Read More >>"> Bumi yang Dihujani Rindu (Jika Bukan Dia, Lalu Siapa?) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Bumi yang Dihujani Rindu
MENU
About Us  

Aku kembali ke apartemen usai Maghrib dan isya berjamaah di masjid seperti yang lazim kulakukan. Aku dan Fritz langsung menuju foodcourt. Felix sudah menunggu kami di sana. Beberapa waktu lalu ia mengirimkan chat WhatsApp-nya kepadaku. Ada traktiran makan malam, katanya. Aku yakin kali ini bukan traktiran biasa. Sepertinya ada maksud lain dari Felix mengajak kami berkumpul di sini. Apalagi kalau bukan melanjutkan diskusi kami yang sempat terputus beberapa saat lalu.

Foodcourt mulai sepi. Kulirik jam yang melingkar di tangan. Jam operasional foodcourt akan segera berakhir. Beberapa menit ke depan mereka sudah tidak menerima orderan. Dari kejauhan aku melihat Felix duduk di tempat biasa, di salah satu meja yang selalu menjadi favorit kami. Letaknya di salah satu sudut dekat jendela. Taman kecil yang penuh bunga berbagai warna di depannya makin cantik dengan lampu yang sengaja dibuat agak temaram. Kerlip Lampu warna-warni yang biasa dipakai untuk hiasan natal diatur sedemikian rupa sehingga menciptakan suasana malam yang terasa kian romantis. Gemericik air yang memancur di kolam seolah nada-nada indah yang tengah berzikir penuh harmonis dalam sebuah majelis.

Aku dan Fritz menghampiri Felix. Berdasarkan penglihatanku, sudah tersedia makanan dan minuman pesanan kami di atas meja. Sepiring besar french fries untuk kami bertiga lengkap dengan saus tomat di wadah terpisah dan tentu saja segelas mochacino ice blended, kesukaanku. Aku sudah meminta Felix memesankan minuman itu beberapa waktu sebelumnya. Lalu kami duduk. Fritz di sebelahku. Sementara aku duduk tepat berhadapan dengan Felix.

Benar seperti dugaanku. Kali ini bukan traktiran biasa. Rupanya Felix masih penasaran. Ia ingin melanjutkan diskusi kami yang tadi sempat tertunda.

“Jadi dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa yang disalib itu bukan Mesias?” tanya Felix tanpa banyak basa-basi lagi.

Fritz yang sedang asik menyantap makanannya mendadak batal menyuapkan french fries ke mulutnya. Matanya langsung tertuju ke Felix, lalu segera memaling pandangannya ke arahku yang duduk di sebelah kirinya.

What?” kaget Fritz, “Masih berlanjut? Aku kira sudah selesai.”

“Sudah kau habiskan saja makananmu. Biar Sofyan yang menjelaskannya,” ucap Felix, “Kau diam dan dengarkan saja.”

Aku tersenyum melihat keterkejutan Fritz. Kuaduk segelas mochacino ice blended di hadapanku, lalu meminumnya melalui sedotan warna hitam sebelum menjawab pertanyaan Felix.

“Benar,” jawabku.

Felix tampak menyimakku begitu serius. Ia mendekapkan kedua tangannya, lalu menajamkan matanya ke arahku.

“Jika kita merujuk pada firman Allah dalam Al-Qur’an, maka akan kita dapati bahwa Almasih Isa putera Maryam itu tidaklah dibunuh. Tidak pula disalib oleh orang-orang Yahudi,” lanjutku.

“Ada orang lain yang diserupakan dengannya. Sementara itu, Allah telah mengangkat Nabi Isa ‘alaihi salam ke langit. Betul begitu kan, Fyan?” ucap Fritz menambahkan.

Aku mengangguk pelan membenarkan ucapan Fritz. Sejenak aku mengingat-ingat kembali ayat Al-Qur’an yang menceritakan tentang peristiwa yang sedang kami bahas malam ini. Setelah mengingatnya, aku langsung membuka aplikasi Al-Qur’an di handphone-ku. Kubuka tepat pada ayat 157-158 Al-Qur’an surat Annisa. Lalu membacakan terjemahan.

