Loading...
Logo TinLit
Read Story - Under The Moonlight
MENU
About Us  

 Dua orang pemuda tengah asyik bermain games di ruang tengah keluarga Lee. Kedua pemuda itu bahkan masih mengenakan seragam sekolah lengkap, padahal mereka sudah pulang dari sekolah sejam dua jam yang lalu. tapi, tak satupun dari mereka berniat berganti baju dan kini malah asyik terhanyut dengan games yang tengah mereka mainkan.

 “Aarrggh! Kau curang, Sunghyeon!”

 Lee Yul menoleh pada temannya, Kang Sunghyeon, yang sedang tersenyum lebar karena berhasil mengalahkan Yul. Yul yang tak suka kalah tampak mengerucutkan bibirnya kesal pada Sunghyeon.

 “Ya~ Aku tak berbuat curang! Salahmu yang tak bisa bermain lebih baik dariku.”

 Yul menatap Sunghyeon yang mengumbar senyum jumawa padanya. Yul memalingkan wajah dan mencibir tindakan sahabatnya. Sedikit malas, Yul beranjak dari duduk dan mulai mengatur ulang permainan dari awal. Kepala pemuda jangkung itu tengah dipenuhi beragam strategi agar bisa mengalahkan Sunghyeon pada set permainan yang baru.

 “Yul-a, akhir – akhir ini kau jarang sekali berada di dekat Hyori. Biasanya ‘kan kalian tak terpisahkan. Kau sedang ada masalah dengannya?” tanya Sunghyeon di sela-sela games yang akan di mulai.

 “Tidak. Aku tidak ada masalah dengan Hyori. Justru, aku yang sedang menghindarinya,” balas Yul dengan nada tenang. Kedua tangan Yul sibuk menekan tombol – tombol joystick dengan fokus kedua manik pekatnya pada layar televisi.

 “Menghindar? Apa yang membuatmu menghindarinya?”

Sunghyeon menekan tombol pause—menghentikan permainan sejenak. Ekspresi terkejut mendominasi wajah pemuda Kang tersebut.

 Yul sebenarnya merasa jengah dengan pertanyaan yang diajukan Sunghyeon. Ya, sudah hampir tiga minggu ini Yul lebih sering menghindari Hyori. Mereka memang masih pergi ke sekolah bersama. Tapi, jika sudah berada di sekolah, Yul selalu menghilang entah kemana, berusaha tak berada di sekitar Hyori. Yul kira tak akan ada yang menyadari perilakunya tapi Kang Sunghyeon, ternyata sadar akan perilaku anehnya.

 Yul menghela napas panjang dan meletakkan portable joystick di sisi tubuhnya. Bukan tanpa alasan Yul bersikap demikian. Lee Yul terpaksa menghindari Kim Hyori di sekolah, karena semakin hari pemuda itu sadar bahwa rasa suka Hyori pada Junho semakin besar. Terlebih, Yul tahu jika Junho pun memiliki perasaan yang sama.

 “Ya~ Yul-a, apa yang sebenarnya terjadi?”

 Sunghyeon yang merupakan teman semasa kecil Yul—sebelum Yul bertemu dengan Hyori—beralih duduk dari sofa dengan duduk di lantai bersama Yul. Wajahnya terlihat khawatir melihat raut sedih di roman Yul di tambah kedua pundak Yul yang merosot tak bersemangat.

 “Aku baik – baik saja. Aku....”

 “Jangan berani mengatakan kau baik – baik saja. Aku tahu ada sesuatu yang terjadi antara dirimu dan Hyori. Kau menganggapku sebagai temanmu, bukan?”

Sunghyeon mendaratkan tepukan lembut di bahu Yul. Sebuah tepukan yang mampu mengukir senyum tipis di wajah pemuda Lee.

“Hyori menyukai Junho, begitu pula sebaliknya. Aku sengaja menghindari Hyori belakangan ini karena ingin memberikan mereka kesempatan.”

