Read More >>"> Cinta di Sepertiga Malam Terakhir (Prolog) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Cinta di Sepertiga Malam Terakhir
MENU
About Us  

"Ummi, Farah berangkat, ya. Assalamu'alaikum!" pekik gadis itu diambang pintu.

"Wa'alaikumussalam. Hati-hati!" sahut Ummi dari dapur.

Azhikra Faradhiba yang akrab dipanggil Farah, gadis berperawakan Arab yang sangat manis. Ini hari pertama ia sekolah di Madrasah Aliyah Negeri Palembang untuk melaksanakan MATSAMAH (Masa Taaruf Siswa Madrasah). 

"Yuk, Bi. Berangkat," katanya yang telah duduk diatas sepeda motor yang akan dikendarai oleh abinya.

"Hari ini matsamah, kan? Belum belajar berarti?" tanya Abi sambil menghidupkan mesin motor. Sepanjang perjalanan ke sekolah yang tak terlalu jauh dari rumahnya, Farah bercerita banyak hal pada abinya.

"Belum, Bi. Biasa masih perkenalan gitu sama temen-temen, sama kakak kelas, sama guru-guru, sama lingkungan sekolah juga pastinya. Yaa seputaran itulah," ocehan gadis itu.

"Oiya nanti jangan kelamaan ya Abi jemputnya, nanti kalau anak Abi yang cantik ini diculik abang-abang, gimana? Siapa mau tanggungjawab?" ujar Farah yang kemudian terkekeh dengan ucapannya sendiri.

"Biarin aja, siapa tau si abang jadi imamnya!" Abi tertawa.

Gadis itu menepuk punggung abinya. "Ih, jangan atuh. Farah masih mau sekolah, Abi mah aya-aya wae."

Tepat didepan gerbang sekolah, gadis itu turun dari sepeda motor yang dinaikinya.

"Inget ya, Bi. Jangan lama-lama jemput Farah," katanya sambil membenarkan hijabnya yang berantakan terkena angin diperjalanan tadi.

"Siap, anak manja!" 

Jawaban Sang Abi membuat mata gadis itu membulat, mulutnya sedikit menganga, namun seketika ia tersenyum manis.

"Farah sayang, Abi. See you... Assalamu'alaikum!" katanya sambil mencium khidmat punggung tangan abinya.

"Wa'alaikumussalam."

Ya, begitulah Farah. Anak pertama dari tiga bersaudara, dua adiknya perempuan. Nafsah, yang saat ini duduk dibangku kelas 2 SMP dan Adhwa yang sekarang duduk di kelas 6 SD. Namun dari ketiganya, Farah-lah yang sangat manja pada kedua orang tuanya.

Gadis itu berjalan perlahan memasuki gerbang sekolah, matanya memonitor setiap sudut sekolah. Sunggingan senyum tak lepas dari wajahnya. Senyuman itu pula yang seolah menarik perhatian orang-orang disekitar untuk memandangnya.

Brukk!!

"Aduh!" 

"Eh, maaf-maaf!" kata pria yang menabraknya dari belakang. Pria itu tak menolongnya, malah berlari kecil meninggalkannya.

"Dasar! Ga tanggungjawab banget sih jadi cowok! Awas aja kalau jumpa lagi samaku!" gerutu Farah sambil berusaha bangkit, membersihkan rok abu-abunya yang sedikit kotor.

Bel berbunyi, gerbang sekolah tampak sudah ditutup oleh satpam. Para siswa-siswi baru dibariskan di lapangan sekolah yang cukup lebar. Pembukaan diucapkan oleh Ibu Kepala Madrasah, juga beberapa kata sambutan dari orang-orang penting.

Farah tampak bosan dengan semua yang ada dihadapannya, ditambah lagi punggungnya masih menggendong tas ransel, matahari juga bersinar terik hari ini. Mata indahnya memonitor sekeliling, tampak olehnya ada tempat teduh dibawah pohon tepat dibelakang.

"Shhtt, pindah dong," bisiknya pada gadis dibelakangnya.

Satu persatu, hingga akhirnya ia berada dibarisan paling belakang. Ketika keadaan memungkinkan, ia berjalan mundur kebelakang.

Brukk!!

Tubuhnya menabrak seseorang yang berada dibelakangnya, gadis itu memejamkan matanya berharap ia tak dapat masalah. Ia memberanikan diri menoleh kebelakang.

"Kamu mau ngapain?" tanya pria itu.

Farah menunjukkan deretan giginya, bingung mau menjawab apa. Namun tak lama sebuah ide muncul dipikirannya.

