Loading...
Logo TinLit
Read Story - Teman Berbagi
MENU
About Us  

Indri mengulur-ngulur waktu untuk pulang, walau sudah terlewat banyak dari jam kerja. Semua itu karena, ia baru saja melihat sosok Delta tidak jauh dari ruangan divisinya. 

Cukup siang hari saja, laki-laki itu mengganggu ketenangannya, maka saat sore ini Indri meminta jangan lagi. Menghadapi laki-laki itu hanya akan menjadi canggung karena Indri sendiri tidak tahu menyahuti setiap yang dikatakan laki-laki itu dengan jawaban yang baik. Yang ada hanya kata-kata pedas, yang Indri sendiri sadar itu tidak baik dikatakan pada orang, tapi Indri tidak bisa.

Ia memilih banyak diam, ya karena tidak ingin menyakiti hati orang ketika mendengar ucapannya.

"Kamu pikir aku enggak tahu, dari tadi kamu ngulur-ngulur waktu hanya karena liat aku didepan? Hmm, lucu amat sih, Ndri. Masa takut sama aku, padahal tadi siang tu kan aku makan nasi, bukan makan kamu," ucap Delta yang berujung jadi candaan.

Lagi-lagi Indri hanya bisa menghela nafas, ketika pria itu masuk ke dalam ruangannya.

"Aku tahu kamu tuh enggak sibuk, Ndri. Kalau divisi mu lagi sibuk-sibuknya, enggak mungki Iraz udah enggak ada diruangan ini," ujarnya. "Masalah kalian sama pak Pandu itu, sudah aku coba omongin dengan pak Deden selaku direktur utama. Iraz juga sudah kutanyain keluh kesahnya."

Sebetulnya Indri sudah tahu semuanya dari Iraz, tadi pria itu bercerita banyak. 

"Udah, ayo pulang!" ajak Delta.

Seiring dengan ajakan itu, Indri sudah berpikir kelak tiba ditempatnya laki-laki itu akan mampir sebentar lalu berbincang hal yang membosankan khas Delta, seperti yang selama ini dia lakukan. 

"Kamu enggak akan mampir, kan? Eh, maksudku kamu enggak mau mampirkan?" Indri kebingungan menempatkan kata-kata yang seharusnya, agar lebih enak didengar dan tidak membuat orang tersinggung.

"Kenapa memangnya? Kalau aku mampir?" Delta sengaja mempertanyakannya, padahal jelas-jelas ia tahu Indri risih sejak awal keberadaannya.

"Rumahku tidak ada apa-apa," ucapnya polos.

Lantas laki-laki itu tersenyum jenaka. Seraya menatap Indri yang canggung, karena ia sadar telah salah berucap. "Jujur amat sih, Ndri, nolaknya," kata laki-laki itu.

Karena malu, Indri melangkah keluar begitu saja, menyisakan Delta yang langsung bengong sepeninggal Indri.

"Ya ampun, udah dua kali, ditinggal gitu aja. Dikira tunggul, apa ya," monolog laki-laki itu.

Lalu seperkian detik kemudian, Delta sudah berhasil menyusul Indri, yang melangkah terburu-buru.

"Eits, awas!" teriak Delta yang langsung membuat Indri kebingungan dan berbalik menghadap Delta yang tepat dibelakang.

Gadis itu menatap heran pada Delta.

"Enggak lihat kamu tadi? Ada yang lewat, Ndri!" Awalnya Indri sama sekali tidak tahu bahwa Delta bercanda, tapi setelah memperhatikan gerak-gerik serta raut wajah Delta, Indri tahu bahwa laki-laki itu hanya mengisenginya. 

Issh, kata Indri seraya kembali melangkah. Namun, dengan gesit Delta menarik tangan Indri.

"Pulang bareng kataku, lupa ya?" Kali ini pria yang mengenakan kemeja putih dengan tangan tergulung tidak lupa dasi yang sudah mengendur itu, menyeret Indri untuk ikut bersamanya. Gadis itu pun pada akhirnya pasrah saja, sudah tidak ada cara lagi untuk menghindar. Pikirnya. "eh lupa, deng. Mobilku di bengkel."