“Apa katamu?” Sunghyeon melotot mendengar penjelasan Yul.

“Aku ingin melihat Hyori bahagia. Hyori selalu tersenyum kalau menceritakan Junho padaku.”

“Lalu bagaimana dengan perasaanmu sendiri? Kau bahkan memendam perasaan pada Hyori sejak lama. Apa kau akan menyerah begitu saja?”

Selama ini Yul memang dekat dengan Hyori tapi Yul tak memiliki keberanian untuk mengatakan hal itu pada Hyori dan memilih menceritakannya pada Sunghyeon. Pemuda bermarga Kang yang sudah menjadi teman main Yul sejak masih memakai diapers itu, sudah menduga jika salah satu dari Yul atau Hyori memiliki perasaan, dan ternyata Yul-lah yang memiliki perasaan terpendam tersebut.

“Sunghyeon, ini tidak sesederhana yang kau pikirkan. Selama ini, Hyori dan aku hanya bersahabat. Rasanya akan sulit jika aku mengatakan kalau perasaanku padanya sudah berubah. Ini akan... aaawwwh!”

Yul meringis sakit sambil mengusap kepalanya yang berdenyut karena di pukul sesuatu. Yul menolehkan kepala dan menemukan Sunghyeon memasang raut kesal dengan joystick berada di salah satu tangannya.

“YA! Kang Sunghyeon!Kenapa memukulku dengan joystick!” geram Yul.

“Kepalamu perlu kupukul supaya otakmu berada pada tempat yang benar. Kau ini bodoh atau bagaimana,sih? Kau baru tahu fakta Junho menyukai Hyori beberapa minggu yang lalu, bukan?” Sunghyeon menatap garang Yul seperti seorang ibu yang sedang mengomeli anaknya.

“Lagipula, dimana letak kata ‘sahabat’ jika kalian lebih cocok disebut sebagai sepasang kekasih. Memiliki baju kembar, sama – sama menjadi prioritas dibandingkan yang lain. Kau bahkan orang yang mencuri ciuman pertama Kim Hyori!”

Masih mengusap kepalanya yang berdenyut sakit, Yul terdiam mendengar sindiran Sunghyeon padanya. Sungguh, Yul sedikit tak mengerti arah pembicaraan Sunghyeon sekarang.

“Tapi ciuman itu ‘kan tidak sengaja. Lagipula, itu tidak bisa dikatakan sebagai ciuman kalau cuma menempel tak lebih dari dua detik. Itu kecelakaan, aku tak sengaja!” sanggah Yul karena Sunghyeon menyinggung kejadian dimana Yul tak sengaja mencium Hyori di pesta ulang tahunnya yang ke empat belas.

“Bagiku tak ada bedanya, bego! Aku tahu, akan terasa aneh jika kau mengatakan suka pada Hyori. Tapi, ini sesuatu yang tak bisa kita cegah, Yul. Sebelum kau menyesalinya di kemudian hari, kusarankan kau mengatakannya sekarang juga. Hatimu akan sakit jika melihat Hyori menjadi milik orang lain!”

Yul di buat bungkam dengan ucapan Sunghyeon. Otak dan hatinya sedang mempertimbangkan saran yang diberikan Sunghyeon. Apa yang dikatakan Sunghyeon benar. Mendengar Hyori menyukai orang lain saja sudah membuat Yul sesak bukan main, apalagi melihat Hyori menjadi milik Junho? Hati kecilnya kini berteriak tak rela.

“Katakan padanya, Yul. Jangan kau pendam lagi perasaanmu,” Sunghyeon kembali menepuk pundak Yul.

Yul tersenyum tipis. “Biarkan aku mengambil keputusan saat pengumuman pemenang kompetisi lagu yang kuikuti keluar.”

“Ah kau mengikuti kompetisi komposer muda itu ya? Hmm pengumumannya tiga hari lagi. Aku juga sedang menunggu hasilnya.”

