Setelah selesai dengan pekerjaannya, Fathir segera keluar dari kantor untuk pulang ke apartemen Ganta. Tetapi di tengah jalan, dia berhenti saat melihat sebuah toko bakery. Fathir teringat dengan Nita, lalu memasuki toko bakery dan berniat membelikan beberapa roti di sana untuk Nita.
Saat kesulitan mencari yang mana rumah Nita, Fathir melihat kejadian tak menyenangkan di depan matanya. Seseorang berpakaian hitam-hitam berusaha mencekik seorang perempuan. Fathir berjalan perlahan, "siapa di sana?" teriaknya.
Orang berpakaian hitam-hitam pun nampak terkejut dan langsung menggagalkan rencana jahatnya. Dia lari secepat kilat setelah mengempas si perempuan begitu saja. Saat itulah, ketika hendak membantu perempuan itu, Fathir sadar bahwa yang tergeletak di jalan itu adalah sosok yang akan dia temui.
"Nita!" Fathir berderap mendekati Nita yang ambruk di depan matanya. Paper bag berisi roti yang dipegangnya telah terempas entah ke mana.
"Nita, bangun, Nit. Nita!" Fathir mengguncang tubuh lemah di pangkuannya. Dia dapat melihat bekas kemerahan di leher gadis itu, hatinya langsung nyeri. Fathir menggenggam kepalan tangan kanannya membayangkan penjahat berpakaian hitam-hitam tadi mencekik Nita separah ini.
"Tahan ya, Nit." Dengan tangan gemetaran, Fathir segera menelepon ambulance. Matanya yang berkaca-kaca tak tahan lagi dia sembunyikan. Sambil terus berusaha menyadarkan gadis itu, Fathir mengalunkan nama Nita.
Ambulance datang dan langsung membawa Nita ke rumah sakit terdekat. Fathir ikut dengan mobil tersebut, menemani Nita yang langsung ditangani petugas ambulance di dalam mobil.
Keadaan berangsur membaik setelah dua puluh menit. Nita sudah berada di ruang rawat, namun belum sadar. Fathir setia menemani gadis itu, duduk di sebelahnya sambil menatapnya dengan mata berkaca-kaca.
"Bagaimana kalau aku nggak datang hari ini, Nit? Bagaimana kalau aku telat satu menit saja?" Fathir menggerakkan jemarinya untuk menyentuh punggung tangan Nita. Meski gadis yang terbaring lemah itu menganggap Fathir bukan siapa-siapa, lelaki itu masih tidak percaya bahwa yang kini dia genggam adalah orang asing. "Maaf, Nit. Maaf, lagi-lagi aku selalu terlambat."
Fathir merapikan anak rambut yang menutupi wajah Nita. "Aku janji, Nit. Aku akan menangkap penjahat itu dan membuatnya membayar dua kali lipat atas apa yang dia lakuin ke kamu."
Hai... Part-nya mulai dari sini aku hapus ya. Kalian yang penasaran sama kisah Nita-Fathir-Wisnu bisa baca kelanjutannya versi novel 🤗🥰❤️