Read More >>"> Bumi yang Dihujani Rindu (Bumi yang Dihujani Rindu) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Bumi yang Dihujani Rindu
MENU
About Us  

 

Kupandangi foto Emak yang begitu anggun di atas meja belajar. Mendadak, mataku berkaca. Air bening pun tak mampu membendung di kelopak mata. Pelan-pelan ia turun menyusuri kedua pipi. Beberapa saat lalu akhirnya aku menuruti Fritz. Menelepon Emak untuk memastikan tentang hubunganku dengan Kiara. Jawabannya masih sama.

“Apa harus menikah dengan gadis dari negeri orang sementara masih banyak gadis di negeri sendiri yang cantik juga sholehah?”

Ucapan Emak itu tetap membuatku bungkam. Tak sepatah kata pun meluncur dari bibirku untuk membantahnya. Sekali lagi aku berusaha meyakinkan Emak. Berharap semoga ada sedikit peluang. Namun, argumentasiku kalah. Aku tak berhasil menyentuh sedikit pun hatinya. Bahkan Emak seolah menawarkan padaku seorang gadis dengan kriteria yang nyaris sempurna.

“Kalau kau mau menikah, Emak punya kenalan anak gadis. Emak sudah kenal lama dengan keluarganya. Insyaallah dari keturunan orang tua yang taat menjalankan agama. Cantik parasnya. Orang-orang bilang, sekilas dia mirip Laudya Cintya Bella. Berpendidikan pula. Paling penting dari itu semua, insyaallah dia anak yang sholehah.”

Meski aku tahu itu bukan berarti lantas Emak ingin menjodohkanku. Namun, mendengar ucapan itu mendadak tubuhku layu. Seolah tulang-tulang terlepas dari raga.

Emak hanya tak ingin aku memiliki pasangan yang berasal dari negeri seberang. Perbedaan budaya yang terbentang begitu jauh berbeda. Emak tak ingin kelak ada gesekan yang membuat keretakan karena begitu jauhnya perbedaan. Meski cobaan rumah tangga akan selalu ada ketika menikah dengan pasangan yang memiliki kesamaan budaya. Namun, setidaknya akan lebih mudah memadupadankannya. Begitu alasan yang keluar dari mulut Emak. Meski aku sendiri tak langsung mendengarnya. Beberapa waktu lalu ‘Aini yang menceritakanya.

***

“Aku khawatir,” ucap Fritz, “akan terjadi hal buruk pada Kiara jika rencana lamaranmu batal?”

“Buruk bagaimana maksudmu?” tanyaku.

“Depresi?” tebak Felix.

Fritz menggeleng.

“Ada kekhawatiran yang lebih besar dari itu.”

“Maksudmu Kiara akan murtad lantaran ia kecewa dengan keputusanku?”

Felix mengangguk. Aku tersenyum melihat kekhawatiran Fritz.

“Aku serius, Fyan.” 

“Insyaaah, nggak, Fritz.”

Aku teringat kembali peristiwa penting beberapa waktu lalu. Peristiwa paling bersejarah dalam hidup Kiara. Saat kali pertama ia mengucapan syahadatnya. Kiara telah memantapan diri. Bahwa ke-Islamannya bukan untuk main-main. Bukan karena cintanya kepada manusia. Namun, tulus datang dari hati.

“Jangan takabur kau, Fyan?”

“Insyaallah aku tidak takabur, Fritz?”

“Jadi bagaimana?” tanya Felix, “kapan kau ke tempat Kiara, Fyan?”

Aku melihat jam di dinding.

“Sekarang,” jawabku mantap, “lebih cepat lebih baik.”

***

Usai magrib akhirnya aku memberanikan diri menemui Kiara. Aku meminta Felix dan Fritz menemaniku menemui Kiara di apartemennya.

Setengah jam berlalu dari pukul delapan malam. Ruang tamu apartemen Kiara hening sejak kami tiba sepuluh menit lalu. Aku akan menyampaikan sebuah keputusan yang mungkin akan terasa berat bagi kami. Aku melihat ke arah Kiara yang tengah tertunduk layu. Mungkin ia sudah bisa merasakan apa yang akan kukatakan. Apa mungkin Kiara sudah mendengar semua hal tentang yang akan kukatakan kepadanya? Tentang restu dari Emak yang tidak bisa kudapatkan?

“Aku sudah berusaha meyakinkan,” ucapku memecah keheningan, “Namun, Emak masih tetap dengan pendiriannya. Emak tak merestui hubungan kita.”