“Kau juga mengikuti kompetisi itu?” Yul tak bisa menutupi keterkejutannya.

“Tentu saja. Tapi, kita ada di kategori yang berbeda. Kau berada di kategori karya orisinal sementara aku ada di kategori gubahan. Aku masih belum percaya diri jika mengirim karya orisinalku,” jelas Sunghyeon yang kini memfokuskan perhatian pada games.

Yul terkekeh mendengar penjelasan Sunghyeon. Sejak dulu, Yul tahu jika Sunghyeon memiliki passion yang sama dengannya di bidang musik. Tak jarang, mereka sering bermain musik bersama. Yul sebenarnya tahu kemampuan Sunghyeon dalam membuat lagu. Kang Sunghyeon tak hanya berbakat membuat musik, pemuda itu juga dianugrahi suara merdu.

“Kau seharusnya lebih percaya diri mengirimkan karya milikmu sendiri, Sunghyeon. Aku tahu kau sangat berbakat di musik. Lain kali, kau harus mengirimkan musikmu sendiri jika ada kompetisi seperti ini lagi, Kang Sunghyeon.”

Sunghyeon hanya tertawa mendengar pujian sekaligus sindiran halus yang diberikan Yul padanya. Hingga keduanya kembali terbuai dalam permainan yang kembali di mulai.

~πŸŒ›πŸŒœ~

 Yul tak bisa menutupi rasa senangnya setelah telepon yang ia dapatkan beberapa detik yang lalu. Sungguh, Yul tak menyangka jika lagu yang ia kirimkan akan menjadi pemenang pada kompetisi komposer muda yang ia ikuti. Rasa bahagia kini membuncah memenuhi dadanya seolah akan meledak.

 Yul hendak meletakkan ponselnya, ketika dering pesan masuk membuatnya mengurungkan niat. Dengan cepat, jari telunjuknya mengusap layar ponsel. Iris hitamnya membaca pesan masuk itu sebelum akhirnya Yul berlari keluar kamar, membuat keributan di tengah sang ibu yang sedang menyiapkan makan malam.

 “Yul-a! Kau mau pergi kemana? Makan malam sebentar lagi akan siap.”

“Sebentar saja, Ibu. Aku akan segera kembali! Aku pergi menemui Hyori!”

 Yul berlari secepat yang ia bisa menuju rumah Hyori. Gadis manis itu bilang bahwa ia memiliki sebuah berita bagus yang ingin ia katakan padanya. Karena Yul pun memiliki berita bagus yang ingin ia bagi pada Hyori, Yul setuju untuk bertemu dengan Hyori di depan rumah gadis itu.

 Lesung di pipi Yul semakin nyata seiring dengan senyum lebar yang tercetak di wajah tampannya. Kedua ujung mata Yul sedikit menyipit karena senyumnya. Rasa bahagia di dadanya semakin meledak saat melihat sosok Hyori sudah berdiri menunggunya di depan gerbang rumahnya. Sungguh, Yul yakin malam ini akan menjadi malam yang begitu indah untuknya. Ia memenangkan kompetisi komposer muda dan juga akan menyatakan perasaannya pada Kim Hyori!

 “Yul-a!” panggil Hyori yang berlari ke arah Yul lalu menghambur memeluk pemuda tinggi tersebut.

 Yul membalas memeluk bahkan memutar tubuh mungil dalam pelukannya, membuat tawa kecil terdengar dari Hyori. Puas memutar tubuh Hyori, Yul menurunkan kembali gadis mungil itu dan menatap lekat Kim Hyori yang terlihat sangat manis dengan rona bahagia di wajahnya.

 “Coba tebak, aku punya kabar bahagia!” ucap Hyori dengan nada riang.

 “Aku juga punya kabar bahagia. Jadi, siapa yang akan mengatakan lebih dulu?”

