Read More >>"> Bittersweet My Betty La Fea (BAB 17 MY FIRST KISS) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Bittersweet My Betty La Fea
MENU
About Us  

           

            "Kamu selama ini juga tidak suka di-bully kan? Tapi kamu sendiri juga nge-bully orang, kamu harus bercermin!," ujar Bobby agak berteriak padaku.

            Setelah Mika meninggalkan kelas dan pulang dari sekolah, Bobby langsung mengajakku bicara di gang belakang sekolah.

            “Erin mana Erin,” seru Bobby saat kembali ke kelas.

            “Tuh-tuh Bob,” kata Yus menunjukku yang tengah membersihkan piring yang pecah barusan.

            “Eh apaan tuh kok mukanya marah gitu,” bisik Sarah pada Venny.

            “Rin aku mau ngomong sama kamu,” ungkap Bobby dengan suara yang marah.

            “Ngomong apa Bob, aku lagi bersihin ini bentar,” kataku sambil berjongkok tak berani menatap mukanya.

            Seakan tak sabar, Bobby kemudian menarik tanganku berdiri. Dengan mudahnya ia menarikku, karena memang aku masih sedikit lemas dengan apa yang terjadi barusan.

            Ditariknya tanganku begitu saja melewati pintu belakang sekolah menuju gang belakang sekolah tersebut. Kebetulan saat itu, pintu-pintu di sekolah sengaja dibuka karena sedang ada acara lomba.

            Pemandangan Bobby menarik tanganku dengan sedikit kasar membuat keterkejutan di kelasku untuk kedua kalinya. Semua mata tertuju padaku saat Bobby berbuat demikian.

            “Ini drama apa lagi sih,” bisik Venny pada Sarah.

            “Cinta segitiga nih jelas,” balas Sarah cukup keras hingga aku bisa mendengarnya.

            Mungkin Bobby sengaja mengajakku, ralat memaksaku ke gang belakang sekolah agar bisa bebas memarahiku dengan keras.

            Terlebih gang belakang sekolahku memang cukup sempit dan sepi. Jarang sekali orang lewat jalan itu lantaran biasanya berbau tidak enak karena selokannya yang sering mampet.

            Bobby terlihat sangat marah. Lebih marah daripada sebelumnya saat aku menghinanya. Aku pasrah saja saat ia menarik tanganku dengan sedikit kasar.

            "Lebih parahnya lagi, kamu mempermalukan sahabatmu sendiri, jangan bilang kamu tidak sengaja!," ujar Bobby.

            "Aku enggak sengaja Bob, kan aku cuma pengen tahu Mika kalau makan," kataku lemah membela diri.

            "Tapi sebenarnya kamu juga sudah tahu kan kalau sebenarnya Mika ada sesuatu dengan masalah makan dia?," ujarnya.

            Aku terdiam, aku rasa Bobby memang benar.

            Aku tidak tahu pasti apa yang dialami Mika, tapi aku tahu pasti ada masalah dalam pola makan Mika.

            Aku memang sebenarnya sudah merasa bersalah sejak Mika muntah-muntah. Kini rasa bersalah itu berlipat ganda.

            "Kalau memang kamu merasa ada janggal, apa perlu kamu ungkit-ungkit masalah makan dia di depan orang-orang? Aku rasa kamu emang sengaja ngelakuinnya," kata Bobby.

            "Tadi dia bilang padaku sambil nangis-nangis, dia punya eating disorder, apalah itu. Dia bilang padaku, Mika tahu kamulah orang yang sudah mulai curiga dengan penyakitnya."

            "Apa kamu enggak ngerti penyakit itu bukan buat candaan. Ayo cepat ngomong enggak usah diem gitu aja!," desak Bobby.

            Aku yang merasa bersalah dan tidak tahu harus bilang apa hanya bisa diam ketakutan. Ia menatapku tajam bahkan seperti sudah siap melahapku.

            Bobby terus mendesakku, memepetku langkah demi langkah sampai aku terus mundur ke belakang menempel tembok.

            "Aku-aku enggak tahu pasti dia punya gangguan itu, tapi iya emang aku sudah agak curiga," ujarku terbata-bata menahan tangis.

            Kemudian Bobby mulai mencengkeram bahuku. Sentuhannya seperti bisa mengatakan padaku bahwa aku benar-benar kecewa padamu.

            "Lalu katakan kenapa kamu mempermalukannya!," tanyanya.

            Air mataku akhirnya jatuh berguguran, takut akan kemarahan Bobby sekaligus merasa apa yang dilakukan Bobby itu benar. Aku tidak seharusnya mempermalukan Mika, sahabatku sendiri.

