"Pernikahan. Apa maksudmu?" tanya Rudi sambil menoleh ke arah Syifa.
"Tadi Mama dan kedua adikmu bilang jika dalam waktu dekat kamu akan melangsungkan pernikahan dengan Anita." jelas Syifa kepada Rudi.
"Aku justru baru tahu masalah ini darimu, kalau begitu aku pulang dulu besok pagi aku kesini untuk jemput kamu dan Akbar," ucap Rudi sambil pamit dan berjalan keluar kamar.
***
"Mama, Ma!" teriak Rudi sambil masuk ke dalam rumah.
"Kamu kenapa? Baru pulang sudah teriak-teriak!" bentak Ningrum yang saat itu sedang menikmati makan malam bersama keluarga yang lain.
"Itu pasti karena kebanyakan bergaul dengan orang-orang kampung, makanya nggak tahu sopan santun." jawab Sherin dengan muka ketus.
"Tutup mulutmu! Justru kalianlah orang yang tidak tahu sopan santun." bentak Rudi sambil menunjuk Sherin.
"Rudi, duduk!" bentak Andre sambil menyuruh Rudi duduk.
"Sekarang jelaskan apa yang sebenarnya terjadi sebenarnya." ucap Andre saat Rudi sudah duduk di sampingnya.
Rudi pun menjelaskan semua yang terjadi dan apa yang telah Syifa ceritakan kepadanya. Bahkan soal rencana pernikahan antara dirinya dan Anita. Sebuah rencana pernikahan yang sama sekali tidak diketahuinya.
"Apa benar yang dikatakan Rudi?" tanya Andre kepada Ningrum dan kedua putrinya.
"Perempuan itu benar-benar cari masalah denganku." batin Ningrum sambil menatap Rudi dengan tajam.
"Iya benar, Mama memang menagih uang bersalin dan Mama memang merencanakan pernikahan mu dan Anita," jawab Ningrum sambil berdiri.
"Kenapa Mama asal ambil keputusan? Harusnya Mama tanya dulu padaku!" teriak Rudi sambil berdiri dari tempat duduknya.
"Buat apa bertanya kepadamu? Pasti kamu juga tidak akan setuju." jawab Ningrum sambil membuang muka.
"Jika Mama sudah tahu jawabanku kenapa Mama masih mau menjodohkan ku dengan Anita!" bentak Rudi kepada Ningrum.
"Memang apa yang kurang dari Anita? Dia cantik, pintar, model terkenal, jangan bilang kalau kamu suka sama Pelacur itu." jawab Ningrum sambil menoleh ke arah Rudi.
"Mama jaga mulutmu, tidak baik menghina orang lain!" bentak Andre kepada sang istri.
"Memang kenapa? Benar 'kan, perempuan yang hamil diluar nikah itu apa namanya kalau bukan Pelacur." jawab Ningrum dengan entengnya.
"benar, Ma. Pelacur adalah sebutan yang pantas buat perempuan kampung itu," timpal Shania sambil tersenyum.
"Tutup mulut kalian. Namanya itu Syifa bukan Pelacur, aahh!" teriak Rudi sambil membanting piring yang ada di hadapannya dan berjalan meninggalkan ruang makan menuju ke kamarnya .
"Kalian benar-benar keterlaluan." ucap Andre sambil berjalan menghampiri Rudi.
Ningrum dan kesua putrinya tertawa terbahak-bahak. Mereka merasa sudah berhasil mengalahkan Syifa. Namun, Ningrum yang sudah dendam dengan Syifa karena berani melaporkan kejadian tadi siang kepada Rudi langsung menyusun rencana untuk menyiksa Syifa dan Akbar.
***
Keesokan harinya setelah bersiap-siap Rudi pun langsung berangkat ke rumah sakit untuk menjemput Syifa dan Akbar. Sesampai di rumah sakit Rudi langsung menyelesaikan biaya rumah sakit. Saat Rudi sedang berada di kasir rumah sakit tiba-tiba terdengar suara telepon dari dalam jasnya.
