Tidak ada yang lebih menyakitkan bagi seorang ibu kecuali kehilangan kebahagiaan dalam rumah tangga serta tak bisa membahagiakan anak-anaknya. Semestinya, seorang ibu menjadi sosok yang bisa membahagiakan meski dengan cara sederhana. Sosok yang selalu disebut dengan bangga ketika seseorang bertanya, ‘siapa yang paling kamu sayangi?’
Untuk Renata, peran dirinya dalam memangku titel ibu telah hancur sejak rumah tangganya gagal. Juga, menjadi lebih hancur lagi ketika kedua putrinya bermasalah. Alice menderita karena dirinya, pun dengan Alen. Bahkan Alen terang-terangan mengatakan bahwa Renatalah yang memicu timbulnya khayalan-khayalan kejam. Bukankah itu artinya Renata adalah sumber penderitaan Alen? Alen menderita karena MDD yang diidapnya dan MDD itu dipicu oleh Renata. Sakit sekali mendengar pengakuan itu.
Sakit hati Renata bukan karena ia dituduh sebagai sumber masalah, tapi karena mendapati kenyataan bahwa dirinyalah yang selama ini menimbulkan masalah dalam mental putrinya. Ia gagal menjadi sosok yang bisa membahagiakan dengan cara sederhana.
Renata menautkan kedua tangannya bersamaan sehingga jari-jarinya bisa saling meremas. Sebuah kebiasaan yang selalu ia lakukan ketika gelisah.
“Di sini?” Nurseu berdiri di depan pintu kamar Alen.
Setelah mengobrol panjang lebar dengan Nurseu, Renata memutuskan untuk membawa perawat sekolah itu ke rumahnya. Nurseu dekat dengan Alen, barang kali ia bisa membujuk Alen agar mau keluar dari kamarnya. Kalau tidak, mungkin terpaksa Renata akan mendobrak pintu mahoni itu dan membawa paksa Alen keluar. Tidak mungkin ia membiarkan putri bungsunya melanjutkan hari ketiga tanpa makan, tanpa minum.
“Tolong bujuk Alen, bagaimana pun caranya.” Ucap Renata lirih. Setelah itu ia berlalu menuju dapur.
Renata berdiri di depan wastafel, lalu mulai menangis setelah menyalakan keran.
Bagaimana mungkin hati seorang ibu tidak terluka jika keadaan rumahnya hancur begini?
#
Jepit rambut kupu-kupu itu tergeletak di lantai kamar dengan nahas. Mata kosong Alen tak lepas memandangnya.
Alen menarik kaki dan memeluk lulut ketika kebas merambat ke betisnya. Ia bersandar pada dinding kamar dan memejamkan mata. Sebuah suara yang familiar terngiang-ngiang di telinganya.
Saya tahu segala hal tentangmu
Alen mengusap wajah dengan punggung tangan. Air matanya meluncur deras beriringan dengan bayangan-bayangan sosok Galen yang melesat keluar dari prefontalnya.
Ke mana pemuda itu?
Sumpah, Alen ingat sekali mata bening dan kulit pucat Galen. Senyum pemuda itu, gerak-geriknya, gayanya bicaranya, semuanya. Mana mungkin Alen lupa ketika semua itu terasa sangat nyata? Tidak masuk akal jika sekarang Alen harus menerima fakta bahwa Galen tak pernah ada.
Karena sebuah video amatir dan sebuah rekaman CCTV UKS, Renata bilang, Galen tak pernah ada. Alice juga menuduh bahwa selama ini Galen hanya khayalan, seperti halnya tokoh-tokoh lain yang sering membuat Alen berbicara sendiri. Tapi Alen berani bersumpah, Galen beda dengan yang lain. Pemuda itu nyata, bukan khayalan, bukan juga imajinasi yang Alen reka seorang diri.
Lalu Alen berlari marah ke kamar. Ia mengunci pintu kamar dengan napas tersengal. Mengabaikan panggilan Renata dan Alice di luar, Alen mengobrak-abrik seisi kamar. Kadang tubuhnya terbentur ke sisi meja rias yang lancip, atau terbentur pada benda-benda keras di sekitarnya, tapi Alen seolah mati rasa. Dorongan yang besar membuatnya hilang kendali dan menghancurkan apa saja yang ada di sekitarnya. Lampu, hiasan kecil, gelas, figura, tak ada yang luput dari terjangan Alen. Benda-benda tak bersalah itu berterbangan di udara, lalu membentur lantai dan pecah setelah Alen melemparnya.
