Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kinara
MENU
About Us  

Kinara mematikan kompor. Meletakkan telur dadar yang dibuatnya ke atas piring kosong. Membawanya ke arah meja. Di hadapan gadis mungil tersebut.

"Kamu nanti keluar?"

"Kenapa?"

"Yah, keluar begitu."

"Oh, belanja. Tapi, nanti. Mumpung aku lagi free hari ini," kata Kinara."Kamu jaga rumah, ya?"

Srikandhi mengangguk. Menyantap sarapannya yang tampak sederhana itu. Kinara menggeser kursi, duduk. Ikut menyantap makanannya. Beberapa menit, setelah menyantap sarapan, Kinara tidak menyia-nyiakan waktu, segera mandi dan bergegas berganti baju. Pintu kamar terbuka selesai mengganti baju, ia beranjak seraya membawa tas mungilnya keluar dari apartemen."Aku pergi!" teriaknya.

"Ya!" seru Srikandhi dari dalam.

Kinara melangkah menghampiri garasi kecil, lalu menghampiri sepeda melayang-nya dan memakai helm bergambar Doraemon. Berbelok keluar dari kawasan apartemen menuju jalan raya. Berencana untuk berbelanja lebih awal. Panasnya matahari tak memerdulikannya. Dari arah apartemen Gapuran, arah kawasan apartemennya, ia membelokkan sepeda melayang-nya ke arah Supermaket mini. Memasuki area parkir, berhenti. Ia turun, mencabut kunci, beranjak masuk ke dalam. Pintu bergeser otomatis. Hawa AC dingin langsung menyapanya. Ia masuk di antara banyaknya rak-rak. Tangannya meraih keranjang. Walau Supermarket mini, di Supermarket tersebut menjual barang-barang kebutuhan yang terbilang lengkap. Ia melangkah ke arah rak yang menjual sereal. Banyaknya merek sereal yang tersedia. Memilih dan memastikan sereal yang akan dibeli.

"Pilih yang mana, ya?"

Ia memilih sereal yang memiliki kemasan berwarna kuning. Meletakkannya ke keranjang yang dibawanya. Selanjutnya beranjak ke arah rak lain. Di rak berikutnya, melihat ada rak yang menjual celengan berbentuk kotak, ada tonjolan tampak seperti mata. Penasaran, meraih celengan itu. Bila dua matanya dipencet, seketika moncong dari celengan, akan terbuka lebar dan memperlihatkan tempat untuk mengisi uang. Bila ingin memasukkan uang, lewat lubang di tengah dua matanya. Melihat selain celengan, ada beberapa tempat pensil berbentuk lucu. Ada gambar seorang gadis penyihir menggunakan senjata sihir. Tempat pensil itu berwarna biru dihiasi bintang kecil berwarna putih di sekelilingnya. Ada pula wadah pensil berbentuk bulat layaknya kue Klepon, ada beberapa pensil lucu bergambar gadis yang memiliki mata berbentuk salju. Ada mikrofon berdegung. Bila menggunakannya, suaranya akan mendengung di setiap ruangan.

"Hihi. Lucu, ya." Melihat harga celengan mungil itu."Harganya murah. Cuma Rp. 20.000. Kalau begitu, aku beli." Meletakkan ke dalam keranjang. Menghampiri freezer yang menyediakan daging. Terutama daging ayam. Memilih satu dada ayam, memasukkannya ke keranjang, lalu menghampiri rak berisi sayuran.

Dari arah kasir yang juga merangkap si pemilik Supermarket, tampak tidak suka akan kehadirannya langsung mengusir seorang pemuda bertampang kumuh dan memakai lusuh dengan paksa. Pemuda itu tampak meminta makanan. Lantas, sang penjaga kasir memanggil robot satpam.

"Pergi! Pergi sana!" usirnya.

"Sa-saya lapar, Nona... Dua hari enggak makan..." ucap pemuda itu melas.

"Enggak! Enggak! Enggak ada makanan buat kamu! Cepat pergi!" usirnya kasar."Salah-salah pelanggan saya enggak ada yang mau beli di sini lagi!"