 

Dan (Kami hukum juga) karena ucapan mereka, “Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah,” padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh adalah) orang yang diserupakan dengan Isa. Sesungguhnya mereka yang berselisih pendapat tentang (pembunuhan) Isa, selalu dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka benar-benar tidak tahu (siapa sebenarnya yang dibunuh itu), melainkan mengikuti persangkaan belaka, jadi mereka tidak yakin telah membunuhnya. Tetapi Allah telah mengangkat Isa ke hadirat-Nya. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.

 

“Secara tidak langsung terjemahan ayat yang baru saja kau bacakan itu sebagai bantahan klaim orang Yahudi bahwa mereka telah membunuh Al-Masih, kan?” tanya Fritz.

“Tentu saja. Sekaligus membantah klaim orang Nasrani yang menyatakan bahwa Almasih itu disalib untuk menebus dosa manusia,” ucapku melanjutkan.

Felix mengerutan keningnya. Raut wajahnya berubah. Sepertinya ia tidak suka dengan kata-kata terakhir yang keluar dari mulutku.

 “Kalau memang bukan Yesus dan ternyata digantikan dengan orang lain, lalu siapa yang menggantikan Yesus di tiang salib, Fyan?” tanya Felix.

“YUDAS ISKARIOT,” tegas Fritz, “betul kan, Fyan?”

I don’t know,” jawabku sambil mengangkat kedua bahuku.

“Loh kok,” heran Fritz mendengar jawabanku.

“Wallahu a’lam, hanya Allah saja yang Maha Tahu akan kebenarannya.”

“Tapi kau pernah dengar, bahwa Yudas sang pengkhianat itulah yang menggantikan Yesus di tiang salib, Fyan?” ucap Fritz mengkonfirmasi.

“Kalau itu aku juga pernah mendengarnya,” ucap Felix.

Fritz dan Felix melihat ke arahku. Aku kembali mengangkat bahu.

“Tapi kau pernah mendengar cerita kalau orang yang disalib itu Yudas kan, Fyan?” tanya Felix.

“Iya. Aku pernah dengar,” jawabku sambil mengangguk pelan.

“Lalu kenapa kau bilang tidak tahu?” sambut Fritz.

“Setahuku tidak ada satu teks pun dalam tradisi Islam yang secara valid menyatakan bahwa Yudas Iskariot-lah yang telah menggantikan Yesus di tiang salib.”

***

Yudas Iskariot, yang dalam Injil diceritakan sebagai salah seorang murid Mesias itu, melakukan pengkhianatan. Ia menyerahkan gurunya dengan sebuah ciuman kepada Tentara Romawi di Taman Getsemani. Lalu terdapat dugaan bahwa Yudas Iskariot-lah tokoh yang menggantikan Yesus di tiang salib sebagai balasan atas kejahatannya. Bahkan cerita itu sangat populer di kalangan sebagian besar umat Islam. Bahkan para ustadz sering menceritakan itu dalam ceramahnya. Namun, asumsi tersebut tidak didukung dengan teks yang valid. Al-Qur’an dan Hadits tidak menyebutkannya secara gamblang.

“Jadi bagaimana bisa ada orang Islam yang menyimpulkan bahwa yang disalib itu Yudas Iskariot?” tanya Felix.

“Entahlah. Mestinya kau tanyakan saja langsung, dari mana mereka dapat menyimpulkan bahwa Yudas Iskariot-lah orang yang menggantikan Nabi Isa ‘alaihi salam di tiang salib,” jawabku.

“Kalau aku tidak salah ingat, aku pernah menonton kajian salah satu ustadz di youtube,” jawab Fritz, “Ustadz tersebut mengatakan bahwa Yudas Iskariot-lah orang yang disalibkan. Bukankah kau juga pernah menceritakan kepadaku seperti itu, Fyan?”