"Mules, Bang." Farah memegangi perutnya.

Seorang pria anggota Organisasi Siswa Intra Madrasah (OSIM) yang ia tabrak tadi mengernyit. "Ayo ikut saya," titahnya.

Gadis itu menepuk keningnya saat salah satu anggota OSIM itu berjalan dihadapannya, Farah mengikuti dengan langkah kecilnya.

"Itu kamar mandinya, cepatlah. Saya tunggu." 

"Eh, ga usah, Bang. Aku bisa sendiri, ga usah ditungguin," katanya canggung.

"Ga usah komen, cepat!" katanya dengan intonasi tegas.

'Sok cool.'

***
"Nah, selama tiga hari kalian akan belajar sama kami. Ngga belajar sih, kita cuma becanda sama main doang. Tapi kadang ada kalanya kita serius, ya!" Jelas Kak Mayang didalam kelas.

"Kak, mau nanya dong." Suara pria dari belakang.

Farah tak menoleh kebelakang, ia sangat tak peduli siapapun yang berbicara. Ya, meskipun sekarang sudah pasti mereka satu kelas, X IPA 1.

"Masing-masing jurusan kelas sepuluh ada berapa kelas yang diterima kak?" 

Masih suara yang sama yang ia dengar. Pandangannya masih menghadap kedepan, memperhatikan abangan kelas yang mengantarnya ke toilet sekolah tadi, lama kelamaan kakak kelas itu terlihat tampan.

"Untuk X IPA ada 3 kelas, X IPS ada 2 kelas, X Agama Islam ada 2 kelas. Jadi kelas sepuluh disini semua ada 7 kelas." Jelas Kak Mayang sebagai salah satu pembimbing di kelas mereka.

"Oke, sekarang biar Bang Putra memperkenalkan diri, ya. Ganteng loh Abang ini, pinter, baik, sholeh, uhh MaasyaaAllah pokoknya cocok jadi calon imam buat adek-adek yang cewek nih siapa tau ada yang mau!" Kak Mayang menoleh pada pria sebaya yang duduk di meja guru, dia tertawa kecil.

Pria yang sejak tadi diperhatikan oleh Farah beranjak bangkit, berdiri tegap dengan badan atletisnya dihadapan mereka semua.

"Perkenalkan nama saya Zhikri Syahputra. Abang kelas XII IPA 3, InsyaaAllah tamat dari sini Abang mau mondok di Pesantren Daarul Yunus, setelah itu mau ambil beasiswa ke Mesir, doain yaa." Bang Putra tersenyum.

Tanpa sadar senyuman Bang Putra menarik senyum Farah turut hadir diwajah manisnya, gadis itu ikut tersenyum melihat Bang Putra yang tersenyum manis di depan kelas.

"Nah, sekarang Bang Putra sama Kak Mayang ada challenge untuk kalian, nih." Bang Putra tersenyum penuh misteri.

"Kalian akan dibagi menjadi 6 kelompok, satu kelompok akan ada 6 sampai 7 orang. Tugas setiap kelompok harus mendapatkan 5 nomor WhatsApp anak kelas sebelah, X IPA 2. Ga boleh sama ya orangnya, paham?" 

Farah tampak mengernyit, mungkin ia sedikit bingung. Bang Putra dan Kak Mayang segera membagi kelompoknya. Gadis itu kaget saat kedua matanya menangkap sosok yang menabraknya tadi pagi.

"Kamu? Aku sekelompok sama kamu?!" tanya Farah seolah tak terima.

"Kamu yang tadi pagi aku tabrak, kan? Maaf ya, aku bener-bener ga sengaja. Tadi aku buru-buru harus ke ruang kepala sekolah. Maaf yaa," ucap pria dihadapannya.

"Udah telat minta maafnya!" ketus Farah.

Gadis itu memalingkan wajahnya. "Mimpi apa aku tadi malam harus sekelas sama orang yang ga tanggungjawab kayak kamu!"

Pria itu tertawa kecil melihat ekspresi Farah. "Kenalin, aku Ghali. Wisnu Ghali Hamdan." Pria itu mengulurkan tangannya.

Farah tertawa sinis, "Terus aku harus jabat tangan sama kamu sambil bilang, 'salam kenal Ghali, aku Farah.' Gitu?"

Lagi-lagi Ghali tertawa kecil melihat ekspresi wajah Farah, "Kamu lucu, ya. Aku suka," tutur Ghali yang kemudian berjalan keluar kelas.