Robot satpam segera mengusirnya. Pemuda itu ditarik paksa keluar. Sambil meronta meminta makanan, akhirnya dengan menerima dirinya di usir dan terjatuh ke tanah. Sambil memegangi perutnya yang merintih sakit karena dua hari tidak makan. Kinara melihatnya dari arah jendela merasa kasihan. Melanjutkan mencari bahan-bahan yang diperlukan. Semenit kemudian, ia menghampiri kasir. Sang penjaga kasir menotal belanjaannya. Kemudian memasukkannya ke plastik. Kinara yang menatap jendela, pemuda itu duduk tidak jauh dari arah Supermarket. Mengalihkan pandangan. Belanjaan yang ditotalnya sudah selesai."Totalnya semuanya Rp. 75.000."

Kinara merogoh tas, meraih uang selembaran berwarna merah. Memberikan uangnya dan menerima belanjaannya."Ah." Melihat sebuah roti rasa yang masih dalam keadaan baru."Saya beli rotinya dua."

Sang penjaga kasir mengambil dua roti, memberikannya pada Kinara serta uang kembaliannya.

"Terima kasih," ucap Kinara, bergegas pergi. Pintu terbuka otomatis, ia menghampiri pengemis itu. Pengemis itu duduk masih menahan lapar. Memberikan dua roti kepadanya."Ini buat kamu."

Pemuda itu mendongak. Menatap dua roti di tangan Kinara. Ragu-ragu, dia meraihnya. Menjawab,"Terima kasih."

Kinara tersenyum. Ia tak beranjak menuju sepeda melayang-nya, melainkan duduk di sampingnya."Siapa nama kamu?"

Pemuda itu membuka bungkusnya, aksn melahap roti tidak jadi. Takut-takut."Aku, aku..."

"Namaku Kinara."

"Aku, aku... Namaku Orion..." cicitnya pelan.

"Wah, namamu bagus!"

Pemuda yang menyebut dirinya Orion melanjutkan melahap roti.

"Ya, sudah. Aku pergi dulu. Kapan-kapan kita bertemu lagi." Berdiri, akan berbalik, tangannya ditarik pelan."Eh?"

"Kamu mau ke mana?"

"Hah? Aku mau pulang."

"Kamu punya rumah?"

"Punya. Tapi apartemen."

Alih-alih tanpa berpikir, Orion berkata,"Bolehkah aku tinggal Bersamamu, Kina?"

Kinara melongo mendengarnya. Pemuda gembel ini mau tinggal dengannya?

"Kalau boleh."

Kinara terdiam."Tapi, kamu..."

"Aku tahu aku kotor, kan? Maksudku, pakaianku." Tarikannya diperkuat."Jika kamu enggak izinkan aku tinggal denganmu, aku enggak masalah."

"Baiklah. Kamu boleh tinggal di apartemenku."

"Apa?" Orion tak salah dengar.

"Kamu boleh tinggal di
apartemenku," ulang Kinara.

"Boleh, katamu?"

"Iya, boleh." Kinara memastikan.

Irion berdiri, masih melahap roti. Kinara mendongak, ternyata pemuda ini lebih tinggi darinya."Kita naik apa kalau pulang?"

Pemuda ini ternyata bodoh, pikir Kinara.

"Kita naik sepeda melayang-ku." Kinara mengajaknya ke area parkir. Orang-orang yang mengunjungi Supermarket atau masuk, melihat keduanya heran. Gadis cantik secantik Kinara membonceng, lebih tepatnya membawa pemuda gembel pergi diboncengannya, menggunakan sepeda melayang?

"Jangan pedulikan," tukas Orion.

Kinara mencoba tidak peduli. Memakai helm. Tangannya memvawa kuci dimasukkan ke lubang, dan menyalakan mesin, melayang keluar dari area parkir. Melesat ke jalan raya. Tidak jauh dari arah apartemen, Kinara membelokkan ke gerbang, masuk. Kebetulan saat dirinya keluar tidak ada sama sekali robot satpam yang berjaga. Masih melesat, berbelok ke blok apartemennya. Menyusuri setiap apartemen, sampai di apartemennya yang sederhana. Orion menatap apartemen itu."Inikah apartemenmu?"