Batas kesabaran Alen sudah tidak mungkin lagi diulur. Sudah cukup selama ini ia diam saja dianggap tidak waras. Hanya karena Alen sering berbicara dengan tokoh dalam bayangannya, bukan berarti seseorang yang selama ini menemaninya adalah tokoh fiksi yang ia ciptakan sendiri. Alen tak sebodoh itu. ia bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang hanya imajinasi belaka. Dan Galen termasuk pada kategori nyata. Pemuda itu nyata, hidup, dan tinggal di dekatnya.
Namun seperti serangan balik yang menghujam tepat ke dada, Alen harus menerima bahwa ia memang tidak waras seperti yang selama ini orang-orang pikirkan.
Galen tak pernah ada.
Ketika Alen memeriksa log panggilan dan kotak masuk di ponselnya, tidak ada satupun jejak yang meningalkan bukti bahwa Galen pernah menelpon atau mengirim pesan. Yang membuat Alen lebih percaya lagi adalah, di daftar kontaknya tidak ada nama Galen. Tidak ada hal-hal yang berkaitan dengan Galen di ponselnya.
Ketakutan, Alen melepar ponselnya hingga berantakan. Gadis itu membekap mulut, disergap ingatan-ingatan manis bersama seorang pemuda magis.
Jadi semua itu tidak pernah tejadi? Seperti yang sudah-sudah, semua itu hanya khayalan?
Tidak, tidak mungkin.
Alen menggeleng cepat. Air matanya jatuh dengan deras.
Lalu sisi lain dalam dirinya berkata, ‘tapi video yang ditunjukkan Mama dan Alice… bukankah itu bukti bahwa Galen benar-benar tak pernah ada?’
Alen menjerit.
Suara itu memukulnya seperti palu godam yang gaib.
Semuanya berkelebat cepat. Kepala Alen berdenyut hebat begitu memorinya bersama Galen serta potongan-potongan video yang ia tonton berhamburan gila dalam otaknya. Gadis itu menjambak rambutnya, mulai menyiksa dirinya, menyadari bahwa hidupnya sudah lebih hancur.
Sekarang ia benar-benar gila. Bahkan untuk membedakan mana kenyataan dan mana khayalan, Alen sudah tak bisa.
Alen tidak mungkin gila. Ia tidak mau gila. Alen meringkuk di sudut. Matanya membidik kotak perhiasan di meja rias. Diraihnya kotak itu, lalu ditemukannya jepit rambut kupu-kupu yang dulu ia beli bersama Galen di flea market. Jepit rambut ini nyata, tapi Galen tidak. Senyum kecut kembang di bibir Alen. ia menyadari sesuatu yang lebih mengerikan :
Bahwa selama ini, segala hal yang ia lakukan bersama Galen ternyata ia lakukan seorang diri. Seperti di video yang Alice tunjukkan, saat Alen berpikir ia sedang duduk dan menyantap mie ayam bersama Galen di taman, kenyataannya ia hanya duduk sendiri, menyantap mie ayam sendirian. Pun dengan membeli jepit ke flea market. Pasti itu Alen lakukan seorang diri sementara dalam bayangannya ia ditemani seorang pemuda.
“Alen…”
Alen mendecakkan lidah. Kenapa Renata belum juga menyerah? Sudah tiga hari berturut-turut ibunya itu membujuknya agar keluar kamar, membawakan makanan yang tak pernah Alen sentuh, dan mengajak Alen bicara dengan sia-sia. Alen tidak ingin meninggalkan kamarnya. Biarkan saja ia mati di ruangan ini daripada ia harus menghadapi orang-orang dengan kenyataan bahwa ia adalah gadis gila.
Alen tak akan sanggup.
“Alen ini saya, Nurseu.”
“Buka pintunya.”
Alen mengerjap. Ia terperanjat, terburu-buru berdiri, lalu membuka pintu. Di hadapannya, Nurseu berdiri dalam balutan pakaian yang berbeda. Bukan seragam perwat yang biasa ia kenakan di sekolah, melainkan pakaian kasual. Knit hitam dan blazer cokelat.
