Read More >>"> RUMIT (Resmi Pacaran) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - RUMIT
MENU
About Us  

14 Juni 2020.

Hari ini masih dalam suasana lebaran, beberapa hari yang lalu umat Muslim di seluruh dunia merayakan hari raya Idulfitri. Sudah dua kali Azfar, Abimanyu dan Nining melaksanakan ibadah puasa Ramadhan dan hari raya Idulfitri di Makassar, rasa rindu pada keluarga di Donggala sudah besar di jiwa ketiga remaja itu, tak sabar ingin segera pulang.

Masih dalam suasana lebaran, hari ini juga adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh seluruh siswa kelas duabelas dan para guru SMA Sultan Alauddin—momen perpisahan seluruh kelas duabelas. Kegiatannya dilaksanakan di sebuah gedung besar di kota Makassar. Seluruh siswa laki-laki diperkenankan mengenakan jas hitam, dalaman kemeja putih, bawahan celana hitam berbahan kain. Beberapa hari yang lalu Azfar dan sahabat-sahabatnya sibuk mencari pakaian masing-masing. Untuk siswa perempuan, setiap kelas memiliki warna gaun. XII IPA-2 mengenakan gaun berwarna cokelat susu—warna yang cantik, tidak terlalu mencolok, juga terlihat kalem.

“Assalamu'alaikum,” sapa Azfar pada kedua gadis saat berada di dalam gedung acara. Dua gadis itu sedang asyik menatap isi dalam gedung, panggung didekorasi secantik mungkin, ratusan kursi berjejer rapi, satu dua teknisi audio music berkutat dengan alat-alatnya, mengecek dengan baik. Dua gadis itu adalah Ainun dan Nining, mereka berdua menoleh, lantas menjawab salam bersamaan. Yang menghampiri Ainun dan Nining adalah Azfar, Abimanyu, Salman, dan Fiskal. Kedatangan empat remaja laki-laki itu, pandangan Ainun hanya terfokus pada salah seorang di antaranya, siapa lagi kalau bukan Azfar, lelaki itu terlihat sangat tampan, pakaiannya yang rapi, rambut lurus tebal dikucir ke kanan, wajah putih langsat yang berseri, selalu mengukir senyuman yang manis, membuat Ainun semakin tergila-gila. Dalam benak, Ainun ingin sekali menjadi tuan putri, dan Azfar adalah pangerannya.

Juga Azfar, sekilas bola matanya mengamati sosok Ainun dari bawah hingga atas. Gadis itu berparas sangat cantik, make-up di wajahnya tidak begitu tebal, bibirnya merah jambu berkilau—tanpa sentuhan gincu, jilbabnya senada dengan warna gaun, sedikit memanjang ke bawah—menuti dada, hanya beberapa saja siswi mengenakan jilbab seperti itu, banyaknya memakai jilbab dengan penuh variasi; dililit di leher, dsb...

Sejujurnya, penampilan Ainun seperti itu sangat disukai Azfar, ia sangat suka dengan model berpenampilan Ainun yang tidak banyak gaya, seperti tidak terlalu menghias wajah berlebihan, gaya jilbabnya sederhana, namun tetap terlihat cantik.

“Ainun, di sana teman-teman kelas kita. Ayo kita kesana.” Nining berseru, sambil menunjuk gerombolan siswi mengenakan gaun sewarna dengan mereka. Nining segera menarik tangan Ainun, berpamitan pada ke empat sahabat lelaki mereka.

“Azfar, nanti ketemu lagi,” kata Ainun masih sempat walau tangannya sudah ditarik paksa oleh Nining. Azfar mengangguk, memancarkan senyuman manisnya.

“Ainun terlihat sangat cantik, Azfar.” Abimanyu berdecak di samping Azfar.

Azfar mengangguk sekilas, sepakat.

Fiskal mendengar ucapan Abimanyu, ikut mengangguk, “Sayangnya aku tidak bisa memilikinya.” Fiskal menyeringai, hatinya sudah membaik, ia berhasil menenggelamkan perasaan suka itu di samudera terdalam.

Azfar menoleh pada Fiskal, menatapnya, dan Fiskal paham dengan tatapan itu. Tatapan yang seakan-akan meminta maaf padanya.

Fiskal merapatkan kepalanya pada kepala Azfar, berbisik, “Santai saja, cinta kan tidak bisa dipaksa, dan aku juga tidak ingin terus-terusan mencintai orang yang tidak mencintaiku. Ainun juga berhak memilih orang yang dia cintai.” Fiskal menepuk-nepuk bahu Azfar.