“Masa? Kapan aku pernah bilang kalau Yudas Iskariot yang menggantikan Yesus di tiang salib?”

Aku mengerutkan kening berusaha mengingat.

“Tempo hari saat kau menceritakan tentang Injil Bar … hmmm … Inji Bar … apa ya aku lupa,” ucap Felix mengingatkanku.

“Injil Barnabas maksudmu?” ucapku mengingatkan.

“Nah, iya itu. Injil Barnabas. Kau masih ingat kan?”

“O yang itu … ya … ya … aku ingat.”

“Kau pernah bilang padaku kalau kau pernah membaca Injil Barnabas itu kan?”

“Iya. Aku punya terjemahannya dalam Bahasa Indonesia,” jawabku.

“Apa mungkin mereka memakai dalil dari situ?” tebak Fritz.

“Jika berdasarkan cerita yang ada dalam Injil Barnabas, memang yang menggantikan Yesus di tiang salib itu adalah salah seorang muridnya yang berkhianat. Yudas Iskariot. Namun, itu tidak bisa dijadikan dalil dalam Islam.”

“O … Ok,” ucap Fritz.

“Dan Injil Barnabas ini pun diragukan kevalidannya dari sisi sejarah,” tambah Felix.

“Cukup hanya sebatas tambahan wawasan,” terangku.

“Bukan dijadikan sebagai dalil yang valid,” tambah Fritz.

Correct,” tegasku, “Yang jelas setiap ucapan mesti ada dalil yang kuat kan? Dan dalam Islam hanya Al-Qur’an dan Hadits sahih saja yang menjadi dasar kita dalam beragama. Bukan dari sumber lain. Apalagi sumber lain di luar islam yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kevalidannya.”

“Jadi, kalau begitu siapa yang menggantikan Yesus di tiang salib, Fyan?”

Lagi, Felix mengulang pertanyaan Fritz.

“Aku pernah membaca sebuah artikel berjudul The Apocalypse of Peter,” ucapku.

The Apocalypse of Peter?” heran Fritz.

“Yup. Sebuah naskah yang ditemukan di Nag Hammady Mesir tahun 1970.”

Fritz mengerutkan keningnya.

“The Apocalypse of Peter itu bukan Injil kanonik. Tidak digunakan di gereja kami.”

“Benar. Termasuk Injil Apokrif. Terlarang buat ajaran resmi gereja,” ucapku menambahkan.

“Memang isinya tentang apa, Fyan?” Fritz penasaran.

“Kalau aku tidak salah ingat, naskah itu menceritakan tentang keterkejutan Petrus yang menyaksikan bahwa yang disalib ternyata bukanlah guru kesayangannya, Yesus.”

Really?” Fritz terkejut, lalu mengubah posisi duduknya menghadapku, “artinya ada sumber lain di luar sumber Islam yang menyatakan bahwa Yesus tidak disalib?”

Aku mengangguk. Kulihat, Fritz makin penasaran. Ia membuka handphone-nya. Tapi kali ini Fritz tidak mencarinya sendiri. Fritz menyerahkan handphone-nya kepadaku. Lalu memintaku mencarikan naskah yang kumaksudkan tadi.

“Boleh kau carikan artikelnya untukku?” pinta Fritz, “aku penasaran.”

Aku menarik napas, lalu mengembuskannya pelan. Lagi-lagi Fritz meminta pembuktian. Seperti yang biasa ia lakukan saat berdiskusi. Ia tidak mau pasrah menerima mentah-mentah begitu saja tanpa ada bukti nyata. Jujur aku hampir lupa judul artikelnya. Sebab sudah sangat lama aku membacanya. Sejenak, aku mencoba mengingat-ingat. Beberapa keyword kumasukkan di search engine google.