Nurseu yang pertama kali memeluk Alen. Ia menggiring Alen masuk kembali ke kamar, lalu menutup pintu masih sambil mendekap Alen dalam rangkulannya.
“Kenapa kamu tidak keluar? Kamu mau mati disini?”
Alen merasakan kelopak matanya penuh. Pandangannya memburam.
“Biarkan saja saya mati di sini.”
“Dengar Alen, Mamamu khawatir sekali sampai dia menemui saya di kafe, bahkan dia sengaja meminta saya untuk membujuk kamu agar mau keluar kamar.”
“Saya tidak akan keluar.”
“Kenapa?”
“Orang-orang gila memang seharusnya dikurung, kan?”
Alen menangkap mata Nurseu yang membulat. Perempuan itu lalu mendekap Alen. Keduanya terisak bersama-sama, membaurkan perasaan mereka menjadi satu seolah bisa merasakan penderitaan yang dialami salah satunya sebagai penderitaan sendiri.
#
“Di dunia ini, tidak ada sesuatu yang berjalan sempurna, bahkan hidup orang-orang yang kamu pikir bahagia, belum tentu begitu adanya.” Nurseu menggenggam tangan Alen. Keduanya duduk di tengah-tengah kekacuan kamar, bersandar pada dinding kamar, sama-sama menatap lurus.
“Dulu saya juga seperti kamu…” tatapan Nurseu menerawang. Ia tak pandai bercerita, tapi ingin sekali menceritakan sesuatu pada Alen.
Alen adalah anak yang istimewa bagi Nurseu. Ketika pertama kali mendengar gosip tentang Alen di sekolah, Nurseu sudah tertarik. Mendengar kabar bahwa gadis itu gila membuat Nurseu teringat pada dirinya sendiri. Pada masa lalu yang menakutkan, juga masa mudanya yang konyol dan memalukan.
Nurseu lahir sebagai anak tunggal. Orang tuanya memiliki kekayaan yang mungkin tak akan pernah habis dalam kurun waktu lima puluh tahun. Tapi Nurseu tidak bahagia dengan itu. Masa kecilnya dihabiskan bersama seorang pengurus, sedangkan masa remajanya penuh dengan teman-teman palsu yang mengelilinginya karena ia kaya.
Kemudian, lebih daripada sebelumnya, hidup Nurseu menjadi semakin tidak berarti ketika usaha orang tuanya bangkrut. Ibunya tak terima, pergi dari rumah, meninggalkan Nurseu seorang diri. Sementara itu, ayahnya sering kali membawa perempuan ke rumah, mengabaikan betapa Nurseu terluka karena itu.
Nurseu mencoba lebih kuat dari yang ia bisa. Nurseu memiliki prinsip sendiri : bahwa keluarga adalah tempat untuk kembali setelah semua hal yang melelahkan terjadi. Tapi apa jadinya jika tempat kembali itu justru adalah tempat segala macam masalah memamah biak dan menjadi medan perang yang sengit? Tentu saja tak mungkin Nurseu kembali ke tempat itu. Yang benar adalah meninggalkannya. Nurseu harus meninggalkan keluarganya untuk melepaskan diri dari rasa sakit yang menggerogoti.
Lalu Nurseu memutuskan untuk tinggal seorang diri di Jakarta setelah ia masuk universitas. Tapi ternyata kesendirian bukan mengobati lukanya. Nurseu kacau. Ia mulai berkhayal, memikirkan hal-hal tak masuk akal yang baginya membahagiakan. Terus begitu, sampai Nurseu mulai menyadari bahwa ia hilang kendali. Orang-orang sering menatap ngeri ketika ia tertawa sendiri di kafe. Bahkan pemilik warung nasi tempat Nurseu makan pernah mengusirnya karena berpikir Nurseu gila.
