Loading...
Logo TinLit
Read Story - Hujan Paling Jujur di Matamu
MENU
About Us  

Matahari terus berjalan dari timur ke barat dan akan terus begitu hingga datang hari kiamat. Jarum jam dinding terus berputar tiada lelah menemani Ratri mengolah derita menjadi air mata.

Hari-harinya terasa sangat berat. Beban derita seolah tak pernah klimaks. Sementara Yudis semakin tak acuh padanya. Tak heran jika ada yang berubah dalam diri Ratri, kini ia terlihat lebih kurus. Betapa tidak, hari-harinya hanya diisi dengan airmata derita. Ratri sudah kehilangan nafsu makan juga tak pernah tidur lelap. Masalah yang kini menimpanya benar-benar menguras pikiran dan air mata.

Sedang Yudis berlari dari masalah dengan menuangkannya melalui lukisan. Porsi rokoknya pun sangat tak biasa, ia bisa menghabiskan beberapa bungkus rokok dalam sehari semalam. Belum lagi minuman berenergi dan minuman bersoda. Bibirnya semakin gelap. Matanya yang dulu tajam kini selalu terlihat lelah. Namun selalu beringas, ketika menatap Ratri.

Sore itu, keluarga Yudis telah berkumpul hendak menghadiri acara syukuran empat bulanan kehamilan istri Rio. Tante Diana dan Om Syam sepertinya mulai bisa menerima Rio karena ternyata Rio yang disangkanya begundal, kini menjadi seorang pria dewasa yang penuh tanggung jawab dan mandiri. Masa lalunya yang penuh pertentangan dengan jalan kehidupan, ia jadikan pelajaran.

Bu Farida terlihat segar. Dengan gaun muslimahnya, ia terlihat anggun sebagai seorang wanita dewasa yang bijaksana. Ratri pun ada di antara mereka. Mungkin karena Ratri selalu memakai baju yang serba longgar, mereka tak melihat perubahan tubuh Ratri yang makin kurus. Perutnya pun terlihat normal. Andai Ratri memakai baju sedikit ketat, pastilah semua tahu kalau tubuh Ratri kini sangat kurus dengan perut sedikt buncit. Tapi andai semua memperhatikan mata Ratri, garis hitam di bawah kelopak matanya itu bukanlah celak, melainkan garis kesedihan dan kelelahan.

“Yudis lagi ngapain sih, Neng. Lama banget dandannya kaya perempuan aja,” seru Bu Farida.

“Tadi sih, sedang mandi, Bu,” jawab Ratri.

“Coba Neng lihat, takutnya dia malah tidur lagi,” sahut Bu Farida.

“Iya Bu,” singkat Ratri.

Ratri segera masuk dan langsung menuju ke kamar. Pintu kamar tertutup. Namun, Ratri dapat menendengar Yudis sedang terbatuk-batuk. Setelah beberapa kali mengucap salam namun tak dijawab, Ratri pun memutuskan untuk masuk. Dalam kamar, Yudis sedang duduk di tepian tempat tidur sambil terbatuk-batuk. Ratri pun mendekatinya.

“Ditunggu sama ibu, Aa …,” ucap Ratri pelan. Namun Yudis tak menjawab. Kedua tangannya menutupi mulut sambil terbatuk-batuk. Ratri pun semakin mendekatinya.

“Aa Yudis sakit?” tanya Ratri lagi, tetap lembut. Biar bagaimanapun Yudis adalah suaminya. Namun baru saja Ratri mencoba duduk di sampingnya.

“Pergi sana perempuan pendusta!” Bentak Yudis sambil mendorong Ratri sangat kuat tepat di bagian perutnya. Tak ayal lagi, Ratri langsung terjungkal hampir saja telentang andai ia tak menahan dengan kedua tangannya. Namun, anehnya Ratri tak sedikit pun mengeluarkan suara, apalagi berteriak. Sambil meringis memegangi perut, Ratri pun mencoba bangkit.

“Terima kasih Aa, Neng akan sangat senang jika Aa Yudis membunuh Neng karena hanya kematian yang dapat membebaskan beban derita ini. Namun, temuilah ibu. Beliau sangat menyayangi Aa.” Kata-kata Ratri terdengar putus asa. Namun amarah dalam dada Yudis terlalu panas hingga tak mampu untuk didinginkan.

Yudis pun berdiri. Melempar sapun tangan yang dipegangnya ke atas bantal. Lalu keluar dari kamar setelah menyambar syal yang tersampir dan segera dibelitkan di lehernya tanpa peduli kepada Ratri yang sedang meringis kesakitan memegangi perutnya.

Ratri menarik napas dalam. Ia pun mendekati cermin dan membetulkan kerudungnya yang sedikit kusut. Dia pun duduk di tepian tempat tidur. Memandangi wajahnya pada cermin. Kemudian tersenyum getir. Namun, seketika mata Ratri menatap noda merah dilantai kamar.

“Darah!” desahnya. Tanpa diminta matanya pun menoleh kepada sapu tangan yang dilemparkan tadi oleh Yudis, ia pun mengambilnya.

“Aa Yudis!” Ratri berseru ketika melihat noda darah pada saputangan itu.

“Aa Yudis kenapa?” tanyanya dalam hati. Sebelum tanya hatinya terjawab, di luar terdengar suara mobil dinyalakan. Ratri pun segera keluar dari kamar. Sapu tangan itu, ia simpan di pojok kamar.