Akhirnya aku berhasil juga menemukannya. Sebuah artikel yang berisi ketakjuban Rasul Petrus. Salah satu murid Yesus itu menyaksikan bahwa Sang Guru tidak mati di tiang disalib. Nyatanya ada sosok lain yang telah menggantikan posisi itu.

Kuserahkan kembali handphone Fritz. Dengan layar terbuka tepat pada artikel The Apocalypse of Peter. Fritz membacanya dengan suara pelan. Aku dan Felix menyimaknya.

 

"What do I see, O Lord? That it is you yourself whom they take, and that you are grasping me? Or who is this one, glad and laughing on the tree? And is it another one whose feet and hands they are striking?"

The Savior said to me, "He whom you saw on the tree, glad and laughing, this is the living Jesus. But this one into whose hands and feet they drive the nails is his fleshly part, which is the substitute being put to shame, the one who came into being in his likeness. But look at him and me.[1]

 

“Tuan, apa yang sedang kusaksikan ini? Apakah ini dirimu sendiri yang telah mereka tangkap dan memegangku ini? Ataukah siapakah ini yang tertawa dan gembira di atas pohon? Dan siapakah SESOSOK LAIN yang tangan dan kakinya mereka salibkan?

Sang Juru Selamat bersabda kepadaku, “Dia yang engkau lihat di atas pohon, yang bergembira dan tertawa, adalah Yesus yang masih hidup. Namun, orang yang tangan dan kakinya mereka paku adalah bagian dagingnya yang merupakan wujud pengganti yang dibuat sama, seseorang yang sungguh-sungguh mirip dengannya. Tetapi lihatlah ia dan aku.”

***

“Jika bukan Yudas, lalu siapa? Jika memang ada sosok lain, mengapa Tuhan kalian tidak menyebutkan saja nama orang yang disebut diserupakan itu?” tanya Felix, “mudah kan?”

Wallahu a’lam,” jawabku.

“Suka-suka Tuhan-lah, Fel,” tambah Fritz.

“Yang jelas, tidak ada kewajiban bagi seorang muslim untuk mengimani siapa sebenarnya orang yang menggantikan posisi Nabi Isa ‘alaihi salam saat disalib. Apakah Yudas ataukah murid-muridnya yang lain,” jawabku.

“Jika demikian, berarti informasi Al-Qur’an itu tidak lengkap dong?” sindir Felix.

“Tidak semua hal harus tertulis dalam Al-Qur’an, Fel,” jawab Fritz, “Coba kau bayangkan jika suatu saat kau akan menanyakan cara membuat pesawat terbang. Dengan alasan Al-Qur’an adalah kitab yang lengkap, maka semua harus ada tertulis di sana.”

“Yang wajib diimani oleh setiap muslim itu bahwa Nabi Isa ‘alaihi salam tidak dibunuh, tidak pula disalib. Perkara siapa orang yang menggantikannya bukan menjadi hal yang pokok dalam agama kami. Tanpa mengetahui siapa sebenarnya sosok yang telah diserupakan itu, tidak menyebabkan meningkat atau menurunnya iman di hati. Iman seorang muslim akan tetap baik-baik saja. Meskipun memang ada sebuah hadits yang menceritakan tentang peristiwa ini.”

“O ya. Ada?” heran Fritz.

“Jika dalam Injil Bernabas, menyebutkan bahwa yang disalib adalah Yudas, salah seorang murid Yesus yang berkhianat. Namun, berbeda dengan yang disebutkan dalam sebuah hadits yang pernah kubaca.”

“Bedanya?” ucap Felix penasaran.