Indri memutar bola matanya, "hahaha, lucu ya. Udah ah jangan sok-sok mau numpangin." Gadis itu menepis tangan Delta dan melangkah menjauh.

Bukan Delta namanya kalau menyerah begitu saja. "Ya tetap aja, naik taxi pun harus barengan, kita." Kini Delta langsung menggenggam tangan Indri erat, seperti takut Indri terlepas atau meninggalkannya. "Biar aku yang pesan taxinya, kamu diam aja." Tangan Indri yang ia genggam sama sekali tidak ingin ia lepas hingga saat kedua tangannya perlu mengetikkan pesan, tangan gadis itu ia apit dengan lengan dan ketiaknya.

Ketika Indri menyadarinya, lantas berkata, "mending kalau ketekmu wangi, Del. Udah ah, lepas!"

"Jangan manggil Del, napa, kamu juga enggak mau kan, kalau ku panggil Mon, Temon." Bibir pria itu mengerucut tanda ia kesal.

Tidak ada tanggapan apapun dari Indri, ia lebih memilih untuk menikmati angin sore yang sungguh masih terasa panas.

Mereka menunggu hampir 15 menit, hingga kemudian sebuah taxi berhenti tepat di depan mereka. Delta dengan tingkah sok manisnya langsung membukakan pintu mobil untuk Indri tak lupa pula ia menjaga kepala gadis itu agar tidak kejedot, lalu disusul dirinya yang juga ikut masuk melalui pintu yang sama dengan Indri.

Setelah mengintruksikan pada sopir taxi untuk segera melajukan mobil, mereka baru menenangkan diri dengan cara masing-masing. Indri menyender pada jok seraya memperhatikan jalanan sore hari.

Lalu Delta, pria itu sibuk menilik Indri bahkan mungkin sampai kepori-pori. Entah apa yang dicarinya dari wajah cantik, tapi dingin, gadis di sampingnya itu. Sesekali bibirnya mengulas senyum yang sulit diartikan, hanya si empunya lah yang tahu.

"Indri," panggil Delta setengah berbisik, seolah ada peringatan 'Jangan ribut!'

Gadis yang sedang serius mengamati jalanan sore, sontak menjauh ketika sadar pria di sampingnya itu mencondongkan kepala di dekat telinganya. 

"Jauh-jauh, aku enggak budek!" kata Indri sambil memelototi Delta, sementara yang dipelototi mencebik.

Delta mendengus, "biasa aja kali, kayak mau diapain aja."

Lima belas menit perjalanan, mereka sudah hampir tiba di tempat tinggal Indri, tapi Indri berpikir cukup lama untuk mengatakannya. Gadis itu menimbang dalam bimbang, ia takut Delta akan benar mampir kerumahnya. Namun, ia akhirnya menyederhanakan ketakutan itu dengan meyakinkan diri, Delta itu tadinya hanya bercanda. Itu yang ia pikirkan, hingga berani menghentikan laju mobil, tepat di depan gang menuju rumahnya.

Sementara Delta mengangguk-ngangguk seraya meneliti lingkungan sekitar tempat mereka berhenti. Sesaat Indri menoleh pada pria itu dan melihat aksinya, tapi Indri langsung berpaling. Ia merogoh uang untuk membayar supir taxi. 

"Udah enggak usah biar aku aja, kamu turun aja," cegah Delta seraya menjegal tangan Indri yang hampir menyerahkan beberapa lembar uang pada pak Sopir.

"Yaudah terima kasih," Indri mengatakannya cepat, lalu segera membuka pintu untuk turun. Gerak Indri terburu-buru persis seperti mengejar sesuatu atau dikejar sesuatu, padahal ia hanya tidak ingin Delta berubah pikiran lalu mampir kerumahnya.

"Da da, besok lagi ya," kata Delta. "Langsung masuk sana, Ndri! Enggak usah bengong ditepi jalan gitu." Delta kembali bersuara saat melihat Indri bengong dengan ucapannya tadi. 

"Tunggu bentar, Pak. Saya mau lihat dia masuk dulu." Delta lantas keluar dari taxi, dan menghampiri Indri. 