Tak berapa lama, ia mengangkat wajahnya. Kini berganti ia yang memandangku. Kulihat, merah dari kedua matanya. Sembab bekas air mata.

Kiara tahu, bahwa aku hanya akan menikah jika mendapat restu dari Emak seperti yang pernah kukatakan padanya beberapa waktu lalu. Dengan restu Emaklah aku akan memutuskan langkah selanjutnya. Sebab restunya adalah doa keselamatan serta kebahagiaan untuk mengarungi biduk cinta. Bagiku menikah bukan hanya perkara hati dua insan. Tapi lebih dari itu. Banyak hati yang harus dipersatukan. Menikah dan membina rumah tangga adalah sebuah ibadah. Aku tak ingin mengawalinya dengan cara yang tidak baik. Memilih Kiara, sama artinya aku telah menentang Emak. Membantah nasihat Emak dengan memilih seorang gadis yang tidak ia ridai kehadirannya. Aku tak ingin mendapatkan petaka lantaran Emak murka.

Bagiku, setiap nasihat Emak adalah selalu yang terbaik. Menjalankan nasihatnya adalah salah satu bentuk baktiku sebagai anaknya. Berbakti padanya adalah perbuatan takwa. Sementara itu, menyelisihi perintah keduanya termasuk perbuatan durhaka. Sebisa mungkin aku tak ingin menyakiti hatinya. Sebagai anak maka sudah menjadi kewajibanku untuk taat kepadanya dalam segala hal kecuali dalam perkara maksiat.

“Mesti berakhir seperti ini?” ucap Kiara sedih. Bibirnya bergetar menahan luapan emosi diri.

***

Jika bumi ibarat hati dan rindu sebagai hujannya

lalu ke mana airnya bermuara?

Rindu memang selalu tentang hati

Namun, akhirnya tak pernah sama

Berakhir bahagia dalam pertemuan

Meski tak jarang berakhir dalam ratapan

 

Tak ada terbetik sedikit pun di hati untuk melukai hatinya. Aku sangat memegang teguh nasihat Nabi tentang berbakti dan memuliakan orang tua.

Memang benar tak ada salahnya jika aku tetap memaksakan ego untuk memilih gadis pilihan hati. Laki-laki bisa saja menikah meski tanpa wali. Apalagi pilihanku itu bukan seorang wanita buruk perangainya. Namun, hidup bukan sekadar perkara halal haram saja. Dalam mengambil keputusan perlu juga mempertimbangkan sisi kemaslahatan dan bahaya yang akan ditimbulkan.

Tambah lagi, Emak bersikeras mematahkan argumentasiku dengan menawarkan seorang gadis pilihannya. Kecantikan, harta, nasab dan agamanya sungguh kriteria yang patut dijadikan standar. Namun, nasihat Nabi tentang empat perkara memilih wanita jangan membuat kita menutup mata tentang perkara yang tak kalah pentingnya, rida orang tua.

“Maafkan aku, Kiara.”

“Di dunia ini tidak hanya ada satu gadis saja. Insyaallah, selalu akan ada takdir terindah bagi siapa saja yang bertakwa dan berbakti pada orang tuanya,” ucap Kiara sambil melukis senyum di wajahnya.

Kiara mengangguk pelan. Ia berusaha tegar.

“Aku khawatir jika Sofyan tidak jadi melamarmu ....”

“Tenang Fritz,” ucap Kiara memutus kata-kata Fritz, “Aku sudah pernah bilang pada Sofyan bahwa niatku beragama itu tulus dari hati terdalam. Urusan perasaanmu dengan Sofyan itu perkara lain lagi. Sejak awal, aku tidak pernah mengaitkannya dengan niatku menjadi seorang mualaf.”

Fritz mengangguk pelan. Ia tampak lega setelah mendengar jawaban langsung dari Kiara.

“Hidayah itu bisa datang kepada siapa saja, kapan saja dan dengan cara bagaimana saja,” lanjut Kiara.