Pertanyaan Felix memaksaku untuk mengingat kembali sebuah penjelasan Al-Qur’an yang terdapat dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir. Sebuah karya fenomenal seorang ulama yang terlahir dengan nama Abul Fida’ Isma’il Bin Katsir Ad Dimasyqi. Kitab yang ditulis dari tangan dingin ulama yang wafat pada tahun 774 hijriyyah itu diberi nama “Tafsir Al Qur’an Al ‘Adzim.” Di sana dapat kita baca suatu cerita yang berbeda dari biasanya tentang rencana penyaliban Nabi Isa ‘alaihi salam. Berdasarkan cerita yang sanadnya shahih sampai Ibnu ‘Abbas itu, dapat kita ketahui bahwa Nabi Isa ‘alaihi salam diangkat oleh Allah ke langit. Sementara itu, yang disalib adalah salah satu muridnya yang masih berusia muda dan setia padanya.

Aku menceritakan riwayat tersebut kepada Felix dan Fritz. Dalam riwayat tersebut menceritakan bahwa Nabi Isa ‘alaihi salam mengabarkan tentang makar yang akan terjadi pada dirinya. Hawariyun, para murid Nabi Isa ‘alaihi salam, berebut peran untuk menggantikan posisi sang guru. Sabda sang guru tentang keutamaan “korban” makar itu begitu menarik hati para murid: Siapa yang bersedia wajahnya diserupakan dengan wajahku, lalu dia dibunuh menggantikanku dan balasannya dia akan menemaniku di surga.

Fritz dan Felix menyimak penjelasanku.

“Jelas, informasi yang bisa kita ketahui dari sumber Islam, bahwa yang menggantikan Nabi Isa ‘alaihi salam adalah orang soleh. Bukan orang jahat. Bahkan dia termasuk manusia yang dijamin surga,” ucapku.

Aku tersenyum lega melihat mereka mengangguk pelan.

“Semoga saja penjelasanku yang sederhana itu dapat menjawab semua pertanyaan mereka,” batinku.

“Aku salut denganmu, Fyan,” ucap Fritz.

“Kenapa?” heranku.

“Selama kita berdiskusi, kau selalu bisa memberikan jawaban yang memuaskan,” jawab Fritz, “setidaknya memuaskan untuk diriku pribadi.”

“Alhamdulillah. Semoga Allah selalu memberikan hidayah-Nya pada kita. Dan semoga saja setiap penjelasan yang kusampaikan tidak menyimpang dari jalan kebenaran yang telah diajarkan Allah dan Rasul-Nya.”

“Aamiin. Insyaallah. Yang bikin aku juga salut itu, kau bisa memberika jawaban dengan memberikan sumber yang sesuai. Jika pertanyaan terkait tentang kekristenan kau bisa menjawab dengan dalil Alkitab. Sebaliknya, jika pertanyaan tentang keislaman kau bisa menjawabnya dengan dalil Al-Qur’an dan Hadits Nabi,” ucap Fritz, “Kau bisa menempatkan di mana kau harus menjawab dengan rujuakn Alkitab, di mana harus dengan Al-Qur’an. Bukan malah mengaduk-adukkan ayat antara keduanya.”

“Iya Fritz, setiap jawaban apalagi dalam hal yang sangat sensitif seperti pembahasan keagamaan yang biasa kita lakukan ini harus dengan referensi yang jelas. Tidak bisa asal bicara. Tidak bisa semena-mena menjawab berdasarkan hawa nafsu semata,” jawabku.

“Apalagi dalam Islam sudah jelas, bahwa segala perkara yang ada haruslah berpegang pada Al-Qur’an dan Hadits sahih,” ucap Felilx.

“Kau tahu juga, sumber hukum Islam?” tanya Fritz.

“Ya tahulah, aku sampai hafal. Sofyan sering mengulang-ulang tentang hal itu. Al-Qur’an dan Hadits sahih,” jawab Felix, lalu mengutip sabda baginda Nabi Muhammad yang disampaikan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Al-Hakim dan Al-Baihaqy.

“Aku tinggalkan dua perkara yang kalian tidak akan tersesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya yaitu Kitabullah dan Sunnahku, serta keduanya tidak akan berpisah sampai keduanya mendatangiku di Telaga”.

***

Aku tersenyum sambil mengangguk pelan. Benar apa yang Felix katakan. Dalam Islam harus mengedepankan Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana juga tercantum dalam firman-Nya dalam Al-Qur’an ayat yang kesembilan surat An-Nisa.

“Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”

Aku pun sering kali mengatakan pada mereka, bahwa apa yang aku sampaikan bisa saja salah. Jika ada ucapanku yang bertentangan dengan firman Allah, Sabda Nabi, serta ucapan orang-orang saleh, maka tinggalkanlah pendapatku itu. Sebagaimana ucapan seorang ulama terkenal bernama Abu ‘Abdillah Muhammad bin Idris bin Al ‘Abbas bin ‘Utsman bin Syafi’. Atau yang lebih dikenal dengan nama Imam Syafi’i.

“Jika kalian menemukan dalam kitabku pendapat yang menyelisihi sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka berpendapatlah kalian dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tinggalkan pendapatku.” Dalam riwayat lain beliau berkata: “Ikutilah sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan jangan berpaling pada pendapat siapa pun.”

Sudah sepatutnyalah kita berhati-hati dalam beragama. Jangan sampai salah mengambil rujukan. Jangan sampai keliru menempatkan sebuah pernyataan, mana yang dijadikan sebagai jawaban dari referensi yang valid dan mana yang hanya sebagai sebuah wawasan. Apalagi jika referensi dari luar islam itu tidak bisa dipertanggungjawabkan kevalidannya. Jangan sembarangan mengambil sebuah rujukan. Terlebih jika hal itu untuk disampaikan kepada khalayak ramai.

Ah, aku jadi teringat pengalamanku beberapa tahun lalu saat masih di Teluk Kuantan. Saat itu aku menghadiri sebuah kajian di masjid dekat rumah. Waktu itu narasumbernya adalah seorang pendakwah wanita. Aku terperangah ketika ia “menafsirkan” sebuah ayat Al-Qur’an dengan merujuk pada sumber yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kevalidannya.

Bagaimana bisa seorang yang mengaku sebagai ustadzah, “menafsirkan” firman suci Yang Maha Mulia dengan sebuah karya fiksi buatan manusia. Ia merujuk sebuah novel The Davinci Code karya Dan Brown ketika menafsirkan sebuah ayat Al-Qur’an untuk mendukung pernyataannya. Sebuah pernyataan yang sangat provokatif dan menurutku sangat berbahaya bagi kerukunan bangsa. Pernyataannya itu sangat bertentangan dengan iman Kristen tentang sosok mulia dan disucikan sebagai Anak Tuhan. Aku pun terperangah dibuatnya. Dengan referensi karya Dan Brown, saat itu ia menyatakan bahwa Yesus poligami. Perkataan itu dilontarkan dengan begitu percaya diri.