Azfar tersenyum, ikut berbisik, “Bisa kita tidak membahas hal ini?”

“Kenapa?” Fiskal mengernyit.

“Kedengarannya jijik.” Azfar bergurau, terkikik geli. Fiskal meninju lengan Azfar—pelan. Kedua remaja itu tertawa bersama.

Sebelum acara ini tiba, beberapa hari yang lalu guru-guru menunjuk Azfar untuk membawakan beberapa lagu. Semua guru sudah tahu kalau Azfar memiliki suara emas. Azfar akan menyanyikan beberapa lagu di saat acara santai, seperti berforo bersama, sesi makan, atau momen terharu, dan Azfar sudah tahu lagu apa yang akan ia bawakan agar semua siswa kelas duabelas bisa menangis tersedu-sedu karena momen perpisahan ini.

Beberapa menit kemudian, acara pun dibuka. Kepala sekolah berdiri di atas panggung, menyampaikan sambutan, dan satu-dua hal. Setelahnya, dilanjutkan dengan rangkaian beberapa tampilan seni, seperti tari, pembacaan puisi—bertemkan tentang guru, juga nyanyian, Azfar yang tampil.

Pertama, Azfar menyanyikan lagu Maher Zain, berjudul: For The Rest Of My Life (Versi Indonesia). Saat masuk di bagian reff, sontak suara tepuk tangan memenuhi dalam gedung. Suaranya sangat merdu.

 

 

Sepanjang hidup...

Bersamamu...

Kesetiaanku...

Tulus untukmu...

Hingga akhir waktu....

Kau lah cintaku.... Cintaku.

 

Sepanjang hidup...

Seiring waktu....

Aku bersyukur...

Atas hadirmu...

Kini dan selamanya...

Aku milikmu...

Yakini hatiku...

 

Bersamamu...

kusadari...

Inilah cinta...

Tiada ragu...

Dengarkanlah...

Kidung cintaku yang abadi….

 

Mendengar Azfar bernyanyi, Ainun tersenyum-senyum malu di kursinya. Ia merasa kalau lagu itu ditujukan untuknya. Pandangannya terus tertuju pada Azfar hingga lelaki itu selesai menyanyi.

Setelah beberapa seni telah ditampilkan, selanjutnya adalah sesi foto bersama tiap-tiap kelas bersama wali kelas masing-masing di atas panggung. Lima belas menit sesi foto bersama, dilanjutkan dengan acara bebas, kali ini Azfar mengisi satu buah lagu lagi, berjudul: Masa SMA. Saat lagu itu dinyanyikan, semua siswa kelas duabelas tersentuh, karena akan berpisah dari bangku SMA. Semua berpelukan, menangis tersedu-sedu, bahkan Azfar meneteskan air mata saat menyanyikan lagu tersebut.

Acara hampir selesai, enam sahabat itu berkumpul, tak lupa untuk berfoto bersama. Di antara mereka berenam, tak ada saling menangisi satu sama lain, karena mereka tahu, beberapa bulan yang akan datang kembali bertemu di Palu, di satu universitas yang sama.

“Nining, tolong fotokan aku bersama Azfar.” Ainun memberikan ponselnya pada Nining, segera menuju ke samping Azfar.

Foto yang cantik, wajah kedua remaja itu serasi, tersenyum lembut bersama. Ainun sangat menyukai foto itu, ia mengunggah ke akun instagram miliknya, bahkan tanpa sepengetahuan Azfar, foto itu ia jadikan sebagai latar room chat di whatsapp.

“Hari yang menyenangkan sekaligus menyedihkan, bukan?” Abimanyu melap sisa-sisa air matanya di pipi.

Semua mengangguk setuju.

“Hei! Untuk merayakan hari perpisahan ini, bagaimana kalau kita makan Coto Makassar?” kata Abimanyu.

“Sepakat!” kata Nining, dan semua pun juga sepakat.

“Fiskal yang traktir!” kata Abimanyu lagi.

“Hei, enak saja!”

“Sekali-sekali, Fiskal, apa lagi ini adalah hari yang sangat menyenangkan bagi kita, dana pa salahnya jika kamu mentraktir kami.” Ucapan Abimanyu menyentuh hati Fiskal.

“Iya, deh, iya-iya, aku yang traktir.”

“Yess! Makasih Fiskal. Kamu adalah sahabat terbaikku!” puji Abimanyu.