 “Kalau kau pemuda yang gentle, seharusnya kau membiarkan seorang gadis berbicara lebih dulu.”

 “Hahaha. Baiklah. Karena aku pemuda yang sangat gentle maka aku membiarkan Nona Kim Hyori mengatakannya lebih dulu.”

 “Baiklah,” Hyori menarik napas dramatis. Gadis itu ingin menggoda Yul yang ia tahu sedikit tak sabaran, hingga iris cokelatnya menatap tepat iris hitam. “Yul-a, Junho baru saja mengatakan suka padaku!”

 Perlahan rasa perih merayapi hati Yul mendengar berita yang terucap dari bibir Hyori. Ia bisa mendengar suara hatinya pecah berkeping-keping. Lee Yul sepertinya sudah bisa menyadari kemana pembicaraan Hyori akan berakhir.

“Aku dan Junho sekarang berpacaran!”

 Seperti balon yang kehilangan udara, rasa bahagia yang tadi meledak di dada Yul, dengan cepat menyusut seiring berita yang disampaikan Hyori. Rasa bahagia itu berganti dengan rasa sesak yang menyakitkan.

 “Benarkah? Wah! Selamat kalau begitu, Hyori-ku sekarang sudah besar. Kau bukan anak kecil lagi sekarang,” balas Yul yang memaksakan untuk tersenyum sambil menepuk lembut kepala Hyori.

 “Aku tak menyangka di akhir masa sekolahku, Junho akan mengutarakan perasaannya. Aku sangat senang! Ah ya, kau bilang punya berita bagus juga. Apa berita bagusmu, Yul~a? Cepat katakan padaku!”

 “Aa~itu. Aku... emm lagu yang kukirim ke kompetisi kemarin berhasil menang. Laguku akan di beli salah satu agensi ternama. Bukankah itu hebat?”

 “Astaga! Yul-ku memang yang terbaik! Aku senang dengan keberhasilanmu!”

 Hyori kembali memeluk Yul seraya melompat riang karena merasa senang atas kabar yang ia dapatkan malam ini. Tanpa Hyori tahu, pemuda jangkung yang ada di depannya berusaha menahan pedih yang mendera hatinya.

 “Terima kasih Hyori-ya. Aku juga ikut senang dengan berita bahagiamu. Akhirnya perasaanmu pada Junho berbalas,” ucap Yul seraya membalas memeluk Hyori.

 Seiring dengan kegembiraan yang dirasakan Hyori malam ini, hati kecil Yul menangis perih. Yul berusaha mempertahankan nada riang menanggapi cerita Hyori. Hingga akhirnya, pertemuan antar dua sahabat itu berakhir.

 Di bawah sinar bulan malam, Lee Yul pulang ke rumah dengan hati remuk redam. Yul mengabaikan panggilan ibunya yang menyuruh makan malam. Yul tak ingin makan malam. Pemuda itu segera masuk ke dalam kamar dan menjatuhkan tubuhnya pada ranjang, hingga airmata perlahan jatuh dari kedua sudut mata.

Hatinya kembali berdenyut sakit seiring lelehan cairan bening yang luruh dari kedua iris gelapnya. Bahunya bergetar hebat karena tak sanggup menahan perih yang dirasakan. Di bawah sinar bulan malam ini, Lee Yul, untuk pertama kalinya merasakan patah hati.

Kenapa? Kenapa perasaan ini sangat menyesakkan?

