Read More >>"> When Magenta Write Their Destiny (Blok 8: Aini) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - When Magenta Write Their Destiny
MENU
About Us  

Blok 8-Aini

Semesta Aini

“Nduk, kamu kok belum pernah bawa teman laki-laki ke sini? Kenalin dong, sama Papa. Papa, ‘kan juga pengen tau siapa teman dekatnya anak gadis Papa.”

Itulah permintaan bokap gue kemarin sore. Awalnya gue ogah-ogahan dengerin dia ngoceh. Tapi, kayaknya boleh juga bawa seseorang yang spesial buat gue ke Istana Villa. Kebetulan gue juga lagi bingung mau bawa dia kemana saat dia dibolehin pulang dari rumah sakit. Buat kembaliin dia ke rumah keluarganya kayaknya gue nggak rela deh. Apa lagi saat gue tau gimana sikap kembarannya.

Maka, sore ini gue penuhi permintaan bokap. Gue bawa Yuke ke villa setelah semua urusan di rumah sakit beres. Setengah jam sebelumnya gue udah kontak bokap, bilang kalo gue akan penuhi keinginannya. Bokap antusias banget dan langsung pulang ke villa. Katanya dia juga pegen vc sama nyokap dan kakak-kakak gue.

Mobil yang gue naiki menepi di halaman villa. Gue gandeng tangan Yuke. Berdua kami turun dari mobil. Tongkat putih yang biasa Yuke gunakan sejak dia buta gue simpan di tas. Biar tangan gue aja yang jadi petunjuk arahnya. Cowok ganteng ini nggak akan kenapa-napa selama bersama gue.

Kami berjalan di sepanjang halaman berumput yang luas. Air mancur keperakan menari riang, menimbulkan gemericik yang menyegarkan. Yuke mengulurkan tangan. Gue peka. Dia pasti pengen rasain kesegaran air itu. Gue arahin telapak tangannya tepat ke depan air mancur berbentuk bulat. Yuke tertawa riang saat jemari panjangnya berciuman dengan air bening.

Hati gue dijalari rasa senang sekaligus sedih saat melihatnya. Senang karena Yuke udah bisa keluar dari rumah sakit. Bahkan dia bisa jalan sendiri tanpa kursi roda. Sedih melihat jari-jarinya yang panjang dan putih. Yuke sangat pucat, menunjukkan kalau tubuh dan jiwanya memang tak sehat.

Sepersekian menit gue biarin dia main air. Cuma tangannya aja kok yang kena air, jangan sampai bajunya ikut basah juga. Gue liatin dia tanpa dia sadari. Laki-laki dengan wajah innocent yang menawan. Dia terlihat kekanakan sekaligus dewasa di saat bersamaan. Pemuda dengan berjuta pesona ini, sayang sekali ditelantarkan keluarganya.

Memori gue memutar rekaman kejadian buruk yang menimpa Yuke. Gue kenal dia sejak SMP. Bisa dibilang kami melewatkan masa remaja bersama, tapi lingkaran pertemanannya berbeda. Dulu Yuke kemana-mana berempat. Gue sering ledekin tiga sahabatnya sebagai asprinya saking dekatnya mereka. Dia selalu bersama Yune, Garry, sobatnya yang berambut merah, serta Nata, satu-satunya perempuan di tengah para ‘penyamun’ itu. Dalam pandangan gue, geng itu isinya empat anak keren dan berprestasi. Yuke pernah jadi coverboy. Walaupun bandel setengah mati, Yune punya otak encer. Dia sering menambah koleksi piala sekolah di olimpiade nasional dan internasional. Garry komikus terkenal. Dan Nata hampir sama kayak Yuke, menekuni karier sebagai model.