Mereka pun menuju warung Coto Makassar yang tak jauh dari gedung acara perpisahan.

Sesampainya di warung Coto Makassar—sambil menunggu pesanan siap, Nining menyalakan ponselnya, mencari nomor Aya Sofia—sahabatnya dari Manado, lalu memencet ikon video call. Sepersekian detik, Aya pun mengangkat panggilan itu, nampak wajah gadis itu di layar ponsel milik Nining.

“Selamat siang, Aya. Apa kabarmu?” Nining yang duluan menyapa.

Selamat siang, Nining. Kabarku bagaik. Bagaimana denganmu?” suara Aya terdengar dari seberang telepon. Nampak senyumnya yang manis.

“Baik juga,” balas Nining.

Nining tak hanya memperlihatkan wajahnya kepada Aya, tapi juga wajah Azfar, Abimanyu, dan dua lelaki itu melambaikan tangan pada Aya.

Usai menanyakan kabar, dan sedikit basa-basi, Aya pun bertanya pada Azfar, Abimanyu dan Nining:

Kalian bertiga lanjut kuliah?”

“Ya.”

Di mana?”

“UNTAD,” Abimanyu yang menjawab.

“Kalau kamu, lanjut?” tanya Nining.

Iya.

“Kampus apa?”

Belum juga mendapatkan jawaban dari Aya, tiba-tiba gadis itu sudah mematikan telepon, membuat wajah Nining gusar.

“Mungkin jaringannya lemot, makanya tiba-tiba mati,” kata Azfar berusaha menghibur Nining, agar ia tak berprasangka buruk pada Aya.

Coto Makassar sudah tersedia di meja makan mereka. Mereka pun mulai menyantap.

Selesai menikmati Coto Makassar, Ainun berbisik pada Azfar saat hendak pulang, mereka masih di depan gedung.

“Sore nanti, kamu bisa jalan-jalan ke pantai Losari?” Ainun bertanya pada Azfar, tanpa didengar oleh sahabatnya yang lain.

“Bisa,” jawab Azfar.

‘Selesai salat ashar tunggu aku di gerbang panti, aku akan jemput.”

Azfar mengernyit, “Abi sama Nining bagaimana? Kami bertiga naik taksi online saja.”

Ainun berdecak sebal, “Aku hanya mengajakmu.”

“Loh, kenapa mereka tidak diajak?”

Ainun semakin sebal, “Banyak tanya. Kalau kamu tidak bisa, bilang.” Ainun pun melangkah gusar meninggalkan Azfar.

“Ainun,” teriak Azfar. Ainun terhenti, menoleh, “Aku tunggu di gerbang panti selesai Ashar.”

Mendengarnya, Ainun akhirnya tersenyum. Gadis itu pun mengacungkan jempol pada Azfar.

Azfar dan Ainun sering berduaan di sekolah, namun tak begitu lama, juga merasa tak puas, karena sahabat-sahabat mereka selalu datang mengganggu. Entah ada apa denganAzfar, setiap hari di sekolah selalu menampakkan begitu banyak perhatian, kepedulian pada Ainun. Gadis itu bisa merasakan bahwa Azfar menyukai dirinya, namun lelaki itu tidak pernah mengutarakan yang sebenarnya, padahal sejak dulu Ainun menunggunya.

 

***

 

Sore hari di Pantai Losari.

Azfar memarkirkan motor dengan rapi, Ainun turun dari jok belakang, melepas helm di kepala. Kedua remaja itu kini berjalan bersisian di atas lantai paving, hendak mencari minuman untuk dinikmati. Ada banyak kedai di pantai itu, Azfar dan Ainun singgah di salah satunya, memesan dua gelas coklat panas.

Pantai Losari adalah salah satu landmark terkenal di kota Makassar. Tempatnya sangat bagus, berada di teluk kecil. Sebelah timur pesisir Teluk adalah Pantai Losari, dan sebelah barat berdiri sebuah Masjid gagah, memiliki 99 kubah. Itu adalah salah satu Masjid yang unik dan terkenal di Indonesia. Sore itu, banyak pengunjung yang berfoto-foto di Pantai Losari, dengan berlatar Masjid 99 kubah yang jauh di seberang sana.

“Pemandangannya cantik, ya.” Ainun pertama kali membuka percakapan. Mereka berdua sedang duduk di sebuah kursi, yang menghadap ke laut, menatap Masjid 99 kubah yang ada di seberang sana.

