Raya merebut amplop yang baru saja kuambil dari tanganku.
“Eits ... bukan buat lo.”
“Iya … iya … amplop lo tuh jatuh. Udah untung gue ambilin. Bilang makasih kek.”
“Makasih Wellang,” ucap Rona tersenyum, “Memangnya amplop apa, Honey?”
Raya tersenyum. Rona penasaran. Aku mematung seperti orang bodoh melihat dua insan yang sedang dilanda kasmaran. Raya berdiri dan berjalan mendekati Rona lalu memberikan amplop merah muda itu padanya. Rona tersenyum. Kulihat ada rasa bahagia terpancar dari wajahnya.
“Happy sixth month anniversary, Honey …,” ucap Raya tersenyum lebar.
Kulihat mata Rona berkaca-kaca bahagia sambil membuka amplop merah muda yang berisi post card bergambar pemandangan indah khas Pulau Selatan, New Zealand. Rona membaca kata-kata yang ditulisan Raya di balik post card itu.
Segala tentangmu
Adalah hati yang kerap berpuisi
Tak bisa berhenti
Bak detak jantung yang tak bisa dijeda
Bak hujan yang membuat kuncup bunga di taman merekah
Rona langsung mengecup tulisan Raya berkali-kali. Lalu, memandangi suaminya yang romantis itu seraya mengatakan, “O … so sweet ….”
“Ya elah baru nikah enam bulan aja pake anniversary-anniversary-an …,” celetukku.
Raya dan Rona tak menggubris. Rona memeluk Raya erat. Aku melipir menjauh memandangi langit yang begitu memesona berhias aurora. Simfoni warna-warna alami di langit yang begitu indah ini memang pas memayungi orang-orang yang sedang jatuh cinta, seperti Rona dan Raya.
“Makasih, Honey,” ucap Rona terdengar manja.
“Sama-sama, Cintaaaaaa …,” ucapku meledek Rona sebab biasanya Raya akan membalasnya demikian.
Kulihat Rona kesal karena ucapanku meledeknya, tapi Raya membujuknya dengan membelai mesra pipi Rona. Lalu, Rona menggelayut manja di pundak Raya.
“Kartunya bagus banget,” ucap Rona, “Kok aku nggak tahu kamu beli kartu ini?”
“Kan biar surprise … hehehe .…”
“Hmmm … aku tahu, kamu pasti beli ini di Supermarket New World saat kita mampir beli makanan, betul kan?”
“Hmmm … ada deh, rahasia ….”
“Iiih ngeselin pake rahasia-rahasiaan.”
Rona memukul-mukulkan tangannya dengan manja ke dada bidang Raya. Sementara ucapan Rona tentang Supermarket New World itu mengingatkanku pada peristiwa saat perjalanan dari Wanaka menuju Mount Cook Alpine Salmon. Saat itu kami singgah di sebuah toko kue yang terletak tidak jauh dari tempat kami berbelanja. Di sana aku bertemu dengan seorang bocah lelaki di depan toko yang menjual pavlova dan hokey pokey.
Ada hal yang membuat hatiku bergetar di sana. Aku melihat sebuah pemandangan yang tak sanggup kuungkapkan dengan kata-kata. Hanya luruh air mata seolah yang bisa menerjemahkan sebuah rasa yang begitu dalam maknanya.
***