"Ya, itu apartemenku. Jelek, ya?"

"Enggak, kok."

Mereka turun. Kinara memasukkan kembali ke garasi. Orion menyusul masuk, melihat seperti ada seseorang yang tinggal selain Kinara. Betapa terkejutnya dirinya saat melihat Srikandhi.

"Huh?" Srikandhi kaget saat ditatap. Terlebih gadis mungil sepertinya membersihkan kamarnya."Kamu siapa?! Kenapa ada cowok gembel masuk ke dalam rumah?!" Mendadak Srikandhi ketakutan.

"Dia Orion," kata Kinara, memberitahu.

"Kenapa kamu membawanya ke sini?! Cepat usir dia!"

"Baiklah, saya akan pergi kalau begitu," Orion akan berbalik keluar.

"Eh, nggak usah!" Larang Kinara."Kamu pergi ke kamar di sebelah sana," tunjuknya ke arah kamar mandi di ujung."Kamu mandilah."

"Euuh..." Srikandhi bergidik.

Orion menurut, beranjak ke arah kamar mandi. Masuk, sembari mengunci pintu. Tak berselang lama, terdengar suara guyuran air. Kinara dan Srikandhi saling menatap.

"Ngapain sih kamu membawa orang gembel kayak dia kemari?!" masih tidak terima.

"Sudahlah, mumpung kita bisa menolongnya."

"Menolong? Kalau yang ditolong model macam dia aku enggak mau, Kinara! Kamu tuh kelewat baik," Srikandhi mencebik.

"Jangan begitu. Ya, kalau dia membalas dengan balasan budi baik. Aku enggak masalah. Tapi, kalau dianya enggak berbalas budi, aku enggak peduli."

"Awas, ya. Kalau kamu tolong tuh orang enggak membalaskan budi. Kamu yang rugi sendiri," tuding Srikandhi.

"Iya, aku tahu," kata Kinara, keluar dari kamar menuju dapur di sebelah. Meletakkan belanjaannya di atas meja. Mengeluarkannya satu per satu isinya di kresek. Memasukkan kemudian ke dalam kulkas. Guyuran air terhenti. Orion di dalam menghadap ke cermin. Acara pembersihan dirinya usai. Dengan rambut dan badan masih basah, ada sesuatu yang membuatnya lupa.

Handuk.

Dia mencoba mencari di sampiran kala orang yang akan memulai membersihkan diri. Di luar kamar mandi yang dilapisi kaca, di dekatnya ada keranjang khusus handuk kering, tidak ada.

"Aduh, bagaimana, nih?" menepuk dahinya pelan. Dengan pelan, membuka pintu, melihat Srikandhi yang sedang memilih buku-buku novel untuk bacaan, meraihnya."Ehem, Gadis Mungil," panggilnya.

Srikandhi yang mulai membaca, menoleh di balik samping tempat tidur."Apa?"

"Anu, bisa saya minta tolong? Tolong ambilin eem handuk..."

Srikandhi mendengus."Kenapa enggak ngambil tuh benda daritadi? Ambil saja sendiri!" jawabnya sarkatis. Kembali dengan bacaannya.

"Aku minta tolong padamu untuk mengambilkan handuk! Cuma sebentar, kok!"

"Ambil saja sendiri! Memang saya ini siapamu?! Babumu?!"

Orion tidak mengerti sifat gadis ini. Gadis mungil ini gadis yang menyebalkan."Kalau begitu, panggilkan Kinara sekarang," pintanya.

"Huh," gadis itu berdiri. Membanting bukunya ke kasur."Baiklah! KINARA! KIINARA!!" pekiknya.

Kinara yang berada di dapur, meletakkan belanja terakhir ke dalam kulkas, sedaritadi mendengar keributan mereka."Kenapa sih mereka itu? Baru bertemu saja sudah bikin ribut!" Setelah meletakkan belanjaannya di kulkas dan rapi, menutupnya kembali. Beranjak menuju kamar.