***

[1] http://www.gnosis.org/naghamm/apopet.html

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Cinta Semi
1443      636     2     
Romance
Ketika sahabat baik Deon menyarankannya berpacaran, Deon menolak mentah-mentah. Ada hal yang lebih penting daripada pacaran. Karena itulah dia belajar terus-menerus tanpa kenal lelah mengejar impiannya untuk menjadi seorang dokter. Sebuah ambisi yang tidak banyak orang tahu. Namun takdir berkata lain. Seorang gadis yang selalu tidur di perpustakaan menarik perhatiannya. Gadis misterius serta peny...
Demi Keadilan:Azveera's quest
636      343     5     
Mystery
Kisah Vee dan Rav membawa kita ke dalam dunia yang gelap dan penuh misteri. Di SMA Garuda, mereka berdua menemukan cinta dan kebenaran yang tak terduga. Namun, di balik senyum dan kebahagiaan, bahaya mengintai, dan rahasia-rasasia tersembunyi menanti untuk terungkap. Bersama-sama, mereka harus menghadapi badai yang mengancam dan memasuki labirin yang berbahaya. Akankah Vee menemukan jawaban yang ...
Salon & Me
2867      898     11     
Humor
Salon adalah rumah kedua bagi gue. Ya bukan berarti gue biasa ngemper depan salon yah. Tapi karena dari kecil jaman ingus naek turun kaya harga saham sampe sekarang ketika tau bedanya ngutang pinjol sama paylater, nyalon tuh udah kaya rutinitas dan mirip rukun iman buat gue. Yang mana kalo gue gak nyalon tiap minggu rasanya mirip kaya gue gak ikut salat jumat eh salat ied. Dalam buku ini, udah...
Project Pemeran Pembantu
3645      1271     0     
Humor
Project Pemeran Pembantu adalah kumpulan kisah nyata yang menimpa penulis, ntah kenapa ada saja kejadian aneh nan ajaib yang terjadi kepadanya dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Dalam kumpulan cerita ini, penulis menyadari sesuatu hal yang hilang di hidupnya, apakah itu?
Rewrite
5960      2106     1     
Romance
Siapa yang menduga, Azkadina yang tomboy bisa bertekuk lutut pada pria sederhana macam Shafwan? Berawal dari pertemuan mereka yang penuh drama di rumah Sonya. Shafwan adalah guru dari keponakannya. Cinta yang bersemi, membuat Azkadina mengubah penampilan. Dia rela menutup kepalanya dengan selembar hijab, demi mendapatkan cinta dari Shafwan. Perempuan yang bukan tipe-nya itu membuat hidup Shafwa...
Let's See!!
1368      664     1     
Romance
"Kalau sepuluh tahun kedepan kita masih jomblo, kita nikah aja!" kata Oji. "Hah?" Ara menatap sahabat kentalnya itu sedikit kaget. Cowok yang baru putus cinta ini kenapa sih? "Nikah? lo sama gue?" tanya Ara kemudian. Oji mengangguk mantap. "Yap. Lo sama gue menikah."
SORRY
12998      2584     11     
Romance
Masa SMA adalah masa yang harus dipergunakan Aluna agar waktunya tidak terbuang sia-sia. Dan mempunyai 3 (tiga) sahabat cowok yang super duper ganteng, baik, humoris nyatanya belum untuk terbilang cukup aman. Buktinya dia malah baper sama Kale, salah satu cowok di antara mereka. Hatinya tidak benar-benar aman. Sayangnya, Kale itu lagi bucin-bucinnya sama cewek yang bernama Venya, musuh bebuyutan...
Samudra di Antara Kita
20506      3581     136     
Romance
Dayton mengajar di Foothill College, California, karena setelah dipecat dengan tidak hormat dari pekerjaannya, tidak ada lagi perusahaan di Wall Street yang mau menerimanya walaupun ia bergelar S3 bidang ekonomi dari universitas ternama. Anna kuliah di Foothill College karena tentu ia tidak bisa kuliah di universitas yang sama dengan Ivan, kekasihnya yang sudah bukan kekasihnya lagi karena pri...
Under a Falling Star
657      399     7     
Romance
William dan Marianne. Dua sahabat baik yang selalu bersama setiap waktu. Anne mengenal William sejak ia menduduki bangku sekolah dasar. William satu tahun lebih tua dari Anne. Bagi Anne, William sudah ia anggap seperti kakak kandung nya sendiri, begitupun sebaliknya. Dimana ada Anne, pasti akan ada William yang selalu berdiri di sampingnya. William selalu ada untuk Anne. Baik senang maupun duka, ...
Lullaby Untuk Lisa
3240      1107     0     
Romance
Pepatah mengatakan kalau ayah adalah cinta pertama bagi anak perempuannya. Tetapi, tidak untuk Lisa. Dulu sekali ia mengidolakan ayahnya. Baginya, mimpi ayahnya adalah mimpinya juga. Namun, tiba-tiba saja ayahnya pergi meninggalkan rumah. Sejak saat itu, ia menganggap mimpinya itu hanyalah khayalan di siang bolong. Omong kosong. Baginya, kepergiannya bukan hanya menciptakan luka tapi sekalig...