"Halo. Ada apa, Njas?" tanya Andre setelah mengangkat panggilan ponselnya.
"Ini Pak Ruli dan Bu Surti ingin bicara dengan Syifa." ucap Anjas kepada Rudi.
"Saat ini aku sedang di kasir rumah sakit 10 menit lagi aku hubungi kamu kembali." ucap Rudi sambil menutup ponselnya.
10 menit berlalu setelah membayar biaya rumah sakit Rudi pun langsung berjalan ke arah kamar Syifa. Rudi menceritakan kepada Syifa bahwa orang tuanya akan menghubunginya dan dia minta agar Syifa tidak menceritakan apapun kepada mereka. Setelah melakukan panggilan melalui video call Rudi menyerahkan ponselnya kepada Syifa dan dia langsung menggendong Akbar yang sedang tertidur pulas di box bayi.
"Halo." ucap Syifa sambil menahan air matanya.
"Assalamualaikum, bagaimana kabarmu, Nak?" tanya sang ibu sambil tersenyum melihat Syifa melalui ponsel.
"Alhamdulillah Syifa baik Bu." jawab Syifa sambil mulai meneteskan air matanya.
"Kamu kenapa menangis, Nak? Kamu sehat 'kan." tanya Surti khawatir.
"Ada apa? Kenapa Syifa menangis." tanya Ruli sambil merampas ponsel dari tangan sang istri.
"Kamu kenapa, Nak. Apa kamu sakit atau mungkin Laki-laki kurang ajar itu memperlakukanmu dengan buruk." ucap Ruli khawatir.
"Tidak, Pak. Mas Rudi memperlakukan Syifa dengan sangat baik." ucap Syifa sambil mengusap air matanya.
"Lalu kenapa kamu menangis? Dimana Laki-laki itu Bapak mau bicara dengannya." tanya Ruli kepada Syifa.
"Dia sedang bersama Akbar." jawab Syifa sambil mengarahkan kamera ponsel ke arah Rudi yang sedang tertidur di sofa sambil menggendong Akbar.
"Kamu sudah melahirkan, Nak. siapa nama cucu Bapak?" tanya Ruli dengan sangat antusias.
"Syifa sudah melahirkan, Pak. anaknya laki-laki apa perempuan?" tanya Surti penasaran.
"Laki-laki." jawab Ruli singkat.
"Namanya Muhammad Akbar Pratama, panggilannya Akbar Pak." jelas Syifa sambil tersenyum.
Setelah cukup lama berbincang-bincang dengan orang tuanya Syifa pun pamit untuk menutup ponselnya dengan alasan sang dokter datang untuk memeriksanya. Setelah menutup ponselnya Syifa langsung meletakkan ponsel Rudi di atas sebuah meja kecil disamping tempat tidurnya. Sambil tersenyum Syifa menatap wajah Rudi dan Akbar yang begitu mirip.
"Seandainya pernikahan kita tidak dirahasiakan mungkin kita akan menjadi keluarga yang sangat bahagia." batin Syifa sambil tersenyum ke arah Rudi dan Akbar.
***
Di rumah Rudi, Ningrum dan kedua putrinya sudah menyiapkan rencana untuk menyiksa Syifa dan Putranya. Tidak berapa lama Rudi, Mbok Inah, Syifa dan Akbar pun sampai di rumah. Mereka langsung menuju ke paviliun belakang,berbagai keperluan bayi dan box kecil sudah disiapkan oleh Rudi sejak kemarin.
"Mas, itu kandang kucing milik siapa? Sepertinya di rumah ini tidak ada kucing," tanya Syifa penasaran saat melihat kandang kucing di depan kamarnya.
"Iya. Apa jangan-jangan Sherin mau pelihara kucing? Sepertinya itu juga kandang baru tapi dimana kucingnya," jawab Rudi sambil mencari keberadaan seekor kucing di sekitar situ.