Di antara empat anak itu, si kembar Yuke dan Yune terkenal jail. Ada aja ide absurd yang terlintas di otak mereka. Si kembar juga yang paling humoris. Kalau Fred dan George adanya di Hogwarts, si kembar adalah copy pastenya mereka di sekolah gue. Si kembar, Garry, dan Nata adalah pesaing Magenta dalam hal prestasi dan popularitas. Peringkat mereka bersaing ketat dengan kami.

Cuma sedikit yang gue tau tentang Yuke. Di mata gue dia hanya anak orang kaya yang jail, humoris, dan disukai banyak orang. Ketampanan dan kepintaran bergaul membuat kejahilan Yuke selalu dimaafkan. Beruntungnya jadi orang good looking. Pas SMA, kami terpisah. Gue didaftarin bokap di sekolah lain. Cuma beberapa kali gue ketemu Yuke selama SMA. Itu pun gara-gara Benita bucin banget sama Zakaria, kakak angkatnya Yuke. Entah bagaimana, kami ketemu lagi di kuliah. Mana satu kelas pula. Mungkin memang udah skenarionya kayak gitu dari yang empunya hidup.

Semenjak satu kelas di kuliahan itulah gue tau banyak tentang Yuke. Dia masih smart dan memesona seperti biasa. Tapi, gue bisa rasain ada yang telah layu dalam dirinya. Asumsi gue benar. Udah banyak peristiwa buruk yang dia alami. Dia sering dimarahin bahkan ditampar sama mendiang bokapnya. Perkaranya sepele, Yuke kurang bisa memahami nyokapnya yang punya keterbelakangan mental. Yuke juga sering dibanding-bandingin sama Yune. Katanya, Yune lebih pengertian dan pantas dijadikan teladan.

Puncaknya adalah kematian papanya Yuke. Om Steven ketemu Izrail lebih cepat karena Covid-19. Di situlah penderitaan Yuke yang sebenarnya dimulai. Yune nggak begitu peduli lagi padanya. Dia fokus ngurusin Tante Laras. Alhasil Yuke jadiin Zakaria sebagai rumahnya. Sayangnya, itu orang udah terlanjur nikah sama orang yang salah. Si Sabila antagonis itu nggak ngebolehin suaminya terlalu perhatian dengan Yuke.

Udah jatuh tertimpa tangga. Udah kehilangan bokap, Yuke juga kehilangan penglihatan. Kondisi itu membuat Tante Paula dan Om Dominique, kerabatnya Yuke, ngebuang dia ke panti. Yuke mengalami perundungan di panti sosial itu. Bukannya solid, sesama penyintas gangguan penglihatan di sana malah kurang ajar. Rentetan kepedihan hidup itu bikin Yuke tertekan, depresi, dan punya kecenderungan melukai diri.

Yune dan Zakaria berusaha keras mengeluarkan Yuke dari panti. Hingga akhirnya Yuke berhasil keluar setelah terluka dalam aksi demonstrasi penghuni panti. Panti itu bakal berubah status jadi balai. Belum lama keluar dari panti, Yuke udah kena cobaan lagi. Dan ini yang terparah, bikin kondisi mentalnya turun drastis.

Ah, kenapa gue jadi bongkar kisah hidup orang? Gue masuk villa dulu. Bokap pasti udah nunggu.

“Assalamualaikum!” seru gue dengan suara diriang-riangkan. Berharap bokap terima siapa yang gue bawa.

“Waalaikumsalam. Sini, Nduk.”

Bokap gue berjalan keluar dari ruang dalam. Penampilannya rapi dengan kemeja cokelat dan celana bahan berwarna gelap. Gue berjalan berdampingan dengan Yuke. Bokap tersenyum liat gue dan Yuke bergandengan tangan.

“Wah, gantengnya. Siapa ini, Nduk? Pacarmu?”

Gue tersenyum masam dengar pujian bokap. Dia belum tau aja gimana gaharnya cowok cakep ini kalo lagi kambuh. Mungkin Yuke keliatan normal kalo dia lagi tenang. Orang gampang suka sama dia pada pandangan pertama. Dia cuma keliatan pucat aja. Tapi ....

