Read More >>"> Cinta di Sepertiga Malam Terakhir (Part 1 - Anak Sebelah) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Cinta di Sepertiga Malam Terakhir
MENU
About Us  

Tepat dihari ketiga, hari terakhir matsamah tentunya. Lagi-lagi mereka mendapat tantangan dari kakak-kakak kelasnya, kali ini para murid X IPA 1 mendapat tugas untuk meminta tanda tangan dari kakak dan abang senior yang terkesan 'galak'.

"Jangan Fathur, deh. Dia terlalu keras orangnya kasihan mereka nanti." Terdengar diskusi Bang Putra dengan Kak Mayang.

"Udah gapapa, lagian Fathur juga ga bakalan ngapa-ngapain mereka, kok." Kak Mayang meyakinkan.

Bang Putra tak berkomentar apapun lagi. Akhirnya Farah dan kelompoknya ditugaskan untuk meminta tanda tangan seorang abangan kelas yang bernama 'Fathur', katanya sih dia sangat kasar orangnya.

Mereka berenam, termasuk Farah dan Ghali yang beriringan berjalan didepan menulusuri hampir setiap penjuru sekolah, mencari abangan kelas yang bernama Fathur itu.

"Kurang kerjaan kali minta-minta tanda tangan gini. Untuk apa, coba?" gerutu gadis bernama Tika yang berjalan dibelakang Farah.

"Anggap aja kita fans mereka," sahut Ghali, matanya sibuk melihat kesana dan kemari mencari sosok Fathur.

"Kita? Fans mereka?" Farah tertawa sinis, "Ngga kali."

Ghali yang selalu tertawa kecil melihat setiap gerak-gerik Farah kinipun melakukan hal yang sama, mungkin pria itu mulai menyukai gadis disebelahnya.

"Eh-eh," Ghali menghentikan langkahnya dan langkah mereka semuapun ikut terhenti. "Itu Bang Fathur bukan, sih? Coba liat tuh bet namanya," tuturnya sambil memperhatikan pria yang berjalan kearah mereka.

Farah menyipitkan matanya, mencoba membaca bet nama abangan kelas itu.

"Eh iya bener tuh Bang Fathur!"

Beberapa dari mereka saling tatap dan tersenyum senang, itu artinya tugas terakhir mereka selesai dan mereka bisa duduk santai didalam kelas.

Antusias sekali mereka berlari menghampiri pria itu. "Bang Fathur, ya?" tanya Ghali memastikan, tepat saat mereka berada dihadapan pria yang kini tampak bingung.

"Kenapa emangnya?" tanya pria dihadapan mereka.

"Bang, boleh minta tanda tangan, ga?"

"Kalian ini kenapa, sih? Belum juga kenal udah asal minta tanda tangan. Ga mau, ah!" Bang Fathur hendak berjalan meninggalkan mereka.

"Bang jangan gitu dong, kami disuruh Bang Putra sama Kak Mayang untuk minta tanda tangan Abang," kata Tika menghentikan langkah Bang Fathur.

"Eh denger ya, Dek! Kalau aku bilang gak mau ya berarti aku ga mau, ga ada yang bisa maksa!"

Pria itu berjalan lenggang meninggalkan para Adik kelasnya yang tak berdaya itu.

"Bang!"

Suara itu membuat Bang Fathur menghentikan langkahnya, menoleh kebelakang. Farah pemilik suara itu berjalan santai kehadapannya.

"Abang ini kok kayaknya sombong kali, sih? Kami cuma minta tanda tangan Abang bentaran doang, ga sampai lima menit dan tangan Abang ga bakalan pegel, itu juga ga buat abang rugi!"

"Eh anak baru, kamu tau apa sih, hah?!"

"Aku tau, kalau disini ada abangan kelas yang sombong dan merasa hebat, padahal dia ga ada apa-apanya!" Tanpa rasa takut Farah saling bertatapan tajam dengan pria itu.

"Kamu berani, ya!" Bang Fathur mengangkat tangannya hendak memukul gadis dihadapannya.

"FATHUR, JANGAN!!"

Tampak Bang Fatih dengan tangan yang memegang tangan Bang Fathur, menahan tangannya agar tak memukul Farah.

Bang Fathur melepaskan tangannya yang dipegang Bang Fatih. "Ni orang ga ada sopannya tau, gak?! Berani kali dia ngomong gitu sama Abang kelasnya!" Bang Fathur menatap Farah tajam.

"Abangan kelas itu seharusnya jadi contoh yang baik untuk adik-adik kelasnya. Kalau abang kelasnya kayak gini gimana adik kelasnya bisa terima?!" 

Gadis pemberani itu sepertinya belum jera juga walau nyaris ditampar oleh abangan kelasnya.

"Lagian kami udah minta baik-baik kok ke Abang. Tapi abangnya aja yang lagak sombong, apa sih yang abang banggain disini?" sambung gadis itu.