"KINARA! KINARA!" Srikandhi masih memanggil dengan suara nyaring bak suara Mandrake.

Kinara menghampiri kamar yang pintunya menjeblak terbuka, masuk."Apaan sih kok ribut-ribut?"

"KINARA! KINA—" Srikandhi berhenti berteriak."Tuh, cowok gembel itu mandi enggak bawa handuk!"

"Terus?"

"Aku disuruh ngambilin!"

"Ambilin sudah. Dia kan, cuma minta tolong padamu."

"Kalau begitu, ambilin handuk buat dia! Ogah, aku yang ambilin! Dia punya kaki, ya biar ambil sendiri! Memang aku ini babunya apa?!" Srikandhi tidak suka.

"Ya, deh. Aku ambilin. Kok kamu enggak ambil handuk dulu?"

"Maaf, saya lupa. Ambilin ya, Kina," pinta Orion lagi.

Kinara keluar dari kamar. Menghampiri balkon yang ada di luar apartemen. Tinggal dua orang tersebut di dalam.

"Kamu dimintain tolong kayak begitu, ya? Bilang saja kalau males."

"Heh, aku bukan males, ya! Tapi ogah!"

"Kalau aku sudah mandi kayak begini, kan aku bukan gembel lagi."

"Gembel ya tetap gembel!" Srikandhi merentangkan tangannya ke depan. Dengan sekali tarikan, pemuda itu mendorong keluar dari kamar mandi, terjatuh dengan posisi tersungkur menutupi bagian pentingnya masih dengan telanjang bulat basah.

"Hei!" kata Orion."Kamu sengaja ya mendorongku!"

"Dasar cowok enggak tahu malu!" Srikandhi mendongak angkuh.

"Begitu, ya?" Orion menatapnya tidak suka. Bibirnya menggumamkan sesuatu. Tangan kirinya yang tampak seperti lambang Gapuran, bersinar.

Srikandhi juga menatapnya tidak suka. Merentangkan tangannya kembali, mendorongnya ke atas. Sinar di tangan Orion bersinar terang dan berubah membentuk siluet putih mirip manusia. Berubah menjadi sesosok pemuda tampan berambut panjang berbadan sama dengannya, memakai pakaian layaknya pangeran kerajaan namun di tubuhnya setengah mecha. Dua telinganya mengenakan cuping emas. Berdiri dengan tatapan sama tidak sukanya. Tangannya yang kokoh mendorongnya ke arah dinding. Dinding di sampingnya lamgsung retak.

Bruaak!

Kraak!

"Uaagh...!"

Kinara mengambil handuk yang tersampir di gantungan besi, mendengar suara tubrukan diiringi retakan.

"Suara apa itu?!" katanya, membawa handuk berwarna hijau zamrud di bahunya. Menuruni tangga, masuk ke dalam. Berlari ke arah kamar. Betapa terkejutnya saat menyaksikan adegan di hadapannya.

"Apa yang terjadi?!" Matanya melotot tidak percaya."Kamarkuuu?!" melempar handuknya ke sembarang arah, menghampiri Lakon-nya."Hei, apa yang terjadi? Kutinggal sebentar malah kayak begini!"

Srikandhi berusaha bangun. Tidak bisa berkata.

"Apa yang kamu lakukan?! Ini kamarku, jangan seenaknya menghancurkan tembok kamar orang!" Bergantian menatap sosok di hadapannya. Sosoknya melindungi si pengguna."Kamu juga punya itu, ya?"

"Ya, saya punya," kata Orion."Saya juga seorang Pengguna sepertimu."

Tanpa menyentuhnya, Lakon-nya meraih handuk yang terjatuh, melesat melayang ke atas Orion, Orion meraihnya, melilitkan handuk ke tubuhnya."Biar saya jelaskan."

"Kamarku bagaimana?"

"Setiap Lakon dapat mengembalikan sesuatu seperti semula. Dia juga bisa," Orion menjelaskan."Dia Arjuna, Lakon saya."

