"Ummi, Farah berangkat, ya. Assalamu'alaikum!" pekik gadis itu diambang pintu.
"Wa'alaikumussalam. Hati-hati!" sahut Ummi dari dapur.
Azhikra Faradhiba yang akrab dipanggil Farah, gadis berperawakan Arab yang sangat manis. Ini hari pertama ia sekolah di Madrasah Aliyah Negeri Palembang untuk melaksanakan MATSAMAH (Masa Taaruf Siswa Madrasah).
"Yuk, Bi. Berangkat," katanya yang telah duduk diatas sepeda motor yang akan dikendarai oleh abinya.
"Hari ini matsamah, kan? Belum belajar berarti?" tanya Abi sambil menghidupkan mesin motor. Sepanjang perjalanan ke sekolah yang tak terlalu jauh dari rumahnya, Farah bercerita banyak hal pada abinya.
"Belum, Bi. Biasa masih perkenalan gitu sama temen-temen, sama kakak kelas, sama guru-guru, sama lingkungan sekolah juga pastinya. Yaa seputaran itulah," ocehan gadis itu.
"Oiya nanti jangan kelamaan ya Abi jemputnya, nanti kalau anak Abi yang cantik ini diculik abang-abang, gimana? Siapa mau tanggungjawab?" ujar Farah yang kemudian terkekeh dengan ucapannya sendiri.
"Biarin aja, siapa tau si abang jadi imamnya!" Abi tertawa.
Gadis itu menepuk punggung abinya. "Ih, jangan atuh. Farah masih mau sekolah, Abi mah aya-aya wae."
Tepat didepan gerbang sekolah, gadis itu turun dari sepeda motor yang dinaikinya.
"Inget ya, Bi. Jangan lama-lama jemput Farah," katanya sambil membenarkan hijabnya yang berantakan terkena angin diperjalanan tadi.
"Siap, anak manja!"
Jawaban Sang Abi membuat mata gadis itu membulat, mulutnya sedikit menganga, namun seketika ia tersenyum manis.
"Farah sayang, Abi. See you... Assalamu'alaikum!" katanya sambil mencium khidmat punggung tangan abinya.
"Wa'alaikumussalam."
Ya, begitulah Farah. Anak pertama dari tiga bersaudara, dua adiknya perempuan. Nafsah, yang saat ini duduk dibangku kelas 2 SMP dan Adhwa yang sekarang duduk di kelas 6 SD. Namun dari ketiganya, Farah-lah yang sangat manja pada kedua orang tuanya.
Gadis itu berjalan perlahan memasuki gerbang sekolah, matanya memonitor setiap sudut sekolah. Sunggingan senyum tak lepas dari wajahnya. Senyuman itu pula yang seolah menarik perhatian orang-orang disekitar untuk memandangnya.
Brukk!!
"Aduh!"
"Eh, maaf-maaf!" kata pria yang menabraknya dari belakang. Pria itu tak menolongnya, malah berlari kecil meninggalkannya.
"Dasar! Ga tanggungjawab banget sih jadi cowok! Awas aja kalau jumpa lagi samaku!" gerutu Farah sambil berusaha bangkit, membersihkan rok abu-abunya yang sedikit kotor.
Bel berbunyi, gerbang sekolah tampak sudah ditutup oleh satpam. Para siswa-siswi baru dibariskan di lapangan sekolah yang cukup lebar. Pembukaan diucapkan oleh Ibu Kepala Madrasah, juga beberapa kata sambutan dari orang-orang penting.
Farah tampak bosan dengan semua yang ada dihadapannya, ditambah lagi punggungnya masih menggendong tas ransel, matahari juga bersinar terik hari ini. Mata indahnya memonitor sekeliling, tampak olehnya ada tempat teduh dibawah pohon tepat dibelakang.
"Shhtt, pindah dong," bisiknya pada gadis dibelakangnya.
Satu persatu, hingga akhirnya ia berada dibarisan paling belakang. Ketika keadaan memungkinkan, ia berjalan mundur kebelakang.
Brukk!!
Tubuhnya menabrak seseorang yang berada dibelakangnya, gadis itu memejamkan matanya berharap ia tak dapat masalah. Ia memberanikan diri menoleh kebelakang.
"Kamu mau ngapain?" tanya pria itu.