Azfar mengangguk setuju, “Kamu pernah sholat di Masjid itu?”

“Pernah. Kalau kamu?”

“Ya.”

Pukul lima sore, matahari sudah mendekati kaki langit barat, tak lama lagi akan tumbang. Azfar dan Ainun terus bercakap-cakap, membahas apa saja yang telintas di kepala.

“Sejak tahun berapa Bapak sama Ibu kamu mendirikan yayasan di Palu?” Azfar bertanya

“Duaribu tujuhbelas.”

Azfar mengangguk.

“Bagaimana keadaan kedua orangtuamu saat bencana?” tanya Azfar lagi.

Alhamdulillah, tidak terjadi apa-apa pada mereka. Kantornya juga tidak ambruk, hanya ada beberapa retak saja. Saat bencana itu, satu hari setelahnya, orangtuaku langsung berangkat ke Makassar. Aku juga sudah mendengar setengah kisah menyedihkan bencana itu dari Bapak dan Ibuku.”

Azfar mengangguk lagi.

Geming lagi sejenak, pada akhirnya kedua remaja itu mengganti topik pembicaraan. Topik kali ini sedikit membuat mereka gugup, jantung kedua remaja itu berdebar tak karuan.

“Selama kita kenal, kamu merasakan sesuatu?” Ainun bertanya pelan, tatapannya tertuju pada Masjid di sebarang.

Astaga! aku tahu kemana selanjutnya pembicaraan ini, ucap Azfar dalam hati.

“Azfar,” panggil Ainun karena Azfar tak merespons pertanyaannya.

“Eh, i-iya, hehehe.” Azfar gelagapan. “Kalau kamu sendiri bagaimana? Ada sesuatu yang kamu rasakan?”

Ainun menoleh ke arah lelaki itu, menatap wajahnya, kemudian menatap hamparan lautan.

Azfar ini sebenarnya laki-laki seperti apa? Aku tahu dia pasti pura-pura tidak sadar dengan pertanyaanku.... Hmm, kamu selalu menggantungkan perasaanku, Azfar, seperti tak ada sedikit pun niatmu untuk menggapai perasaan itu, ucap Ainun dalam hati.

Setelah menatap Ainun sejenak, Azfar jadi kebingungan harus berbuat apa. Ia sadar, maksud Ainun adalah ingin agar mereka berdua berpacaran. Sejak dulu Azfar merasakan hal itu, bahkan sejak pandangan pertama Ainun padanya, tapi Azfar belum ingin berstatus pacaran pada gadis itu. Azfar sekarang dilema. Bagaimana ini? Kenapa setiap memiliki setitik niat untuk berpacaran dengan gadis itu, Azfar merasakan ada yang mengganjal di dalam hatinya. Sejujurnya, Azfar juga mulai menimbulkan cinta pada Ainun sejak pandangan pertama.

Apakah hubungan kami berdua harus berpacaran? tanya Azfar pada dirinya sendiri.

Ainun menghembuskan napas pelan, lantas memanggil Azfar sekali lagi. Lelaki itu menoleh, kini tatapan mereka bertemu.

“Aku ingin hubungan kita lebih dari sahabat,” kata Ainun pelan, wajahnya serius, berharap agar Azfar menanggapinya dengan jawaban yang ia inginkan.

“Kamu ingin menjadi sepupuku?”

Ainun berdecak sebal, memalingkan pandangannya dari wajah Azfar.

Sebenarnya Azfar hanya bergurau, tapi gurauannya seperti itu malah membuat Ainun tidak suka mendengarnya.

Tak tega melihat wajah Ainun kesal padanya, Azfar balas memanggil Ainun dengan lembut, tapi gadis itu tak menoleh sama sekali.

“Ainun,” panggil Azfar kedua kalinya. “Jika seratus persen keinginanmu ingin memiliki diriku sebagai pacarmu, maka keinginanku ingin memilikimu sebagai pacarku adalah seratus satu persen,” Azfar tersenyum. Azfar sudah tahu kalau Ainun ingin memilikinya sebagai pacar, makanya ia berucap seperti itu.

Kali ini Ainun menoleh, mata cantiknya berbinar menatap Azfar, “Sungguh?”

Azfar mengangguk senang, tersenyum. “Sejak pertama aku melihatmu, rasa sukaku padamu mulai tumbuh.” Azfar malu-malu mengatakannya.

“Sama, aku juga.” Tatapan Ainun belum lepas dari wajah Azfar.