Farah terdiam mendengar ucapan Ghali barusan. "Apa katanya? Suka? Ya Allah... jauhkanlah Hamba dari para buaya yang ada didarat ini!" Ia mengadahkan kedua tangannya menatap keatas seperti orang berdoa.

Kini, tepat diambang pintu kelas X IPA 2. Tak ada satupun dari mereka yang berani mengetuk pintu, dikarenakan didalam ada Ketua OSIM yang sedang menjelaskan suatu hal pada Anak X IPA 2.

Farah berjalan santai memecah kerumunan disekitar koridor X IPA 2, matanya sibuk mencatat sesuatu dibuku kosong ditangannya. Gadis itu sepertinya sangat percaya diri, ia memasuki kelas X IPA 2 tanpa melihat siapa yang sedang berada didalamnya.

"Assalamu'alaikum. Permisi, saya mau ada urusan sam--" Gadis itu terdiam saat mengangkat kepalanya. Kedua sorot matanya langsung menangkap Bang Fatih Ketua OSIM yang berhenti berbicara saat Farah mulai bicara tanpa melihat situasi.

Semua mata tertuju padanya, gadis itu tampak malu sekali masuk kelas orang sembarangan. Farah menutup wajahnya dengan buku ditangannya, berbalik arah hendak keluar.

"Eh-eh tunggu-tunggu!" Bang Fatih menghampirinya, "Kamu ini udah asal masuk kelas orang terus mau keluar gitu aja? Ngga-ngga." Ketua OSIM itu menggelengkan kepalanya.

Farah menurunkan buku yang menutupi wajahnya, ia nyengir. Bang Fatih mempersilahkannya untuk berdiri didepan papan tulis, tepat bersebelahan dengannya.

"Enaknya diapain ya kamu ini?" Bang Fatih tampak berfikir.

Farah tampak cemas, khawatir jika Bang Fatih akan mempermalukannya dihadapan dua kelas sekaligus. Dari jendela dan pintu kelas X IPA 2 yang terbuka lebar tampak teman-teman sekelasnya yang sedang tertawa jahil melihat Farah. Dihadapannya, semua yang berada didalam kelas juga menatapnya aneh seolah mengejeknya.

"Duhh Bang jangan dong, aku kesini cuma mau minta nomor WhatsApp 5 oraaang aja anak sini. Help me dong, Bang. Nanti Abang makin ganteng loh kalau bantuin orang," bujuk Farah.

Bang Fatih tertawa sambil menggelengkan kepalanya, "Kamu ini lucu ya. Yaudah-yaudah karena aku ga tega liatnya, oke aku bantu, deh."

"Alhamdulillah. Mantap, Bang. Makin ganteng Abang pokoknya," ujar Farah dengan senyumannya yang mengembang.

Bang Fatih masih tertawa kecil melihat ulah gadis itu, dia memonitor seisi ruangan menatap wajah-wajah mereka. Pria itu menunjuk 5 orang Anak X IPA 2, 3 perempuan dan 2 laki-laki. Mereka memberi nomor WhatsApp pada Farah.

"Makasih, Bang! Baik kali emang Abang ini, best-lah pokoknya!" Farah mengacungkan jempolnya dengan senyuman manis diwajahnya setelah menyelesaikan challenge yang seharusnya berkelompok itu.

"Sering-sering jumpa ya kita, Farah." Bang Fatih dengan tawa kecil mengiringi kalimatnya.

Farah bersama kelompoknya lebih dulu memasuki kelas. Mereka mengucap salam, disambut oleh kedua kakak kelasnya.

"Nih, Kak. Udah beres." Ghali menunjukkan buku yang dipegang Farah tadi.

"Wihh hebat kalian, siapa nih yang minta nomornya semua?" tanya Kak Mayang.

"Bang Fatih, Kak. Aku cuma minta tolong doang," kata Farah dengan tawa kecil.

"Fatih Ketua OSIM?" Bang Putra memastikan.

Mereka mengangguk.

"Kamu punya daya tarik tersendiri kayaknya, Farah." Kak Mayang tersenyum pada Farah.