“Nggak sopan kamu, ya! Orang tua kamu nggak pernah ajarin sopan santun?” geram bokap gue pas tangannya ditepis kasar sama Yuke.

Wajah Yuke bertambah pias. Gue mencium tanda bahaya. Yuke nggak suka dibentak. Tangannya bergerak liar menjangkau benda terdekat. Diambilnya gelas kristal dan ....

Pyar!

Benda berkilau dibandrol harga sekian juta itu hancur jadi serpihan. Bokap gue menahan murka. Susah payah gue menyeret Yuke ke lantai atas. Nggak akan gue biarin siapa pun menyakiti dia, termasuk bokap gue.

“Aini! Siapa suruh kamu bawa dia ke atas!” teriak bokap gue berang.

Larangannya gue abaikan. Gue terus menarik tangannya ke lantai atas. Kamar gue kayaknya jadi tempat aman. Gue harus selesaikan ini semua sendiri. Pelan dan hati-hati, gue tuntun Yuke ke tempat tidur. Dia terduduk di masterbed, tubuhnya gemetar hebat.

“Yuke, kamu di sini dulu, ya. Nanti aku balik lagi,” bisik gue.

Dia diem aja. Gue bergegas turun setelah mengunci pintu kamar dan menutup rapat jendela. Sungguh, gue takut banget Yuke mencelakai diri sendiri selama gue tinggal.

Hanya Allah yang gue takuti. Selama tujuan gue bener, gue yakin Allah bakal memudahkan. Gue temui bokap di ruang tamu dengan kepala tegak.

“Nduk, coba kamu pertimbangkan lagi. Kamu yakin mau meneruskan hubungan sama anak gila itu?” Bokap gue coba menasihati. Nada suaranya diatur selembut mungkin.

Bukannya terbujuk, gue malah marah. Orang kayak Yuke itu istimewa. Mereka butuh perlakuan khusus.

“Yuke nggak gila, Pa!” sentak gue marah.

Muka bokap gue berkeriut marah. “Kamu berani ngebentak Papa?”

“Aku nggak akan kayak gini kalau Papa hargai pilihanku.”

Ketegangan menggantung berat di penjuru ruang tamu. Sekian menit gue bersitatap dengan bokap. Udah lama Istana Villa nggak diguncang huru-hara keluarga kayak gini.

“Ini villa, Nduk. Bukan rumah sakit jiwa.” Bokap buka suara lagi. Kedua tangannya terkepal di punggung kursi.

“Aku juga tau. Anggap aja kita lagi CSR. Belum pernah CSR, ‘kan? Lagian, dia juga tanggung jawab aku. Papa nggak akan direpotkan sama dia,” balas gue sengit.

Bokap mendengus. Pandangannya yang meremehkan menusuk hati gue. Dia pasti ngeremehin gue karena gue bilang CSR.

“Tau apa anak kemarin sore kayak kamu tentang CSR? Lagi pagebluk begini ....” Bokap mengembuskan napas kasar, nggak habis pikir sama pilihan gue.

Sore yang gue pikir bakalan menyenangkan nggak seindah harapan. Rencana vc-an sama nyokap dan kakak-kakak gue pun batal. Hmmm, kayaknya gue mesti jalanin plan B kalo nggak ada lampu hijau juga dari bokap.

Dengan cepat gue bangkit dari sofa. Gue nggak punya waktu banyak. Dari tadi gue kebayang Yuke melakukan hal aneh-aneh di lantai atas.

“Oke, kalo Papa nggak izinin. Aku mau bawa Yuke ke Irene Homestay aja. Mama masih punya hati dan pasti nggak akan nolak permintaanku,” pungkas gue.