"E-enggak tanya," cibir Srikandhi, bangkit perlahan, merintih sakit. Dengan sihirnya menyembuhkan lukanya sendiri.

"Aku enggak tanya juga siapa kamu. Aku tahu kamu sama seperti Arjuna. Iya, kan, Arjuna?"

"Iya, Tuanku," ucap Arjuna sopan.

"Nama Lakon-mu Arjuna? Sejak kapan kamu memiliki Lakon seperti dia?"

"Yang benar seperti Titan," ejek Srikandhi.

Orion tidak menggubris ejekan Srikandhi.

"Sudah lama," kata Orion."Semenjak aku kabur dari rumah." Dia menceritakan sebelum Apa kamu baru menyadari kalau kamu itu seorang Pengguna?"

"Aku baru tahu kemarin," jawab Kinara."Dan bertemu dengan Srikandhi ya kemarin. Tapi, kenapa hanya aku yang bisa memiliki Lakon?"

Orion berpikir sejenak."Kalau itu sih aku enggak tahu, ya. Mungkin saja, kita sebenarnya sudah memiliki kemampuan sejak lahir. Tapi, kitanya saja enggak tahu. Lakon itu bisa saja kita miliki, tapi kitanya saja enggak tahu. Dan, menurut saya, bila dia sejak lahir memiliki sihir dari turun-temurun," jelasnya.

"Berarti aku dari keturunan, dong?" Kinara kembali bingung."Kata Srikandhi, dia dulu pernah mempunyai seorang Spirit sepertiku. Dia enggak saja ingat siapa
Spirit-nya."

"Jadi kamu Lakon kesasar?"

"Enak saja! Daripada kamu, Spirit gembel!" Srikandhi sengit.

Arjuna yang mendengarnya tidak suka. Tidak berbalik menyerangnya. Hanya menghela napas sabar layaknya manusia.

"Kamu paham kan, sekarang, Kina?"

"Aku paham. Dan, cepat kamu bergantilah pakaian," perintah Kinara."Srikandhi, kembalikan kamarku seperti semula. Aku enggak mau kamu sama Arjuna berantem lagi!"

"Tapi, mana pakaianku?" Orion mengulurkan tangannya.

"Sebentar," Kinara beranjak ke arah lemari pakaian. Membuka pakaian yang di rak bawah ada beberapa kaos yang tidak terpakai dan masih terbungkus oleh plastik serta pakaian dalam pria yang sudah dibuka bungkusnya, sudah dalam keadaan cuci bersih."Nih, pakai. Cuma ini yang aku punya. Kalau ada uang, aku akan membelikannya untukmu."

Orion meraihnya."Terima
kasih."

Arjuna di depannya berubah dalam wujud normalnya, mirip manusia. Menunduk hormat."Terima kasih, Anda telah berbaik hati menolong Tuanku."

"Ah, sama-sama." Kinara malu."Kamu sama Srikandhi baik-baik di sini, ya.
Jadilah teman yang baik buat Srikandhi."

Arjuna masih menunduk hormat.

"Baiklah, Nona."

Srikandhi langsung sewot."Apa? Ogah!" Dia meraih buku bacaannya."Mau saja berteman dengannya!"

"Maaf, ya, Arjun, dia sensitif. Aku enggak tahu kalau dia punya sifat seperti itu. Harap maklum."

"Baik, Nona."