Nurseu sadar, sesuatu yang salah telah menyelinap. Ini semua pasti karena keputusannya untuk hidup sendirian. Kesendirian adalah teman yang terasa nyaman, namun juga menyiksa dalam waktu lama. Meski menyenangkan bisa jauh dari masalah, tapi menyendiri bukanlah hal yang tepat. Menyendiri, tanpa kita sadari membuat kita memikirkan keramaian dalam hening. Menyendiri menciptakan pesta meriah dalam sunyi. Menyendiri membuat sepi menjelma menjadi teman diri. Dan tanpa sadar pula, kesendirian menarik kita dalam pemikiran bahwa sesungguhnya kita tak perlu orang lain meski kenyataannya berlawanan.
Pada akhirnya, Nurseu kembali. Ke rumah. Pada keluarganya yang kacau. Pada ayahnya yang selalu membawa perempuan. Dan sesekali pada ibunya yang sudah tinggal di atap yang beda. Berangsur-angsur, meski lambat, Nurseu mulai melupakan khayalan-khayalannya. Ia menjalani hidup seperti biasa, tanpa teman-teman dalam imajinasi. Ia memaklumi ayahnya yang pasti butuh seseorang untuk melayaninya, juga memaklumi ibunya yang pasti membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan begitu, Nurseu kembali berdampingan dengan kedua orang tuanya.
Meski harus menerima hal-hal baru, Nurseu tak keberatan. Ayahnya dan ibunya menikah lagi, tapi tak masalah karena setelah mereka sama-sama punya pasangan baru, mereka mau berbaikan. Hidup sebagai dua orang yang jalannya berbeda tapi memiliki satu tujuan. Membesarkan Nurseu hingga ia tak mengambil jalan yang salah seperti yang mereka lakukan.
Toh, keluarga bagaimana pun tetaplah keluarga. Sekuat apapun dorongan dalam diri untuk meninggalkan keluarga, hati nurani kita akan kembali dan menyadarkan kita.
“Begitulah.” Nurseu mengangkat bahunya, menyelesaikan rentetan masa lalu yang sungguh menarik jika ia pikir kembali.
“Saya juga mengalami apa yang kamu rasakan, tapi saya tidak menyerah.”
“Tapi kamu tidak gila.” Alen menyahut.
“Memangnya kamu gila?”
“Sepertinya begitu. Saya selalu berpikir Galen benar-benar ada, tapi nyatanya? Dia hanya khayalan saya.”
“Itu kamu sadar.” Nurseu menoleh pada gadis yang duduk lesu di sampingnya. Ada ikatan kuat antara dirinya dengan Alen. Mungkin karena masa lalunya serupa dengan dunia yang sekarang Alen jalani. Serupa sehingga simpati dan kasih sayang yang sebenarnya ia buat untuk dirinya sendiri akhirnya tercurah pada Alen.
“Saya rasa itu masih bagian dari gejala MDD. Kamu ingatkan, orang yang mengidap MDD selalu sadar dengan khayalannya.”
“Tapi sebelumnya saya nggak menyadari khayalan saya tentang Galen. Saya merasakan kehadiran Galen. Saya juga hafal suaranya.” Alen menjelaskan penuh tekanan. “Saya baru tahu kalau dia hanya khayalan setelah Mama dan Alice memperlihatkan video saya.”
“Tidak penting kapan kamu menyadari khayalanmu. Yang penting, kamu masih bisa membedakan dan masih mau menerima bahwa hal yang kamu anggap nyata ternyata tidak nyata.”
“Ya, tapi itu sulit buat saya.”
“Hanya sulit di awal saja Alen. Nanti juga kamu terbiasa.”
Alen terperanjat. Ia menoleh dengan cepat pada Nurseu dengan mata berkilat-kilat.
“Jadi maksudnya saya harus terbiasa seperti ini? Berkhayal, tenggelam, dan tidak sadar bahwa itu hanyalah khayalan, lalu tahu bahwa semua yang saya anggap nyata ternyata tidak benar-benar ada? Begitu? Saya harus terbiasa bicara, tertawa, dan melakukan semua seorang diri sementara dalam benak saya, saya berpikir seseorang menemani saya? Saya harus terbiasa orang lain memandang saya dengan ngeri?”
Nurseu tersenyum. Ia mengelus puncak kepala Alen.
“Kalau begitu, ayo ke psikiater.”