“Ayo Neng!” seru Bu Farida ketika melihat Ratri datang.

Ratri hanya mengangguk. Pikirannya terus dilanda kecemasan kepada Yudis. Ia takut terjadi apa-apa pada suaminya itu. Sebab jika sampai Yudis kenapa-kenapa, Ratrilah yang patut disalahkan.

Om Syam dan Tante Diana sudah melajukan mobilnya keluar dari halaman. Ratri pun di gandeng Bu Farida menuju mobil. Yudis telah duduk di belakang setir. Ratri dan Bu Farida duduk di belakang. Yudis berpesan kepada Bi Nengsih dan Mang Dadang agar mengunci pintu pagar setelah dia keluar dari rumah. Bi Nengsih hanya mengangguk. Yudis pun mulai menginjak pedal gas. Mercy hitam mengkilat itu pun melaju tenang keluar dari halaman. Bi Nengsih pun segara menutup kembali pintu pagar dan menguncinya.

***

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
BORU SIBOLANGIT
544      317     8     
Short Story
Dua pilihan bagi orang yang berani masuk kawasan Hutan Sibolangit, kembali atau tidak akan keluar darinya. Selain citra kengerian itu, Sibolangit dikaruniakan puncak keindahan alami yang sangat menggoda dalam wujud Boru Sibolangit -Imora dan Nale, tidak sembarang orang beruntung menyaksikannya.
Bimasakti dan Antariksa
216      167     0     
Romance
Romance Comedy Story Antariksa Aira Crysan Banyak yang bilang 'Witing Tresno Jalaran Soko Kulino'. Cinta tumbuh karena terbiasa. Boro terbiasa yang ada malah apes. Punya rekan kerja yang hobinya ngegombal dan enggak pernah serius. Ditambah orang itu adalah 'MANTAN PACAR PURA-PURANYA' pas kuliah dulu. "Kamu jauh-jauh dari saya!" Bimasakti Airlangga Raditya Banyak yang bila...
Love You, Om Ganteng
17191      4183     5     
Romance
"Mau dua bulan atau dua tahun, saya tidak akan suka sama kamu." "Kalau suka, gimana?" "Ya berarti saya sudah gila." "Deal. Siap-siap gila berarti."
Mysterious Call
500      332     2     
Short Story
Ratusan pangilan asing terus masuk ke ponsel Alexa. Kecurigaannya berlabuh pada keisengan Vivian cewek populer yang jadi sahabatnya. Dia tidak sadar yang dihadapinya jauh lebih gelap. Penjahat yang telah membunuh teman dekat di masa lalunya kini kembali mengincar nyawanya.
Langit Jingga
2778      979     4     
Romance
"Aku benci senja. Ia menyadarkanku akan kebohongan yang mengakar dalam yakin, rusak semua. Kini bagiku, cinta hanyalah bualan semata." - Nurlyra Annisa -
Reaksi Kimia (update)
5831      1542     7     
Romance
》Ketika Kesempurnaan Mengaggumi Kesederhanaan《 "Dua orang bersama itu seperti reaksi kimia. Jika kamu menggabungkan dua hal yang identik, tidak ada reaksi kimia yang di lihat. Lain halnya dengan dua hal yang berbeda disatukan, pasti dapat menghasilkan percikan yang tidak terduga" ~Alvaro Marcello Anindito~
Secret Elegi
4329      1272     1     
Fan Fiction
Mereka tidak pernah menginginkan ikatan itu, namun kesepakatan diantar dua keluarga membuat keduanya mau tidak mau harus menjalaninya. Aiden berpikir mungkin perjodohan ini merupakan kesempatan kedua baginya untuk memperbaiki kesalahan di masa lalu. Menggunakan identitasnya sebagai tunangan untuk memperbaiki kembali hubungan mereka yang sempat hancur. Tapi Eun Ji bukanlah gadis 5 tahun yang l...
Code: Scarlet
25381      4941     16     
Action
Kyoka Ichimiya. Gadis itu hidup dengan masa lalu yang masih misterius. Dengan kehidupannya sebagai Agen Percobaan selama 2 tahun, akhirnya dia sekarang bisa menjadi seorang gadis SMA biasa. Namun di balik penampilannya tersebut, Ichimiya selalu menyembunyikan belati di bawah roknya.
(not) the last sunset
588      411     0     
Short Story
Deburan ombak memecah keheningan.diatas batu karang aku duduk bersila menikmati indahnya pemandangan sore ini,matahari yang mulai kembali keperaduannya dan sebentar lagi akan digantikan oleh sinar rembulan.aku menggulung rambutku dan memejamkan mata perlahan,merasakan setiap sentuhan lembut angin pantai. “excusme.. may I sit down?” seseorang bertanya padaku,aku membuka mataku dan untuk bebera...
CHANGE
482      344     0     
Short Story
Di suatu zaman di mana kuda dan panah masih menguasai dunia. Dimana peri-peri masih tak malu untuk bergaul dengan manusia. Masa kejayaan para dewa serta masa dimana kesaktian para penyihir masih terlihat sangat nyata dan diakui orang-orang. Di waktu itulah legenda tentang naga dan ksatria mencapai puncak kejayaannya. Pada masa itu terdapat suatu kerajaan makmur yang dipimpin oleh raja dan rat...