Telak, harga diri bokap mulai tersulut. Dari dulu dia memang nggak suka tersaingi. Dia selalu yakin kalau Istana Villa jauh lebih bagus ketimbang Irene Homestay. Yah walaupun Irene Homestay belum ada kolam renang dan kamarnya masih sedikit, pemiliknya jauh lebih peduli. Lebih parah lagi kalo gue aduin kelakuan bokap ke nyokap. Bokap pasti bakal kena semprot.

“Aini, Aini! Tunggu!” Bokap gue ikut berdiri. Satu tangannya terbenam di saku.

“Dia boleh tinggal di sini.”

Yes, apa gue bilang. Berhasil tuh plan B gue. Gue baru mau naik tangga pas bokap ngomong lagi.

“Tapi dengan dua syarat.”

Apa-apaan sih bokap gue? Susah amat mau pakai villa. Gue anaknya bukan sih?

“Apa syaratnya?” tanya gue sambil mengertakkan gigi.

“Pertama, anak gila itu tanggung jawabmu. Papa nggak mau ikut campur. Kedua, kamu harus ikut Papa dalam pertemuan Rotary.”

Bola mata gue mau copot rasanya. Oke, gue sanggup sama syarat pertama. Tapi syarat kedua?

Udah lama bonyok jadi Rotarian-sebutan untuk anggota Rotary Club. Sebuah organisasi internasional yang isinya orang-orang baik. Pendirinya Paul Harris, seorang pengacara di Chicago. Rotary International udah berumur lebih dari seratus tahun. Nama Rotary diambil karena tiap pertemuannya dilakukan secara rotasi. Kini Rotary udah punya cabang di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri, Rotary punya dua distrik, D3410 dan D3420. District 3410 memegang bagian barat Indonesia dan district 3420 menguasai wilayah timur. Banyak yang bilang kalau Rotary itu organisasi yang isinya orang kaya dan baik. Mottonya Service Above Self. Ortunya anak Magenta jadi Rotarian. Hampir semua anak Magenta rajin ikut pertemuan Rotary bareng ortu mereka kecuali gue. Memang dasarnya aja gue nggak demen kegiatan kayak gituan. Buang waktu, boros, dan nggak ada duitnya.

Bermenit-menit lewat dalam hening. Bokap bertolak pinggang, nunggu keputusan gue. Bikin gue gedek setengah mati. Pasti ini yang diinginkan bokap dari dulu: anak bungsunya jadi penerusnya sebagai Rotarian.

Take it or leave it,” desis bokap gue.

Gue hela napas berat. Apa boleh buat?

“Oke, deal.”

Ternyata bokap belum puas. Dia melangkah maju. Kelingkingnya terangkat. Duuuh, ngapain pakai sumpah kelingking segala? Terpaksa gue kaitkan kelingking gue sama dia. Setelah perjanjian gaje itu, gue ngacir ke atas.

“Yukeee, aku bawa kabar gembira!” Gue berseru ceria sambil buka pintu kamar.

“Yuke boleh tinggal di sini sama aku. Horeee.”

Reaksinya bisa ditebak. Yuke tetap diam. Duduk dengan mata menatap kosong dan muka pucat. Gue duduk di sampingnya. Baru sedetik meletakkan pantat di tempat tidur, ponsel gue bergetar lembut. Ada notif dari grup tim produksi film. Sutradara misuh-misuh ke gue. Naskah skenario yang harusnya gue tangani belum beres sampai sekarang.

Aduh gue lupa. Keasyikan urus Yuke bikin kewajiban terlupakan. Buru-buru gue buka laptop. Gue mulai ngetik naskah di Final Draft, aplikasi khusus untuk penulisan skenario. Gue berdoa dalam hati sambil nulis. Berdoa biar Yuke tenang dan nggak pecahin konsentrasi gue.