"Eh kamu itu cuma anak yang baru tiga hari disini, tau apa kamu soal aku? Baru juga kenal."

"Iya emang kita baru kenal, Bang. Tapi sekali jumpa sama Abang yang kayak gini, aku tau kalau Abang perlu dididik lagi."

"Farah, udah!" Tegas Bang Fatih.

Gadis itu terdiam, membalas tatapan tajam dari abangan kelasnya yang sombong itu. Setau mereka Bang Fathur adalah anak dari kepala sekolah, mungkin itu yang membuatnya merasa punya kuasa di sekolah itu.

"Kalau dia laki-laki aja tadi udah habis kubuat!" kata Bang Fathur geram, pria itu menatap Farah kesal.

"Fathur udah, tenang. Lagian mereka cuma minta tanda tangan kamu aja, hal sepele. Ayolah kita udah dewasa, masa iya pemikiran kita kalah dewasanya sama adikan kelas?" Bang Fatih mencoba memberi pemahaman pada pria seangkatannya.

Cukup lama Bang Fatih membujuk Bang Fathur, hingga akhirnya Fathur menyerah dan memberikan tanda tangannya pada mereka. Setelah itu dia langsung pergi darisana.

"Bang maaf, ya..." titah gadis itu lembut sebelum Bang Fathur benar-benar pergi.

Hal yang tak terduga hadir, Bang Fathur sedikit tersenyum mendengar penuturan itu dari Farah, manis.

Gadis itu mengerjapkan matanya dua kali memastikan bahwa ia tak salah lihat. Sesaat kemudian Bang Fathur benar-benar sudah tidak ada dihadapannya.

"Makasih ya, Bang. Maaf juga udah ngerepotin."

"Kamu ini kenapa berani kali sih ngomong gitu ke Fathur? Dia bisa berbuat nekat kayak tadi sama kamu, loh."

"Farah kesel aja liatnya, Bang. Mentang-mentang anak kepala sekolah seenaknya aja memperlakukan orang, sombong, Farah ga suka." Gadis itu menjelaskan seperti anak kecil.

"Lain kali jangan gitu lagi, ya. Fathur sebenarnya mudah luluh hatinya kalau kita ngomong baik-baik ke dia. Buktinya tadi kamu berhasil buat dia senyum, jarang-jarang loh dia mau senyum walaupun sedikit ke cewek." Bang Fatih tersenyum kecil.

"Iya dong, mana bisa Bang Fathur ga senyum sama cewek cantik." Lagaknya membanggakan diri.

Bang Fatih tertawa, "Iya-iya Abang akui kamu memang cantik."

***

"Hei!"

Suara itu membuat Farah menoleh kebelakang. Tampak seorang pria seumurannya berjalan menghampirinya sambil menggendong tas ransel berwarna hitam dipunggungnya.

"Mau pulang bareng?" Pria itu menawarkan.

"Ga usah aku bisa pulang sendiri, kok."

"Pulang sendiri naik apa kamu? Kalau dijemput orang tua itu namanya bukan pulang sendiri!" Akbar tertawa.

"Hehee iya itu maksudnya."

Kelas mereka bersebelahan, kenal karena kejadian dihari pertama matsamah. Nomor WhatsApp beberapa anak X IPA 2 yang tertera dihalaman terakhir bukunya, Farah mencoba menghubungi salah satu. Nomor yang asal dipilihnya itu ternyata adalah nomor Akbar. Malam itu juga mereka mulai asik berbalas pesan. Muhammad Akbar Al-Zaid, putra sulung dari tiga bersaudara. Kedua adiknya laki-laki, Mumtaz yang sebaya dengan Nafsah, dan Zidan yang lebih tua setahun dari Adhwa.

"Rumah kamu dimana?" tanya Farah saat keduanya berjalan hendak keluar gerbang sekolah.

"Diatas bumi dibawah langit."

Farah menatap pria yang berjalan beriringan disampingnya. "Samalah ya kita kalau gitu."

"Eh beda, aku dibelahan bumi timur dan kamu dibelahan bumi barat, namun suatu saat kita akan bertemu dalam akad." 

"Aneh." Farah tersenyum simpul. 

"Oh iya kamu pulang naik apa, Bar?" tanya Farah.

"Sepeda,"

"Sepeda? Masih jaman sekarang ke sekolah naik sepeda?"

"Motor."

Farah mengernyit. "Sepeda apa motor?"

"Keduanya."

"Kamu ke sekolah bawa sepeda sama motor? Gimana tuh?"

"Ish bukan, Farah. Maksud aku sepeda motor, kereta." Jelas Akbar dengan tawa kecil mengiringi ucapannya.

Farah tertawa kecil, "Iya-iya aku tau."

"Besok ikut aku ke rumah ya, sekalian kenalan sama bunda," kata Akbar.