****

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Cinta Semi
1443      636     2     
Romance
Ketika sahabat baik Deon menyarankannya berpacaran, Deon menolak mentah-mentah. Ada hal yang lebih penting daripada pacaran. Karena itulah dia belajar terus-menerus tanpa kenal lelah mengejar impiannya untuk menjadi seorang dokter. Sebuah ambisi yang tidak banyak orang tahu. Namun takdir berkata lain. Seorang gadis yang selalu tidur di perpustakaan menarik perhatiannya. Gadis misterius serta peny...
Demi Keadilan:Azveera's quest
636      343     5     
Mystery
Kisah Vee dan Rav membawa kita ke dalam dunia yang gelap dan penuh misteri. Di SMA Garuda, mereka berdua menemukan cinta dan kebenaran yang tak terduga. Namun, di balik senyum dan kebahagiaan, bahaya mengintai, dan rahasia-rasasia tersembunyi menanti untuk terungkap. Bersama-sama, mereka harus menghadapi badai yang mengancam dan memasuki labirin yang berbahaya. Akankah Vee menemukan jawaban yang ...
Salon & Me
2867      898     11     
Humor
Salon adalah rumah kedua bagi gue. Ya bukan berarti gue biasa ngemper depan salon yah. Tapi karena dari kecil jaman ingus naek turun kaya harga saham sampe sekarang ketika tau bedanya ngutang pinjol sama paylater, nyalon tuh udah kaya rutinitas dan mirip rukun iman buat gue. Yang mana kalo gue gak nyalon tiap minggu rasanya mirip kaya gue gak ikut salat jumat eh salat ied. Dalam buku ini, udah...
Project Pemeran Pembantu
3645      1271     0     
Humor
Project Pemeran Pembantu adalah kumpulan kisah nyata yang menimpa penulis, ntah kenapa ada saja kejadian aneh nan ajaib yang terjadi kepadanya dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Dalam kumpulan cerita ini, penulis menyadari sesuatu hal yang hilang di hidupnya, apakah itu?
Rewrite
5960      2106     1     
Romance
Siapa yang menduga, Azkadina yang tomboy bisa bertekuk lutut pada pria sederhana macam Shafwan? Berawal dari pertemuan mereka yang penuh drama di rumah Sonya. Shafwan adalah guru dari keponakannya. Cinta yang bersemi, membuat Azkadina mengubah penampilan. Dia rela menutup kepalanya dengan selembar hijab, demi mendapatkan cinta dari Shafwan. Perempuan yang bukan tipe-nya itu membuat hidup Shafwa...
Let's See!!
1368      664     1     
Romance
"Kalau sepuluh tahun kedepan kita masih jomblo, kita nikah aja!" kata Oji. "Hah?" Ara menatap sahabat kentalnya itu sedikit kaget. Cowok yang baru putus cinta ini kenapa sih? "Nikah? lo sama gue?" tanya Ara kemudian. Oji mengangguk mantap. "Yap. Lo sama gue menikah."
SORRY
13000      2584     11     
Romance
Masa SMA adalah masa yang harus dipergunakan Aluna agar waktunya tidak terbuang sia-sia. Dan mempunyai 3 (tiga) sahabat cowok yang super duper ganteng, baik, humoris nyatanya belum untuk terbilang cukup aman. Buktinya dia malah baper sama Kale, salah satu cowok di antara mereka. Hatinya tidak benar-benar aman. Sayangnya, Kale itu lagi bucin-bucinnya sama cewek yang bernama Venya, musuh bebuyutan...
Samudra di Antara Kita
20506      3581     136     
Romance
Dayton mengajar di Foothill College, California, karena setelah dipecat dengan tidak hormat dari pekerjaannya, tidak ada lagi perusahaan di Wall Street yang mau menerimanya walaupun ia bergelar S3 bidang ekonomi dari universitas ternama. Anna kuliah di Foothill College karena tentu ia tidak bisa kuliah di universitas yang sama dengan Ivan, kekasihnya yang sudah bukan kekasihnya lagi karena pri...
Under a Falling Star
657      399     7     
Romance
William dan Marianne. Dua sahabat baik yang selalu bersama setiap waktu. Anne mengenal William sejak ia menduduki bangku sekolah dasar. William satu tahun lebih tua dari Anne. Bagi Anne, William sudah ia anggap seperti kakak kandung nya sendiri, begitupun sebaliknya. Dimana ada Anne, pasti akan ada William yang selalu berdiri di sampingnya. William selalu ada untuk Anne. Baik senang maupun duka, ...
Lullaby Untuk Lisa
3240      1107     0     
Romance
Pepatah mengatakan kalau ayah adalah cinta pertama bagi anak perempuannya. Tetapi, tidak untuk Lisa. Dulu sekali ia mengidolakan ayahnya. Baginya, mimpi ayahnya adalah mimpinya juga. Namun, tiba-tiba saja ayahnya pergi meninggalkan rumah. Sejak saat itu, ia menganggap mimpinya itu hanyalah khayalan di siang bolong. Omong kosong. Baginya, kepergiannya bukan hanya menciptakan luka tapi sekalig...