**    

Jarum panjang bertakhta dengan sukses di angka enam. Sementara itu, jarum pendek tertatih-tatih ke angka tujuh. Di saat itulah pintu kamar mandi terbuka. Gue berjalan keluar dengan pakaian lengkap. Dress selutut sewarna tanah melekat pas di badan gue. Seuntai kalung mutiara melingkar di leher. Susah payah tangan gue menjepitkan anting emas bertatahkan permata ke telinga. Ribet ya, gue nggak biasa pakai ginian.

Gue menyeret langkah ke cermin. Sedikit pangling liat refleksi gue sendiri. Gue memang nggak semodis Gabriella, se-girly Marina, atau seanggun Benita. Gue juga bukan cewek barbie kayak Erika. Dulu, mana mau gue pakai gaun kecuali terpaksa? Terakhir gue pakai gaun waktu Zakaria nikah sama si antagonis.

Aini yang sekarang ternyata udah berubah. Gue yang tomboy akhirnya pakai gaun. Hati gue yang mendingin sejak keretakan keluarga kembali menghangat. Jiwa komersial dan matrealistis dalam diri gue perlahan meluntur. Semua karena Yuke. Cowok istimewa itu yang membuat gue bertumbuh.

Ah, Yuke. Lagi ngapain ya dia sekarang? Oppa-Oppa ganteng itu tidur di kamar yang bersebelahan sama kamar gue. Apa gue ajak dia ikut pertemuan Rotary aja, ya? Gue nggak tenang biarin dia sendirian.

Belum sempat gue beranjak keluar kamar, bokap udah buka pintu kamar gue tanpa ketuk-ketuk dulu. Kepalanya menyembul dari celah pintu.

“Ayo masuk Zoom, Nduk. Jangan ajak bocah gila itu,” suruhnya.

Rahang gue mengeras. Gue selalu tersinggung tiap kali bokap ngatain Yuke gila. Cemberut, gue berjalan ke meja komputer. Aplikasi Zoom terbuka. Gue ketik meeting id dan passcode. Nggak berapa lama, gue udah masuk ruang virtual.

Sebagian Rotarian sudah datang. Gue lihat ada Tante Yvonne, Om Calvin, Tante Rosie, Tante Monalisa dan Om Danish-ortunya Benita, mamanya Gabriella, dan Opa Willy. Wah asyik, malam ini ada DG dan PDG sekaligus. DG itu singkatan dari District Governor, pimpinan distrik Rotary. Masa kepemimpinannya satu tahun. PDG itu Past District Governor, orang yang pernah mimpin distrik. Mama dan Opanya Erika adalah contoh baik regenerasi Rotarian dalam keluarga. Bapak sama anak sama-sama pernah jadi DG.

Sisa anggota Rotary lainnya bergabung. Anak Magenta menyusul. Gue liat Gabriella tampak murung. Marina juga manyun terus sejak masuk Zoom. Benita dan Erika yang paling santai di antara mereka.

“Wiiiih, si Aini kesambet malaikat, ya?” goda Gabriella.

Kayaknya mereka nggak sadar kalau ini bukan personal meeting room punya keluarga mereka sendiri. Bisa-bisanya mereka ledekin gue di depan Rotarian. Gue celingak-celinguk, takut bokap gue gabung.

“Biarinlah. Gue, ‘kan, pengen jadi penerus bokap.” Gue berdalih sambil tersenyum.

Marina menaik-turunkan alisnya. “Jadi penerus bokap atau karena Yuke?”

Leher gue terasa tercekik. Tuh anak tau aja, ya. Anak Magenta cekikikan liat muka gue yang cengo.

Rasdi Trunajaya has join the meeting

Ups, bokap gue udah datang. Ruang pertemuan virtual makin ramai karena sesama Rotarian mulai mengobrol. Kehadiran gue disambut baik. Gue pikir bakal dicuekin karena selama ini ogah ikut pertemuan sama ortu gue. Btw, nyokap gue mana, ya? Apa masih di penerbangan?

Irene Trunajaya has join the meeting

Panjang umur. Nyokap gue bergabung. Senyum merekah di wajah cantiknya begitu liat gue.