Hati Ainun yang sejak tadi tidak tenang, jantungnya berdebar tak karuan, isi pikirannya berkecamuk, kini sekarang sudah tenang, lega dengan ucapan Azfar. Azfar pun sama, ia juga sudah merasa lega, rasa dilema tadi seketika hilang karena ia sudah mengambil keputusannya. Tapi, hatinya tetap saja merasa ada yang mengganjal.

Azfar tersenyum lebar, menunduk karena sedikit malu, “Sudah kuduga, kita sama-sama memiliki rasa.”

Ainun tersipu malu, juga tersenyum.

“Sekarang kita ini apa?” Ainun bertanya.

“Sepupu.” balas Azfar, bergurau. Refleks Ainun langsung mencubit perutnya, membuat Azfar meringis kesakitan. Cubitan perempuan tak perlu ditanyakan seperti apa sakitnya.

Sambil memegang perut yang sakit karena dicubit, Azfar tetap tertawa renyah. Melihat wajah Ainun kesal, bukannya takut, Azfar malah suka, karena gadis itu bertambah cantik bila marah.

“Sebentar, aku ingin menulis tanggal hari ini.” Azfar mengambil buku diary dari dalam tas selempang kecilnya.

Azfar menulis di lembaran kosong, dua nama berada di dalam sebuah bentuk love, dibawah love itu ditulis hari dan tanggal: Sabtu 14 Juni 2020.

“Aku masih kesal padamu,” kata Ainun, senyum di wajahnya membuyar.

“Hmm, apa lagi salahku?”

“Kamu jelas-jelas sadar dengan perasaanku padamu, kamu juga suka padaku sejak pandangan pertama, kenapa baru diungkapkan sekarang? Apa harus aku yang duluan mengungkapkannya? Di mana-mana, laki-laki yang menembak, bukan perempuan, huu,” Ainun mengomel.

Azfar tertawa kecil mendengar omelan Ainun, “Maaf.”

“Maaf, maaf. Mau aku cubit lagi perutnya?”

Azfar geleng-geleng kepala, “Garangnya mengalahkan singa bangun tidur.”

“Apa?!” Ainun melotot.

“Eh, tidak, tidak. Ampun.” Azfar tertawa.

Langit hampir gelap, waktu maghrib hampir tiba, Azfar meminta diri pada Ainun ingin shalat Magrib. Ainun tidak shalat, karena sedang datang bulan. Dua remaja itu berjalan menuju Masjid Amirul Mukminin—Masjid terapung tak jauh dari anjungan Pantai Losari. Ainun menunggu Azfar di teras Masjid.

Setelah shalat Magrib, kedua remaja itu mencari warung makan, perut mereka sudah lapar.

Kini Azfar sekarang berada di posisi Futur (keadaan saat iman sedang turun). Dia telah berpacaran dengan Ainun. Dalam agama Islam, pacaran sangat dilarang. Tapi apa boleh buat, godaan setan tak akan pernah berhenti sampai tiba hari kiamat, dan Azfar hanyalah manusia biasa, yang tak luput dari dosa dan kesalahan.

“Oh ya? Coba ceritakan padaku bagaimana kamu menembaknya?” Abimanyu berseru heboh saat Azfar menceritakannya di kamar panti.

Malam itu juga, Abimanyu mengabari di grup persahabatan mereka, bahwa Azfar dan Ainun resmi berpacaran. Ainun tekejut saat membuka grup, membaca chat godaan dari semua sahabatnya. Kabar itu juga, Fiskal menerimanya dengan ikhlas, ia hanya bisa tersenyum, menerima kenyataan itu.