            Hanya aku iri dengan Mika.

            "Aku cemburu sama Mika, dia pintar, dia cantik, dan lalu...," aku terdiam sesaat.

            "Cepat katakan," desak Bobby.

            "Karena Mika mampu membuatmu jatuh cinta padanya, karena Mika yang selalu kamu tatap, karena aku suka padamu, sangat suka padamu!,"

            Kemudian, Bobby agak melonggarkan cengkeraman tangannya di bahuku.  Perlahan dia melepaskan semua tangannya dariku.

            Hening sesaat.

Lalu, aku memilih untuk segera meninggalkan Bobby.  Baru satu langkah menjauh, Bobby menarik tanganku hingga badan kami sangat dekat satu sama lain.

            Aku kini bisa mendengar suara napasnya yang memburu.

            "Kamu yang bodoh aku rasa," ujarnya melembut.

            "Aku masih menyukaimu, sangat menyukaimu. Aku hanya ingin melupakanmu, menjauhimu, agar aku tidak terluka lagi dengan apa yang kamu ungkapkan dulu," jelas Bobby.

            "Kamu adalah sosok pembalas luka yang handal, kamu dirundung, tapi kamu juga mampu merundung, kamu diganggu, kamu juga mampu menganggu."

            "Bahkan kamu mampu membalas orang-orang yang melukaimu lebih dalam," jelasnya panjang lebar.

            "Ungkapanmu dulu cukup menyakitiku," tambahnya.

            "Aku mengakui, aku menyukai Mika, tapi tidak lebih dari rasa kagum, aku jatuh hati padamu," kata Bobby menatapku dengan tatapan yang makin lembut dan dalam.

            "Tapi aku takut," tambahnya kemudian memalingkah wajahnya.

            Aku cukup kaget dengan ungkapan hati Bobby. Tak ku sangka dia masih menyukaiku.

            "Lalu apa arti tatapanmu untuk Mika? Kamu tak berhenti menatapnya saat lomba, kamu mengabaikanku!," ujarku tak percaya.

            "Karena aku bilang, aku ingin menghindarimu, aku berniat mengalihkan fokusku darimu," katanya kembali fokus ke wajahku.

            "Apa kamu lupa bahwa Sean juga ada di sana, di atas panggung? Kamu lupa Sean sahabatku?," kata Bobby kemudian melepaskan tangannya dari pergelangan tanganku.

            "Buktikan ucapanmu padaku," kataku hendak pergi.

            Sekali lagi Bobby berhasil meraih tanganku kembali. Kali ini, Ia menarikku lebih dekat ke tubuhnya.

            Kulihat Bobby yang tinggi menundukkan kepalanya, mendekat ke wajahku. Ia mencium bibirku selama beberapa detik tanpa aku mampu menghindar.

            Bunga yang sudah lama sekali tidak muncul di kepalaku kini kembali bermekaran. Kini tak hanya di kepalaku, namun tumbuh di semua bagian dari diriku.

            Aku tak menyangka hari ini adalah hari di mana aku berciuman untuk pertama kalinya dengan seseorang dalam hidupku. Bahkan, cowok yang menciumku adalah cowok yang benar-benar aku sukai saat ini.

            Bobby yang tengil, humoris, kekanak-kanakan, namun sebenarnya sosok yang dewasa, lembut, dan perhatian.

            Aku sempat terbuai dengan momen ini,

            Meski begitu, aku segera mencoba menyadarkan diriku.  Bukan semestinya ciuman ini terjadi.

            Impian untuk hanya mencium satu laki-laki dalam hidupku dan seharusnya pada suamiku kelak rusak begitu saja.

            Aku dan Bobby saat ini dalam keadaan kalut, marah, bingung, dan sedih. Segera, aku dorong Bobby menjauh.

            Aku usap bibirku yang baru saja disentuh oleh bibirnya.

            "Bukan seperti ini Bob," ucapku menangis lagi lalu berlari menjauh.