“Aini ... anak Mama,” panggilnya cerah.

Walaupun AC di kamar gue disetel pada kisaran suhu 18, sekeliling leher gue serasa gerah. Gue bukan anak kecil. Heran banget liat gue ada di sini.

“Aini lagi bucin sama Yuke, Tante. Makanya dia bela-belain datang.” Gabriella melapor. Ada nada tawa dalam suaranya.

Alis nyokap gue bertaut. Dia penasaran siapa itu Yuke. Gabriella minta disambit sepatu kayaknya. Ember banget tuh bocah.

Sedikitnya jumlah Rotarian justru membuat suasana menjadi akrab. Tiap anggota klub saling mengenal satu sama lain. Sering kali obrolan di sela pertemuan diselingi bahasan tentang keluarga atau keseharian. Perlahan tapi pasti gue nyaman di sini. Apa lagi ada Magenta. Walaupun mereka ada jailnya juga.

Pertemuan dimulai. Ternyata malam ini ada pembentukan klub baru. Nggak jarang di sebuah kota ada lebih dari satu klub Rotary. Klub yang baru terbentuk ini sebagian anggotanya bertetangga. Ada juga yang suami-istri. Klub yang baru terbentuk ini memfokuskan diri di bidang lingkungan. Mereka mulai berkoordinasi dengan pemerintah dan RT RW setempat. Tiap dua minggu sekali mereka mengundang pembicara yang mengupas isu-isu menarik khususnya bidang lingkungan. Mereka juga menaruh perhatian pada penataan sungai, pengelolaan sampah, dan Eco Enzyme.

Satu setengah jam kami bertatap maya. Begitu president club membubarkan pertemuan, gue lari ke kamar Yuke. Gue bernapas lega karena dia lagi duduk tenang di pinggir ranjang.

Gue dekati dia. Ekor mata gue menangkap torehan di lengan kanan. Apa dia melukai diri?

“Yuke, ini kenapa?” tanya gue, menyentuh lembut luka itu.

Dia meringis. Pasti sakit karena ini luka baru. Dengan kalut, gue rangkul dia ke lantai bawah.

Kami berhenti di halaman belakang. Gue dan Yuke duduk di depan kolam renang. Yuke mencelupkan kaki ke permukaan air. Samar gue dengar bibirnya bersenandung.

Apalah arti hidup tanpa cinta?

Apalah arti cinta tanpa kasih?

Dan apalah arti diriku tanpa hadirmu?

Apalah arti semua tanpa dirimu?

Ada dalam pelukku

Bersatu selamanya

Gue terenyak. Tumben bukan lagu anak-anak. Demi apa pun, gue pengen meluk dia tiap kali natap matanya. Perlahan gue melanjutkan nyanyian itu.

Karena cintaku ada untuk dirimu

Memberikan semua yang terindah

Karena kasih suciku hanya untukmu

Yang takkan mungkin hilang dan takkan pernah bisa sirna (Ungu-Apalah Arti Cinta).

Gue bawa Yuke ke dalam pelukan. Dia balas memeluk gue. Ah, damainya hati.

Kedamaian itu meledak buyar. Yuke tiba-tiba dorong tubuh gue. Alhasil gue jatuh ke kolam renang. Air menciprat. Susah payah gue berenang kembali ke tepi. Yuke bangkit dengan tatapan hampa dan paras sepucat perkamen seperti biasa.