Srikandhi tidak peduli, melanjutkan bacaannya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
FaraDigma
1362      681     1     
Romance
Digma, atlet taekwondo terbaik di sekolah, siap menghadapi segala risiko untuk membalas dendam sahabatnya. Dia rela menjadi korban bully Gery dan gengnya-dicaci maki, dihina, bahkan dipukuli di depan umum-semata-mata untuk mengumpulkan bukti kejahatan mereka. Namun, misi Digma berubah total saat Fara, gadis pemalu yang juga Ketua Patroli Keamanan Sekolah, tiba-tiba membela dia. Kekacauan tak terh...
I'm Growing With Pain
14228      2179     5     
Romance
Tidak semua remaja memiliki kehidupan yang indah. Beberapa dari mereka lahir dari kehancuran rumah tangga orang tuanya dan tumbuh dengan luka. Beberapa yang lainnya harus menjadi dewasa sebelum waktunya dan beberapa lagi harus memendam kenyataan yang ia ketahui.
Tetesan Air langit di Gunung Palung
450      313     0     
Short Story
Semoga kelak yang tertimpa reruntuhan hujan rindu adalah dia, biarlah segores saja dia rasakan, beginilah aku sejujurnya yang merasakan ketika hujan membasahi
Antara Depok dan Jatinangor
336      226     2     
Romance
"Kan waktu SMP aku pernah cerita kalau aku mau jadi PNS," katanya memulai. "Iya. Terus?" tanya Maria. Kevin menyodorkan iphone-nya ke arah Maria. "Nih baca," katanya. Kementrian Dalam Negeri Institut Pemerintahan Dalam Negeri Maria terperangah beberapa detik. Sejak kapan Kevin mendaftar ke IPDN? PrajaIPDN!Kevin × MahasiswiUI!Maria
Love and Pain
615      378     0     
Short Story
Ketika hanya sebuah perasaan percaya diri yang terlalu berlebih, Kirana hampir saja membuat dirinya tersakiti. Namun nasib baik masih berpihak padanya ketika dirinya masih dapat menahan dirinya untuk tidak berharap lebih.
Man in a Green Hoodie
5077      1258     7     
Romance
Kirana, seorang gadis SMA yang supel dan ceria, telah memiliki jalan hidup yang terencana dengan matang, bahkan dari sejak ia baru dilahirkan ke dunia. Siapa yang menyangka, pertemuan singkat dan tak terduga dirinya dengan Dirga di taman sebuah rumah sakit, membuat dirinya berani untuk melangkah dan memilih jalan yang baru. Sanggupkah Kirana bertahan dengan pilihannya? Atau menyerah dan kem...
Premium
Sepasang Mata di Balik Sakura (Complete)
14971      2074     0     
Romance
Dosakah Aku... Jika aku menyukai seorang lelaki yang tak seiman denganku? Dosakah Aku... Jika aku mencintai seorang lelaki yang bahkan tak pernah mengenal-Mu? Jika benar ini dosa... Mengapa? Engkau izinkan mata ini bertemu dengannya Mengapa? Engkau izinkan jantung ini menderu dengan kerasnya Mengapa? Engkau izinkan darah ini mengalir dengan kencangnya Mengapa? Kau biarkan cinta ini da...
Alumni Hati
435      224     0     
Romance
📘 SINOPSIS – Alumni Hati: Suatu Saat Bisa Reuni Kembali Alumni Hati adalah kisah tentang cinta yang pernah tumbuh, tapi tak sempat mekar. Tentang hubungan yang berani dimulai, namun terlalu takut untuk diberi nama. Waktu berjalan, jarak meluas, dan rahasia-rahasia yang dahulu dikubur kini mulai terangkat satu per satu. Di balik pekerjaan, tanggung jawab, dan dunia profesional yang kaku...
My Dangerious Darling
4779      1785     3     
Mystery
Vicky, mahasiswa jurusan Tata Rias yang cantik hingga sering dirumorkan sebagai lelaki gay bertemu dengan Reval, cowok sadis dan misterius yang tengah membantai korbannya! Hal itu membuat Vicky ingin kabur daripada jadi sasaran selanjutnya. Sialnya, Ariel, temannya saat OSPEK malah memperkenalkannya pada cowok itu dan membuat grup chat "Jomblo Mania" dengan mereka bertiga sebagai anggotanya. Vick...
When the Winter Comes
60766      8206     124     
Mystery
Pertemuan Eun-Hye dengan Hyun-Shik mengingatkannya kembali pada trauma masa lalu yang menghancurkan hidupnya. Pemuda itu seakan mengisi kekosongan hatinya karena kepergian Ji-Hyun. Perlahan semua ini membawanya pada takdir yang menguak misteri kematian kedua kakaknya.