"Mau ngapain?"

"Jangan banyak tanya, pokoknya besok ikut aku pulang ke rumahku dulu. Oke, ga ada penolakan."

"Tap--"

"Kamu udah dijemput,tuh. Dah!" Akbar melambaikan tangannya, tersenyum kemudian berjalan menuju parkiran.

Abi menghampiri Farah dengan motornya. "Siapa itu?" tanya Abi.

"Temen Farah, Bi. Besok Farah diundang ke rumahnya." Gadis itu naik keatas motor.

"Ngapain?"

"Liat aja besok ngapain," jawab Farah asal.

"Jangan aneh-aneh," kata Abi yang terkesan tegas.

"Ngga aneh-aneh kok, Bi. Palingan macem-macem." Gurau Farah.

♡♡♡

How do you feel about this chapter?

0 0 1 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
JAR OF MEMORIES
551      368     1     
Short Story
and story about us a lot like a tragedy now
In Your Own Sweet Way
387      270     2     
Short Story
Jazz. Love. Passion. Those used to be his main purpose in life, until an event turned his life upside down. Can he find his way back from the grief that haunts him daily?
SarangHaerang
1985      779     9     
Romance
(Sudah Terbit, sebentar lagi ada di toko buku dekat rumahmu) Kecelakaan yang menimpa saudara kembarnya membuat Hae-rang harus menyamar menjadi cewek. Awalnya dia hanya ingin memastikan Sa-rang menerima beasiswanya, akan tetapi buku harian milik Sa-rang serta teror bunga yang terjadi memberikan petunjuk lain kalau apa yang menimpa adiknya bukan kecelakaan. Kecurigaan mengarah pada Da-ra. Berb...
When You Reach Me
6612      1777     3     
Romance
"is it possible to be in love with someone you've never met?" alternatively; in which a boy and a girl connect through a series of letters. [] Dengan sifatnya yang kelewat pemarah dan emosional, Giana tidak pernah memiliki banyak teman seumur hidupnya--dengan segelintir anak laki-laki di sekolahnya sebagai pengecualian, Giana selalu dikucilkan dan ditakuti oleh teman-teman seba...
Story Of Chayra
8987      2629     9     
Romance
Tentang Chayra si cewek cuek dan jutek. Sekaligus si wajah datar tanpa ekspresi. Yang hatinya berubah seperti permen nano-nano. Ketika ia bertemu dengan sosok cowok yang tidak pernah diduga. Tentang Tafila, si manusia hamble yang selalu berharap dipertemukan kembali oleh cinta masa kecilnya. Dan tentang Alditya, yang masih mengharapkan cinta Cerelia. Gadis pengidap Anstraphobia atau phobia...
Ansos and Kokuhaku
3010      880     9     
Romance
Kehidupan ansos, ketika seorang ditanyai bagaimana kehidupan seorang ansos, pasti akan menjawab; Suram, tak memiliki teman, sangat menyedihkan, dan lain-lain. Tentu saja kata-kata itu sering kali di dengar dari mulut masyarakat, ya kan. Bukankah itu sangat membosankan. Kalau begitu, pernah kah kalian mendengar kehidupan ansos yang satu ini... Kiki yang seorang remaja laki-laki, yang belu...
Semu, Nawasena
6241      2523     4     
Romance
"Kita sama-sama mendambakan nawasena, masa depan yang cerah bagaikan senyuman mentari di hamparan bagasfora. Namun, si semu datang bak gerbang besar berduri, dan menjadi penghalang kebahagiaan di antara kita." Manusia adalah makhluk keji, bahkan lebih mengerikan daripada iblis. Memakan bangkai saudaranya sendiri bukanlah hal asing lagi bagi mereka. Mungkin sudah menjadi makanan favoritnya? ...
Search My Couple
498      271     5     
Short Story
Gadis itu menangis dibawah karangan bunga dengan gaun putih panjangnya yang menjuntai ke tanah. Dimana pengantin lelakinya? Nyatanya pengantin lelakinya pergi ke pesta pernikahan orang lain sebagai pengantin. Aku akan pergi untuk kembali dan membuat hidupmu tidak akan tenang Daniel, ingat itu dalam benakmu---Siska Filyasa Handini.
SUN DARK
364      225     1     
Short Story
Baca aja, tarik kesimpulan kalian sendiri, biar lebih asik hehe
Bait of love
1972      953     2     
Romance
Lelaki itu berandalan. Perempuan itu umpan. Kata siapa?. \"Jangan ngacoh Kamu, semabuknya saya kemaren, mana mungkin saya perkosa Kamu.\" \"Ya terserah Bapak! Percaya atau nggak. Saya cuma bilang. Toh Saya sudah tahu sifat asli Bapak. Bos kok nggak ada tanggung jawabnya sama sekali.\"