 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Hello, Kapten!
1083      574     1     
Romance
Desa Yambe adalah desa terpencil di lereng Gunung Yambe yang merupakan zona merah di daerah perbatasan negara. Di Desa Yambe, Edel pada akhirnya bertemu dengan pria yang sejak lama ia incar, yang tidak lain adalah Komandan Pos Yambe, Kapten Adit. Perjuangan Edel dalam penugasan ini tidak hanya soal melindungi masyarakat dari kelompok separatis bersenjata, tetapi juga menarik hati Kapten Adit yan...
A D I E U
1932      725     4     
Romance
Kehilangan. Aku selalu saja terjebak masa lalu yang memuakkan. Perpisahan. Aku selalu saja menjadi korban dari permainan cinta. Hingga akhirnya selamat tinggal menjadi kata tersisa. Aku memutuskan untuk mematikan rasa.
Dialektika Sungguh Aku Tidak Butuh Reseptor Cahaya
427      303     4     
Short Story
Romantika kisah putih abu tidak umum namun sarat akan banyak pesan moral, semoga bermanfaat
Ada Cinta Dalam Sepotong Kue
5328      1731     1     
Inspirational
Ada begitu banyak hal yang seharusnya tidak terjadi kalau saja Nana tidak membuka kotak pandora sialan itu. Mungkin dia akan terus hidup bahagia berdua saja dengan Bundanya tercinta. Mungkin dia akan bekerja di toko roti impian bersama chef pastri idolanya. Dan mungkin, dia akan berakhir di pelaminan dengan pujaan yang diam-diam dia kagumi? Semua hanya mungkin! Masalahnya, semua sudah terlamba...
Premium
Secret Love Story (Complete)
11235      1578     2     
Romance
Setiap gadis berharap kisah cinta yang romantis Dimana seorang pangeran tampan datang dalam hidupnya Dan membuatnya jatuh cinta seketika Berharap bahwa dirinya akan menjadi seperti cinderella Yang akan hidup bahagia bersama dengan pangerannya Itu kisah cinta yang terlalu sempurna Pernah aku menginginkannya Namun sesuatu yang seperti itu jauh dari jangkauanku Bukan karena t...
Secangkir Kopi dan Seteguk Kepahitan
527      291     4     
Romance
Tugas, satu kata yang membuatku dekat dengan kopi. Mau tak mau aku harus bergadang semalaman demi menyelesaikan tugas yang bejibun itu. Demi hasil yang maksimal tak tanggung-tanggung Pak Suharjo memberikan ratusan soal dengan puluhan point yang membuatku keriting. Tapi tugas ini tak selamanya buatku bosan, karenanya aku bisa bertemu si dia di perpustakaan. Namanya Raihan, yang membuatku selalu...
HURT ANGEL
135      108     0     
True Story
Hanya kisah kecil tentang sebuah pengorbanan dan pengkhianatan, bagaimana sakitnya mempertahankan di tengah gonjang-ganjing perpisahan. Bukan sebuah kisah tentang devinisi cinta itu selalu indah. Melainkan tentang mempertahankan sebuah perjalanan rumah tangga yang dihiasi rahasia.
Life
272      186     1     
Short Story
Kutemukan arti kehidupan melalui kalam-kalam cinta-Mu
Call Me if U Dare
4152      1378     2     
Mystery
Delta Rawindra: 1. Gue dituduh mencuri ponsel. 2. Gue gak bisa mengatakan alibi saat kejadian berlangsung karena itu bisa membuat kehidupan SMA gue hancur. 3. Gue harus menemukan pelaku sebenarnya. Anulika Kusumaputri: 1. Gue kehilangan ponsel. 2. Gue tahu siapa si pelaku tapi tidak bisa mengungkapkannya karena kehidupan SMA gue bisa hancur. 3. Gue harus menuduh orang lain. D...
Akhir SMA ( Cerita, Cinta, Cita-Cita )
1567      785     1     
Romance
Akhir SMA yang tidak pernah terbayangkan dalam pikiran seorang cewek bernama Shevia Andriana. Di saat masa-masa terakhirnya, dia baru mendapatkan peristiwa yang dapat mengubah hidupnya. Ada banyak cerita terukir indah di ingatan. Ada satu cinta yang memenuhi hatinya. Dan tidak luput jika, cita-cita yang selama ini menjadi tujuannya..