Pria itu langsung menggandeng tangan Indri untuk menyebrangi jalan yang tampak sepi, Delta sedikit khawatir ketika melihat Indri bengong. "Enggak usah bengong di jalan, Indri! Bahaya! Udah sana langsung masuk kerumah." Pria itu mengantarkan Indri tepat di depan gang, tapi rumah Indri ia masih belum tahu dan untuk sore ini Delta tidak berniat untuk tahu, mungkin lain kali.

Bersambung ...

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
THROUGH YOU
1322      837     14     
Short Story
Sometimes beautiful things are not seen; but felt.
Fallin; At The Same Time
2794      1323     0     
Romance
Diadaptasi dari kisah nyata penulis yang dicampur dengan fantasi romansa yang mendebarkan, kisah cinta tak terduga terjalin antara Gavindra Alexander Maurine dan Valerie Anasthasia Clariene. Gavin adalah sosok lelaki yang populer dan outgoing. Dirinya yang memiliki banyak teman dan hobi menjelah malam, sungguh berbanding terbalik dengan Valerie yang pendiam nan perfeksionis. Perbedaan yang merek...
Dialog Hujan
538      384     3     
Short Story
Tak peduli orang-orang di sekitarku merutuki kedatanganmu, aku akan tetap tersenyum malu-malu. Karena kau datang untuk menemaniku, untuk menenangkanku, untuk menyejukkanku. Aku selalu bersyukur akan kedatanganmu, karena kau akan selalu memelukku di dalam sepiku, karena kau selalu bernyanyi indah bersama rumput-rumput yang basah untukku, karena kau selalu menyebunyikan tangisku di balik basahmu.
The Investigator : Jiwa yang Kembali
1937      798     5     
Horror
Mencari kebenaran atas semuanya. Juan Albert William sang penyidik senior di umurnya yang masih 23 tahun. Ia harus terbelenggu di sebuah gedung perpustakaan Universitas ternama di kota London. Gadis yang ceria, lugu mulai masuk kesebuah Universitas yang sangat di impikannya. Namun, Profesor Louis sang paman sempat melarangnya untuk masuk Universitas itu. Tapi Rose tetaplah Rose, akhirnya ia d...
CHERRY & BAKERY (PART 1)
4030      1069     2     
Romance
Vella Amerta—pindah ke Jakarta sebagai siswi SMA 45. Tanpa ia duga kehidupannya menjadi rumit sejak awal semester di tahun keduanya. Setiap hari dia harus bertemu dengan Yoshinaga Febriyan alias Aga. Tidak disangka, cowok cuek yang juga saingan abadinya sejak jaman SMP itu justru menjadi tetangga barunya. Kehidupan Vella semakin kompleks saat Indra mengajaknya untuk mengikuti les membuat cu...
Dunia Saga
5024      1334     0     
True Story
There is nothing like the innocence of first love. This work dedicated for people who likes pure, sweet, innocent, true love story.
RAIN
597      412     2     
Short Story
Hati memilih caranya sendiri untuk memaknai hujan dan aku memilih untuk mencintai hujan. -Adriana Larasati-
Teman Berakhir (Pacar) Musuhan
667      409     0     
Romance
Bencana! Ini benar-benar bencana sebagaimana invasi alien ke bumi. Selvi, ya Selvi, sepupu Meka yang centil dan sok imut itu akan tinggal di rumahnya? OH NO! Nyebelin banget sih! Mendengar berita itu Albi sobat kecil Meka malah senyum-senyum senang. Kacau nih! Pokoknya Selvi tidak boleh tinggal lama di rumahnya. Berbagai upaya buat mengusir Selvi pun dilakukan. Kira-kira sukses nggak ya, usa...
Premium
RESTART [21+]
8047      2991     22     
Romance
Pahit dan getir yang kurasa selama proses merelakan telah membentuk diriku yang sekarang. Jangan pernah lagi mengusik apa yang ada di dalam sini. Jika memang harus memperhatikan, berdirilah dari kejauhan. Terima kasih atas semua kenangan. Kini biarkan aku maju ke depan.
CORAT-CORET MASA SMA
467      336     3     
Short Story
Masa SMA, masa paling bahagia! Tapi sayangnya tidak untuk selamanya. Masa depan sudah di depan mata, dan Adinda pun harus berpikir ulang mengenai cita-citanya.