♡♡♡

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Kenangan Masa Muda
5916      1643     3     
Romance
Semua berawal dari keluh kesal Romi si guru kesenian tentang perilaku anak jaman sekarang kepada kedua rekan sejawatnya. Curhatan itu berakhir candaan membuat mereka terbahak, mengundang perhatian Yuni, guru senior di SMA mereka mengajar yang juga guru mereka saat masih SMA dulu. Yuni mengeluarkan buku kenangan berisi foto muda mereka, memaksa mengenang masa muda mereka untuk membandingkan ti...
The Rich
93      88     0     
Romance
Hanya di keluarga Andara, seorang penerus disiapkan dari jabatan terendah. Memiliki 2 penerus, membuat Tuan Andara perlu menimbang siapakah yang lebih patut diandalkannya. Bryan Andara adalah remaja berusia 18 tahun yang baru saja menyelesaikan ujian negara. Ketika anak remaja seumuran dengannya memikirkan universitas ataupun kursus bahasa untuk bekal bersekolah diluar negeri, Bryan dihadapka...
Nobody is perfect
12439      2203     7     
Romance
Pada suatu hari Seekor kelinci berlari pergi ingin mencari Pangerannya. Ia tersesat, sampai akhirnya ditolong Si Rubah. Si Rubah menerima si kelinci tinggal di rumahnya dan penghuni lainnya. Si Monyet yang begitu ramah dan perhatiaan dengan si Kelinci. Lalu Si Singa yang perfeksionis, mengatur semua penghuni rumah termasuk penghuni baru, Si Kelinci. Si Rubah yang tidak bisa di tebak jalan pikira...
The Journey is Love
625      429     1     
Romance
Cinta tak selalu berakhir indah, kadang kala tak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Mencintai tak mesti memiliki, begitulah banyak orang mengungkapkan nya. Tapi, tidak bagiku rasa cinta ini terus mengejolak dalam dada. Perasaan ini tak mendukung keadaan ku saat ini, keadaan dimana ku harus melepaskan cincin emas ke dasar lautan biru di ujung laut sana.
Fix You
617      370     2     
Romance
Sejak hari itu, dunia mulai berbalik memunggungi Rena. Kerja kerasnya kandas, kepercayaan dirinya hilang. Yang Rena inginkan hanya menepi dan menjauh, memperbaiki diri jika memang masih bisa ia lakukan. Hingga akhirnya Rena bersua dengan suara itu. Suara asing yang sialnya mampu mengumpulkan keping demi keping harapannya. Namun akankah suara itu benar-benar bisa menyembuhkan Rena? Atau jus...
Sebuah Jawaban
365      258     2     
Short Story
Aku hanya seorang gadis yang terjebak dalam sebuah luka yang kuciptakan sendiri. Sayangnya perasaan ini terlalu menyenangkan sekaligus menyesakkan. "Jika kau hanya main-main, sebaiknya sudahi saja." Aku perlu jawaban untuk semua perlakuannya padaku.
Cinta dalam Impian
87      68     1     
Romance
Setelah ditinggal oleh kedua orang tuanya, seorang gadis dan abangnya merantau untuk menjauh dari memori masa lalu. Sang gadis yang mempunyai keinginan kuat untuk meraih impian. Voska belajar dengan rajin, tetapi dengan berjalannya waktu, gadis itu berpisah dengan san abang. Apa yag terjadi dengan mereka? Mampukah mereka menyelesaikan masalahnya atau berakhir menjauh?
Adiksi
5433      1910     2     
Inspirational
Tolong ... Siapa pun, tolong aku ... nafsu ini terlalu besar, tangan ini terlalu gatal untuk mencari, dan mata ini tidak bisa menutup karena ingin melihat. Jika saja aku tidak pernah masuk ke dalam perangkap setan ini, mungkin hidupku akan jauh lebih bahagia. Aku menyesal ... Aku menyesal ... Izinkan aku untuk sembuh. Niatku besar, tetapi mengapa ... mengapa nafsu ini juga sama besarnya!...
Melody of The Dream
380      240     0     
Romance
Mungkin jika aku tidak bertemu denganmu, aku masih tidur nyenyak dan menjalani hidupku dalam mimpi setiap hari. -Rena Aneira Cerita tentang perjuangan mempertahankan sebuah perkumpulan yang tidak mudah. Menghadapi kegelisahan diri sendiri sambil menghadapi banyak kepala. Tentu tidak mudah bagi seorang Rena. Kisah memperjuangkan mimpi yang tidak bisa ia lakukan seorang diri, memperkarakan keper...
To You The One I Love
824      477     2     
Short Story
Apakah rasa cinta akan selalu membahagiakan? Mungkinkah seseorang yang kau rasa ditakdirkan untukmu benar benar akan terus bersamamu? Kisah ini menjawabnya. Memang bukan cerita romantis ala remaja tapi percayalah bahwa hidup tak seindah dongeng belaka.