu hanya karena sebuah musik video. Hyori memang sudah menonton video klip itu karena Yul memaksanya.

 Hyori akui, Yul dalam video itu terlihat seperti badboy yang bisa menaklukkan perempuan manapun. Tapi, karena Hyori mengetahui Yul yang sebenarnya di dunia nyata, Hyori hanya mendengus dan tertawa karena sejatinya, Yul sangat jauh dari kata badboy.

 Ayolah, LY dan LeeYul seperti dua sisi koin yang berbeda. LY yang begitu kharismatik sementara Lee Yul yang sangat manja dan kekanak-kanakkan. Itu sebabnya, Hyori tak mengerti kenapa Hwayoung, temannya bisa memberikan tatapan memuja pada seorang Yul.

 “Hwayoung-a, apa sebesar itu rasa sukamu pada LY? Sampai kau rela menomorduakan tugas kuliahmu yang di ambang kematian ini?” sindir Hyori sambil menopang wajahnya di atas meja, memperhatikan Hwayoung.

 “Aku sangat menyukainya,Hyori-ya! Aku justru heran, kau ini perempuan normal atau tidak sih sampai bisa mengatakan kalau kau tak akan menyukai LY?” sahut Hwayoung dengan mata masih terfokus pada layar ponselnya.

 Hyori mendengus mendengar pertanyaan Hwayoung. “Sampai kapanpun aku tak akan menyukainya, Hwayoung-a. Tidakkah kau berpikir kalau ia bisa saja punya kepribadian yang berbeda di belakang panggung?”

 “Entahlah. Aku tak peduli jika LY yang sebenarnya memiliki kepribadian yang berbeda. Karena, aku menyukainya, apapun yang melekat padanya, aku pasti akan menyukainya. Kau sendiri, kenapa bisa tak menyukai LY? Tidakkah ia terlihat lovable?” Hwayoung kini memperlihatkan salah satu foto LY untuk pemotretan sebuah majalah.

 “Entahlah,” Hyori mengangkat bahunya tak peduli dan beranjak dari duduknya. “Aku tak bisa melihatnya cukup lovable untukku dari sisi manapun,” lanjut Hyori sambil melangkah menuju pantry apartemennya untuk mengambil minum.

 “Kau gila! Kau menyebut lelaki sepertinya tak cukup lovable untukmu? Astaga! sStandarmu setinggi apa sih, Kim Hyori? LY itu sosok sempurna. Kau tak tahu jika ia mendapatkan predikat sebagai nation boy friend material? Tidakkah sebutan itu bisa membuatmu berpikir jika ia sosok yang diidamkan seluruh populasi perempuan Korea?” ucap Hwayoung sedikit keras agar Hyori yang berada di pantry bisa mendengarnya.

 Hyori tertawa mendengar Hwayoung yang memprovokasi dirinya menyukai seorang LY. Demi apapun, ingin sekali rasanya Hyori berteriak jika ia tahu siapa LY yang sebenarnya di dunia nyata pada Hwayoung.

 “Mungkin akulah satu–satunya dari populasi perempuan Korea Selatan yang tak akan tergoda pada seorang LY,” ucap Hyori sambil tertawa lalu meneguk air mineral yang ia ambil dari kulkas.

 Suara dering ponsel Hyori menginterupsi perdebatannya dengan Hwayoung. Hyori yang sadar jika ia meletakkan ponsel di atas meja kopi ruang duduk, segera berteriak pada Hwayoung untuk mengangkatnya. Hyori kini sedang sibuk memotong red velvet dari kulkas, untuk ia makan bersama Hwayoung.

 Saat Hyori masih sibuk memotong red velvet menjadi beberapa bagian kecil, telinganya mendengar suara pekikan tertahan Hwayoung dari ruang duduk apartemennya. Hyori tak berpikiran aneh hingga ia mengangkat wajahnya dan menemukan Hwayoung menatapnya tajam sambil mengacungkan ponsel yang memperlihatkan panggilan masuk dari seseorang yang tak pernah Hyori duga.

 “Apa maksud dari semua ini Kim Hyori? Apa sungguh ini LY?” desis Hwayoung dengan nada suara rendah dan penuh tuntutan agar Hyori menjelaskan padanya.