Zona Elegi
298
193
0
Inspirational
Tertimpa rumor tak sedap soal pekerjaannya, Hans terpaksa berhenti mengabadikan momen-momen pernikahan dan banting setir jadi fotografer di rumah duka. Hans kemudian berjumpa dengan Ellie, gadis yang menurutnya menyebalkan dan super idealis. Janji pada sang nenek mengantar Ellie menekuni pekerjaan sebagai perias jenazah, profesi yang ditakuti banyak orang.
Sama-sama bekerja di rumah duka, Hans...
Weak
201
160
1
Romance
Entah sejak kapan, hal seromantis apapun kadang terasa hambar.
Perasaan berdebar yang kurasakan saat pertama kali Dio menggenggam tanganku perlahan berkurang.
Aku tidak tahu letak masalahnya, tapi semua hanya tidak sama lagi.
Kalau pada akhirnya orang-orang berusaha untuk membuatku menjauh darinya, apa yang harus kulakukan?
Hujan Paling Jujur di Matamu
5403
1482
1
Romance
Rumah tangga Yudis dan Ratri diguncang prahara. Ternyata Ratri sudah hamil tiga bulan lebih. Padahal usia pernikahan mereka baru satu bulan. Yudis tak mampu berbuat apa-apa, dia takut jika ibunya tahu, penyakit jantungnya kambuh dan akan menjadi masalah.
Meski pernikahan itu sebuah perjodohan, Ratri berusaha menjalankan tugasnya sebagai istri dengan baik dan tulus mencintai Yudis. Namun, Yudis...
Sebelas Desember
3213
1015
3
Inspirational
Launa, gadis remaja yang selalu berada di bawah bayang-bayang saudari kembarnya, Laura, harus berjuang agar saudari kembarnya itu tidak mengikuti jejak teman-temannya setelah kecelakaan tragis di tanggal sebelas desember; pergi satu persatu.
ARSELA: Perjodohan si Syar'i dan Ketua Geng Motor
103
96
3
Romance
Memiliki hutang budi dengan keluarga Dharmendra, Eira mau tidak mau menyetujui perjodohan dengan putra sulung keluarga itu, Arsel, seorang ketua geng motor tersohor di kampusnya.
My Dangerious Darling
2855
1197
2
Mystery
Vicky, mahasiswa jurusan Tata Rias yang cantik hingga sering dirumorkan sebagai lelaki gay bertemu dengan Reval, cowok sadis dan misterius yang tengah membantai korbannya! Hal itu membuat Vicky ingin kabur daripada jadi sasaran selanjutnya. Sialnya, Ariel, temannya saat OSPEK malah memperkenalkannya pada cowok itu dan membuat grup chat "Jomblo Mania" dengan mereka bertiga sebagai anggotanya. Vick...
Ada Cinta Dalam Sepotong Kue
4855
1589
1
Inspirational
Ada begitu banyak hal yang seharusnya tidak terjadi kalau saja Nana tidak membuka kotak pandora sialan itu. Mungkin dia akan terus hidup bahagia berdua saja dengan Bundanya tercinta. Mungkin dia akan bekerja di toko roti impian bersama chef pastri idolanya. Dan mungkin, dia akan berakhir di pelaminan dengan pujaan yang diam-diam dia kagumi? Semua hanya mungkin!
Masalahnya, semua sudah terlamba...
Perhaps It Never Will
3819
1312
0
Romance
Hayley Lexington, aktor cantik yang karirnya sedang melejit, terpaksa harus mengasingkan diri ke pedesaan Inggris yang jauh dari hiruk pikuk kota New York karena skandal yang dibuat oleh mantan pacarnya. Demi terhindar dari pertanyaan-pertanyaan menyakitkan publik dan masa depan karirnya, ia rela membuat dirinya sendiri tak terlihat.
William Morrison sama sekali tidak pernah berniat untuk kem...
After Feeling
4241
1530
1
Romance
Kanaya stres berat. Kehidupannya kacau gara-gara utang mantan ayah tirinya dan pinjaman online. Suatu malam, dia memutuskan untuk bunuh diri. Uang yang baru saja ia pinjam malah lenyap karena sebuah aplikasi penipuan. Saat dia sibuk berkutat dengan pikirannya, seorang pemuda misterius, Vincent Agnito tiba-tiba muncul, terlebih dia menggenggam sebilah pisau di tangannya lalu berkata ingin membunuh...