Farah menunjukkan deretan giginya, bingung mau menjawab apa. Namun tak lama sebuah ide muncul dipikirannya.
"Mules, Bang." Farah memegangi perutnya.
Seorang pria anggota Organisasi Siswa Intra Madrasah (OSIM) yang ia tabrak tadi mengernyit. "Ayo ikut saya," titahnya.
Gadis itu menepuk keningnya saat salah satu anggota OSIM itu berjalan dihadapannya, Farah mengikuti dengan langkah kecilnya.
"Itu kamar mandinya, cepatlah. Saya tunggu."
"Eh, ga usah, Bang. Aku bisa sendiri, ga usah ditungguin," katanya canggung.
"Ga usah komen, cepat!" katanya dengan intonasi tegas.
'Sok cool.'
***
"Nah, selama tiga hari kalian akan belajar sama kami. Ngga belajar sih, kita cuma becanda sama main doang. Tapi kadang ada kalanya kita serius, ya!" Jelas Kak Mayang didalam kelas.
"Kak, mau nanya dong." Suara pria dari belakang.
Farah tak menoleh kebelakang, ia sangat tak peduli siapapun yang berbicara. Ya, meskipun sekarang sudah pasti mereka satu kelas, X IPA 1.
"Masing-masing jurusan kelas sepuluh ada berapa kelas yang diterima kak?"
Masih suara yang sama yang ia dengar. Pandangannya masih menghadap kedepan, memperhatikan abangan kelas yang mengantarnya ke toilet sekolah tadi, lama kelamaan kakak kelas itu terlihat tampan.
"Untuk X IPA ada 3 kelas, X IPS ada 2 kelas, X Agama Islam ada 2 kelas. Jadi kelas sepuluh disini semua ada 7 kelas." Jelas Kak Mayang sebagai salah satu pembimbing di kelas mereka.
"Oke, sekarang biar Bang Putra memperkenalkan diri, ya. Ganteng loh Abang ini, pinter, baik, sholeh, uhh MaasyaaAllah pokoknya cocok jadi calon imam buat adek-adek yang cewek nih siapa tau ada yang mau!" Kak Mayang menoleh pada pria sebaya yang duduk di meja guru, dia tertawa kecil.
Pria yang sejak tadi diperhatikan oleh Farah beranjak bangkit, berdiri tegap dengan badan atletisnya dihadapan mereka semua.
"Perkenalkan nama saya Zhikri Syahputra. Abang kelas XII IPA 3, InsyaaAllah tamat dari sini Abang mau mondok di Pesantren Daarul Yunus, setelah itu mau ambil beasiswa ke Mesir, doain yaa." Bang Putra tersenyum.
Tanpa sadar senyuman Bang Putra menarik senyum Farah turut hadir diwajah manisnya, gadis itu ikut tersenyum melihat Bang Putra yang tersenyum manis di depan kelas.
"Nah, sekarang Bang Putra sama Kak Mayang ada challenge untuk kalian, nih." Bang Putra tersenyum penuh misteri.
"Kalian akan dibagi menjadi 6 kelompok, satu kelompok akan ada 6 sampai 7 orang. Tugas setiap kelompok harus mendapatkan 5 nomor WhatsApp anak kelas sebelah, X IPA 2. Ga boleh sama ya orangnya, paham?"
Farah tampak mengernyit, mungkin ia sedikit bingung. Bang Putra dan Kak Mayang segera membagi kelompoknya. Gadis itu kaget saat kedua matanya menangkap sosok yang menabraknya tadi pagi.
"Kamu? Aku sekelompok sama kamu?!" tanya Farah seolah tak terima.
"Kamu yang tadi pagi aku tabrak, kan? Maaf ya, aku bener-bener ga sengaja. Tadi aku buru-buru harus ke ruang kepala sekolah. Maaf yaa," ucap pria dihadapannya.
"Udah telat minta maafnya!" ketus Farah.
Gadis itu memalingkan wajahnya. "Mimpi apa aku tadi malam harus sekelas sama orang yang ga tanggungjawab kayak kamu!"
Pria itu tertawa kecil melihat ekspresi Farah. "Kenalin, aku Ghali. Wisnu Ghali Hamdan." Pria itu mengulurkan tangannya.
Farah tertawa sinis, "Terus aku harus jabat tangan sama kamu sambil bilang, 'salam kenal Ghali, aku Farah.' Gitu?"