 Hyori berdiri mematung. Lidahnya terasa kelu, membuatnya tak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan Hwayoung padanya. di dalam hati, Hyori hanya berharap setelah ini, Hwayoung tak meminta macam-macam padanya karena mengetahui satu fakta penting dalam hidup Kim Hyori. Kim Hyori mengenal LY!

~🌛🌜~

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Nobody is perfect
12138      2173     7     
Romance
Pada suatu hari Seekor kelinci berlari pergi ingin mencari Pangerannya. Ia tersesat, sampai akhirnya ditolong Si Rubah. Si Rubah menerima si kelinci tinggal di rumahnya dan penghuni lainnya. Si Monyet yang begitu ramah dan perhatiaan dengan si Kelinci. Lalu Si Singa yang perfeksionis, mengatur semua penghuni rumah termasuk penghuni baru, Si Kelinci. Si Rubah yang tidak bisa di tebak jalan pikira...
The Black Hummingbird [PUBLISHING IN PROCESS]
18918      1851     10     
Mystery
Rhea tidal tahu siapa orang yang menerornya. Tapi semakin lama orang itu semakin berani. Satu persatu teman Rhea berjatuhan. Siapa dia sebenarnya? Apa yang mereka inginkan darinya?
Tumpuan Tanpa Tepi
6638      2537     0     
Romance
Ergantha bercita-cita menjadi wanita 'nakal'. Mencicipi segala bentuk jenis alkohol, menghabiskan malam bersama pria asing, serta akan mengobral kehormatannya untuk setiap laki-laki yang datang. Sialnya, seorang lelaki dewasa bermodal tampan, mengusik cita-cita Ergantha, memberikan harapan dan menarik ulur jiwa pubertas anak remaja yang sedang berapi-api. Ia diminta berperilaku layaknya s...
DAMAGE
2293      841     2     
Fan Fiction
Kisah mereka berawal dari rasa penasaran Selgi akan tatapan sendu Sean. Ketidakpuasan takdir terhadap pertemuan singkat itu membuat keduanya terlibat dalam rangkaian cerita selanjutnya. Segalanya pun berjalan secara natural seiring kedekatan yang kian erat. Sean, sang aktor terkenal berperan sangat baik untuk bisa menunjukkan kehidupannya yang tanpa celah. Namun, siapa sangka, di balik ...
Let's See!!
1368      664     1     
Romance
"Kalau sepuluh tahun kedepan kita masih jomblo, kita nikah aja!" kata Oji. "Hah?" Ara menatap sahabat kentalnya itu sedikit kaget. Cowok yang baru putus cinta ini kenapa sih? "Nikah? lo sama gue?" tanya Ara kemudian. Oji mengangguk mantap. "Yap. Lo sama gue menikah."
Dialog kala Hujan
489      360     3     
Short Story
Teman sekelas yang berbincang ketika hujan sedang turun deras.
Kare To Kanojo
5192      1453     1     
Romance
Moza tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah setelah menginjak Negara Matahari ini. Bertemu dengan banyak orang, membuatnya mulai mau berpikir lebih dewasa dan menerima keadaan. Perbedaan budaya dan bahasa menjadi tantangan tersendiri bagi Moza. Apalagi dia harus dihadapkan dengan perselisihan antara teman sebangsa, dan juga cinta yang tiba-tiba bersemayam di hatinya. DI tengah-tengah perjua...
Teori dan Filosofi
844      479     4     
Short Story
Kak Ian adalah pria misterius yang kutemui di meja wawancara calon penerima beasiswa. Suaranya dingin, dan matanya sehitam obsidian, tanpa ekspresi atau emosi. Tapi hal tak terduga terjadi di antara dia, aku, dan Kak Wijaya, sang ahli biologi...
Warna Untuk Pelangi
7095      1533     4     
Romance
Sebut saja Rain, cowok pecinta novel yang dinginnya beda dari yang lain. Ia merupakan penggemar berat Pelangi Putih, penulis best seller yang misterius. Kenyataan bahwa tidak seorang pun tahu identitas penulis tersebut, membuat Rain bahagia bukan main ketika ia bisa dekat dengan idolanya. Namun, semua ini bukan tentang cowok itu dan sang penulis, melainkan tentang Rain dan Revi. Revi tidak ...
When I Met You
591      329     14     
Romance
Katanya, seorang penulis kualat dengan tokohnya ketika ia mengalami apa yang dituliskannya di dunia nyata. Dan kini kami bertemu. Aku dan "tokohku".