~πŸŒ›πŸŒœ~

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
With You
2634      989     1     
Fan Fiction
Kesan pertama yang dapat diambil dari seorang Jevano ketika pertama kali bertemu adalah laki-laki berparas tampan dengan aura dingin dan berwawasan luas, tapi sayangnya Jevano tidak peka. Tampannya Jevano itu lengkap, manis, ganteng, cool, dan ga bikin bosen. Bahkan kalau dilihat terus-terusan bikin tambah sayang. Bahkan perempuan seperti Karina yang tidak pernah tertarik dengan laki-laki sebelum...
Di Bawah Langit Bumi
2692      1085     87     
Romance
Awal 2000-an. Era pre-medsos. Nama buruk menyebar bukan lewat unggahan tapi lewat mulut ke mulut, dan Bumi tahu betul rasanya jadi legenda yang tak diinginkan. Saat masuk SMA, ia hanya punya satu misi: jangan bikin masalah. Satu janji pada ibunya dan satu-satunya cara agar ia tak dipindahkan lagi, seperti saat SMP dulu, ketika sebuah insiden membuatnya dicap berbahaya. Tapi sekolah barunya...
Kisah Kita
2082      738     0     
Romance
Kisah antara tiga sahabat yang berbagi kenangan, baik saat suka maupun duka. Dan kisah romantis sepasang kekasih satu SMA bahkan satu kelas.
Eternal Sakura
1011      580     1     
Short Story
\"Sampai jumpa tahun esok Hana...!! di hari yang sama, di musim semi ketika bunga Sakura mekar, kami akan mengunjungi mu lagi.......!!\"
Gebetan Krisan
514      365     3     
Short Story
Jelas Krisan jadi termangu-mangu. Bagaimana bisa dia harus bersaing dengan sahabatnya sendiri? Bagaimana mungkin keduanya bisa menyukai cowok yang sama? Kebetulan macam apa ini? Arghβ€”tanpa sadar, Krisan menusuk-nusuk bola baksonya dengan kalut.
Hidden Words Between Us
1417      638     8     
Romance
Bagi Elsa, Mike dan Jo adalah dua sahabat yang paling disayanginya nomor 2 setelah orang tuanya. Bagi Mike, Elsa seperti tuan putri cantik yang harus dilindunginya. Senyum dan tawa gadis itu adalah salah satu kebahagiaan Mike. Mike selalu ingin menunjukkan sisi terbaik dari dirinya dan rela melakukan apapun demi Elsa. Bagi Jo, Elsa lebih dari sekadar sahabat. Elsa adalah gadis pertama yang ...
Premium
Dunia Tanpa Gadget
11935      3062     32     
True Story
Muridmurid SMA 2 atau biasa disebut SMADA menjunjung tinggi toleransi meskipun mereka terdiri dari suku agama dan ras yang berbedabeda Perselisihan di antara mereka tidak pernah dipicu oleh perbedaan suku agama dan ras tetapi lebih kepada kepentingan dan perasaan pribadi Mereka tidak pernah melecehkan teman mereka dari golongan minoritas Bersama mereka menjalani hidup masa remaja mereka dengan ko...
Bulan dan Bintang
6060      1619     1     
Romance
Orang bilang, setiap usaha yang sudah kita lakukan itu tidak akan pernah mengecewakan hasil. Orang bilang, menaklukan laki-laki bersikap dingin itu sangat sulit. Dan, orang bilang lagi, berpura-pura bahagia itu lebih baik. Jadi... apa yang dibilang kebanyakan orang itu sudah pasti benar? Kali ini Bulan harus menolaknya. Karena belum tentu semua yang orang bilang itu benar, dan Bulan akan m...
ALMOND
1106      636     1     
Fan Fiction
"Kamu tahu kenapa aku suka almond?" Anara Azalea menikmati potongan kacang almond ditangannya. "Almond itu bagian penting dalam tubuh kita. Bukan kacang almondnya, tapi bagian di otak kita yang berbentuk mirip almond." lanjut Nara. "itu amygdala, Ra." Ucap Cio. "Aku lebih suka panggilnya Almond." Nara tersenyum. "Biar aku bisa inget kalau Almond adalah rasa yang paling aku suka di dunia." Nara ...
Keep Moving Forward or Nothing
532      356     0     
Short Story
Ketika pilihanmu menentukan segalanya. Persahabatanmu menguatkannya. Kau akan terus maju atau tidak mendapatkan apa-apa.