          

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Tulus Paling Serius
1690      727     0     
Romance
Kisah ini tentang seorang pria bernama Arsya yang dengan tulus menunggu cintanya terbalaskan. Kisah tentang Arsya yang ingin menghabiskan waktu dengan hanya satu orang wanita, walau wanita itu terus berpaling dan membencinya. Lantas akankah lamanya penantian Arsya berbuah manis atau kah penantiannya hanya akan menjadi waktu yang banyak terbuang dan sia-sia?
Cute Monster
621      346     5     
Short Story
Kang In, pria tampan yang terlihat sangat normal ini sebenarnya adalah monster yang selalu memohon makanan dari Park Im zii, pekerja paruh waktu di minimarket yang selalu sepi pengunjung. Zii yang sudah mencoba berbagai cara menyingkirkan Kang In namun selalu gagal. "Apa aku harus terbiasa hidup dengan monster ini ?"
Through This Letter (Sudah Terbit / Open PO)
3516      1163     0     
Romance
Dia—pacarku—memang seperti itu. Terkadang menyebalkan, jail, sampai-sampai buatku marah. Dan, coba tebak apa yang selalu dia lakukan untuk mengembalikan suasana hatiku? Dia, akan mengirimkanku sebuah surat. Benar-benar berbentuk surat. Di tengah-tengah zaman yang sudah secanggih ini, dia justru lebih memilih menulis sendiri di atas secarik kertas putih, kemudian dimasukkan ke dalam sebuah a...
Cinta Sebelum Akad Itu Palsu
101      73     1     
Inspirational
Hayy dear...menurut kalian apa sih CINTA itu?? Pasti kalian berfikir bahwasanya cinta itu indah, menyenangkan dan lainnya. Namun, tahukah kalian cinta yang terjadi sebelum adanya kata SAH itu palsu alias bohong. Jangan mudah tergiur dan baper dengan kata cinta khususnya untuk kaum hawa niii. Jangan mudah menjatuhkan perasaan kepada seseorang yang belum tentu menjadi milikmu karena hal itu akan ...
PALETTE
491      258     3     
Fantasy
Sinting, gila, gesrek adalah definisi yang tepat untuk kelas 11 IPA A. Rasa-rasanya mereka emang cuma punya satu brain-cell yang dipake bareng-bareng. Gak masalah, toh Moana juga cuek dan ga pedulian orangnya. Lantas bagaimana kalau sebenarnya mereka adalah sekumpulan penyihir yang hobinya ikutan misi bunuh diri? Gak masalah, toh Moana ga akan terlibat dalam setiap misi bodoh itu. Iya...
After School
1432      853     0     
Romance
Janelendra (Janel) bukanlah cowok populer di zaman SMA, dulu, di era 90an. Dia hanya cowok medioker yang bergabung dengan geng populer di sekolah. Soal urusan cinta pun dia bukan ahlinya. Dia sulit sekali mengungkapkan cinta pada cewek yang dia suka. Lalu momen jatuh cinta yang mengubah hidup itu tiba. Di hari pertama sekolah, di tahun ajaran baru 1996/1997, Janel berkenalan dengan Lovi, sang...
Tumpuan Tanpa Tepi
7325      2574     0     
Romance
Ergantha bercita-cita menjadi wanita 'nakal'. Mencicipi segala bentuk jenis alkohol, menghabiskan malam bersama pria asing, serta akan mengobral kehormatannya untuk setiap laki-laki yang datang. Sialnya, seorang lelaki dewasa bermodal tampan, mengusik cita-cita Ergantha, memberikan harapan dan menarik ulur jiwa pubertas anak remaja yang sedang berapi-api. Ia diminta berperilaku layaknya s...
Hyeong!
122      105     1     
Fan Fiction
Seok Matthew X Sung Han Bin | Bromance/Brothership | Zerobaseone "Hyeong!" "Aku bukan hyeongmu!" "Tapi—" "Seok Matthew, bisakah kau bersikap seolah tak mengenalku di sekolah? Satu lagi, berhentilah terus berada di sekitarku!" ____ Matthew tak mengerti, mengapa Hanbin bersikap seolah tak mengenalnya di sekolah, padahal mereka tinggal satu rumah. Matthew mulai berpikir, apakah H...
Memories About Him
2906      1466     0     
Romance
"Dia sudah tidak bersamaku, tapi kenangannya masih tersimpan di dalam memoriku" -Nasyila Azzahra --- "Dia adalah wanita terfavoritku yang pernah singgah di dalam hatiku" -Aldy Rifaldan --- -Hubungannya sudah kandas, tapi kenangannya masih berbekas- --- Nasyila Azzahra atau sebut saja Syila, Wanita cantik pindahan dari Bandung yang memikat banyak hati lelaki yang melihatnya. Salah satunya ad...
Premium
RESTART [21+]
5030      2221     22     
Romance
Pahit dan getir yang kurasa selama proses merelakan telah membentuk diriku yang sekarang. Jangan pernah lagi mengusik apa yang ada di dalam sini. Jika memang harus memperhatikan, berdirilah dari kejauhan. Terima kasih atas semua kenangan. Kini biarkan aku maju ke depan.