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Susahnya Jadi Badboy Tanggung
4125      1559     1     
Inspirational
Katanya anak bungsu itu selalu menemukan surga di rumahnya. Menjadi kesayangan, bisa bertingkah manja pada seluruh keluarga. Semua bisa berkata begitu karena kebanyakan anak bungsu adalah yang tersayang. Namun, tidak begitu dengan Darma Satya Renanda si bungsu dari tiga bersaudara ini harus berupaya lebih keras. Ia bahkan bertingkah semaunya untuk mendapat perhatian yang diinginkannya. Ap...
My Dangerious Darling
3031      1260     2     
Mystery
Vicky, mahasiswa jurusan Tata Rias yang cantik hingga sering dirumorkan sebagai lelaki gay bertemu dengan Reval, cowok sadis dan misterius yang tengah membantai korbannya! Hal itu membuat Vicky ingin kabur daripada jadi sasaran selanjutnya. Sialnya, Ariel, temannya saat OSPEK malah memperkenalkannya pada cowok itu dan membuat grup chat "Jomblo Mania" dengan mereka bertiga sebagai anggotanya. Vick...
Lily
1255      589     4     
Romance
Apa kita harus percaya pada kesetiaan? Gumam Lily saat memandang papan nama bunga yang ada didepannya. Tertulis disana Bunga Lily biru melambangkan kesetiaan, kepercayaan, dan kepatuhan. Lily hanya mematung memandang dalam bunga biru yang ada didepannya tersebut.
After Feeling
4476      1614     1     
Romance
Kanaya stres berat. Kehidupannya kacau gara-gara utang mantan ayah tirinya dan pinjaman online. Suatu malam, dia memutuskan untuk bunuh diri. Uang yang baru saja ia pinjam malah lenyap karena sebuah aplikasi penipuan. Saat dia sibuk berkutat dengan pikirannya, seorang pemuda misterius, Vincent Agnito tiba-tiba muncul, terlebih dia menggenggam sebilah pisau di tangannya lalu berkata ingin membunuh...
KILLOVE
3536      1174     0     
Action
Karena hutang yang menumpuk dari mendiang ayahnya dan demi kehidupan ibu dan adik perempuannya, ia rela menjadi mainan dari seorang mafia gila. 2 tahun yang telah ia lewati bagai neraka baginya, satu-satunya harapan ia untuk terus hidup adalah keluarganya. Berpikir bahwa ibu dan adiknya selamat dan menjalani hidup dengan baik dan bahagia, hanya menemukan bahwa selama ini semua penderitaannya l...
Campus Love Story
6053      1504     1     
Romance
Dua anak remaja, yang tiap hari bertengkar tanpa alasan hingga dipanggil sebagai pasangan drama. Awal sebab Henan yang mempermasalahkan cara Gina makan bubur ayam, beranjak menjadi lebih sering bertemu karena boneka koleksi kesukaannya yang hilang ada pada gadis itu. Berangkat ke kampus bersama sebagai bentuk terima kasih, malah merambat menjadi ingin menjalin kasih. Lantas, semulus apa perjal...
Call Me if U Dare
3713      1240     1     
Mystery
Delta Rawindra: 1. Gue dituduh mencuri ponsel. 2. Gue gak bisa mengatakan alibi saat kejadian berlangsung karena itu bisa membuat kehidupan SMA gue hancur. 3. Gue harus menemukan pelaku sebenarnya. Anulika Kusumaputri: 1. Gue kehilangan ponsel. 2. Gue tahu siapa si pelaku tapi tidak bisa mengungkapkannya karena kehidupan SMA gue bisa hancur. 3. Gue harus menuduh orang lain. D...
Memento Merapi
4922      1852     1     
Mystery
Siapa bilang kawanan remaja alim itu nggak seru? Jangan salah, Pandu dan gengnya pecinta jejepangan punya agenda asyik buat liburan pasca Ujian Nasional 2013: uji nyali di lereng Merapi, salah satu gunung terangker se-Jawa Tengah! Misteri akan dikuak ala detektif oleh geng remaja alim-rajin-kuper-koplak, AGRIPA: Angga, Gita, Reni, dan Pandu, yang tanpa sadar mengulik sejarah kelam Indonesia denga...
Toko Kelontong di Sudut Desa
4322      1667     3     
Fantasy
Bunda pernah berkata pada anak gadisnya, bahwa cinta terbaik seorang lelaki hanya dimiliki oleh ayah untuk anaknya. Namun, tidak dengan Afuya, yang semenjak usia tujuh tahun hampir lupa kasih sayang ayah itu seperti apa. Benar kata bundanya, tetapi hal itu berlaku bagi ibu dan kakeknya, bukan dirinya dan sang ayah. Kehidupan Afuya sedikit berantakan, saat malaikat tak bersayapnya memutuskan m...
Seutas Benang Merah Pada Rajut Putih
1094      576     1     
Mystery
Kakak beradik Anna dan Andi akhirnya hidup bebas setelah lepas dari harapan semu pada Ayah mereka Namun kehidupan yang damai itu tidak berlangsung lama Seseorang dari masa lalu datang menculik Anna dan berniat memisahkan mereka Siapa dalang dibalik penculikan Anna Dapatkah Anna membebaskan diri dan kembali menjalani kehidupannya yang semula dengan adiknya Dalam usahanya Anna akan menghadap...