Lagi-lagi Ghali tertawa kecil melihat ekspresi wajah Farah, "Kamu lucu, ya. Aku suka," tutur Ghali yang kemudian berjalan keluar kelas.
Farah terdiam mendengar ucapan Ghali barusan. "Apa katanya? Suka? Ya Allah... jauhkanlah Hamba dari para buaya yang ada didarat ini!" Ia mengadahkan kedua tangannya menatap keatas seperti orang berdoa.
Kini, tepat diambang pintu kelas X IPA 2. Tak ada satupun dari mereka yang berani mengetuk pintu, dikarenakan didalam ada Ketua OSIM yang sedang menjelaskan suatu hal pada Anak X IPA 2.
Farah berjalan santai memecah kerumunan disekitar koridor X IPA 2, matanya sibuk mencatat sesuatu dibuku kosong ditangannya. Gadis itu sepertinya sangat percaya diri, ia memasuki kelas X IPA 2 tanpa melihat siapa yang sedang berada didalamnya.
"Assalamu'alaikum. Permisi, saya mau ada urusan sam--" Gadis itu terdiam saat mengangkat kepalanya. Kedua sorot matanya langsung menangkap Bang Fatih Ketua OSIM yang berhenti berbicara saat Farah mulai bicara tanpa melihat situasi.
Semua mata tertuju padanya, gadis itu tampak malu sekali masuk kelas orang sembarangan. Farah menutup wajahnya dengan buku ditangannya, berbalik arah hendak keluar.
"Eh-eh tunggu-tunggu!" Bang Fatih menghampirinya, "Kamu ini udah asal masuk kelas orang terus mau keluar gitu aja? Ngga-ngga." Ketua OSIM itu menggelengkan kepalanya.
Farah menurunkan buku yang menutupi wajahnya, ia nyengir. Bang Fatih mempersilahkannya untuk berdiri didepan papan tulis, tepat bersebelahan dengannya.
"Enaknya diapain ya kamu ini?" Bang Fatih tampak berfikir.
Farah tampak cemas, khawatir jika Bang Fatih akan mempermalukannya dihadapan dua kelas sekaligus. Dari jendela dan pintu kelas X IPA 2 yang terbuka lebar tampak teman-teman sekelasnya yang sedang tertawa jahil melihat Farah. Dihadapannya, semua yang berada didalam kelas juga menatapnya aneh seolah mengejeknya.
"Duhh Bang jangan dong, aku kesini cuma mau minta nomor WhatsApp 5 oraaang aja anak sini. Help me dong, Bang. Nanti Abang makin ganteng loh kalau bantuin orang," bujuk Farah.
Bang Fatih tertawa sambil menggelengkan kepalanya, "Kamu ini lucu ya. Yaudah-yaudah karena aku ga tega liatnya, oke aku bantu, deh."
"Alhamdulillah. Mantap, Bang. Makin ganteng Abang pokoknya," ujar Farah dengan senyumannya yang mengembang.
Bang Fatih masih tertawa kecil melihat ulah gadis itu, dia memonitor seisi ruangan menatap wajah-wajah mereka. Pria itu menunjuk 5 orang Anak X IPA 2, 3 perempuan dan 2 laki-laki. Mereka memberi nomor WhatsApp pada Farah.
"Makasih, Bang! Baik kali emang Abang ini, best-lah pokoknya!" Farah mengacungkan jempolnya dengan senyuman manis diwajahnya setelah menyelesaikan challenge yang seharusnya berkelompok itu.
"Sering-sering jumpa ya kita, Farah." Bang Fatih dengan tawa kecil mengiringi kalimatnya.
Farah bersama kelompoknya lebih dulu memasuki kelas. Mereka mengucap salam, disambut oleh kedua kakak kelasnya.
"Nih, Kak. Udah beres." Ghali menunjukkan buku yang dipegang Farah tadi.
"Wihh hebat kalian, siapa nih yang minta nomornya semua?" tanya Kak Mayang.
"Bang Fatih, Kak. Aku cuma minta tolong doang," kata Farah dengan tawa kecil.
"Fatih Ketua OSIM?" Bang Putra memastikan.
Mereka mengangguk.
"Kamu punya daya tarik tersendiri kayaknya, Farah." Kak Mayang tersenyum pada Farah.
♡♡♡