Read More >>"> Gurun Pujaan Hujan (Lembah dan Punggung Bukit ) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Gurun Pujaan Hujan
MENU
About Us  

Tiang jalan berkarat dan berlumut di sisi-sisi yang berbeda, induk dan anak laba-laba juga terlihat menyemai penghidupan di sudut-sudut yang jarang dijangkau tangan manusia.

Tidak hanya di sana, halte bus juga ramai dengan jaring-jaring tipis yang saling mengait dan menyilang satu sama lain, sepertinya petugas kebersihan terlalu baik hati untuk menggusur rumah mereka.

Ada sedikit rasa khawatir, sebab bus yang menuju jalan besar tempat yang aku tuju sudah mulai langka. Jika tidak dapat bus, tentu tidak lucu jika aku harus bermalam di kota kecil yang dingin ini, aku tidak kenal siapa-siapa kecuali diriku sendiri.

Namun tidak semua khawatir melaksanakan tugasnya, setelah setengah jam menunggu, ada seorang tukang ojek yang nampaknya mengenalku.

“Pak Udi?” Panggilnya. Tentu saja aku tak menoleh, tapi tukang ojek itu masih saja berteriak ke arahku dua kali lagi. Aku masih belum bergeming, aku bukan orang yang ia maksud meski tak ada orang lain lagi yang berada di dekatku.

Tukang ojek itu kemudian mematikan mesin motornya dan menghampiriku, “Bapak mau pulang bareng saya atau masih menunggu orang lain? Jam segini bus sudah jarang yang lewat, adanya nanti jam 7 malam, bus terakhir miliknya Pak Mukidi orang Banyuanget.”

Saat aku menoleh tukang ojek yang sudah paruh baya itu terkejut dan meminta maaf berkali-kali. Ia tentu salah orang.

“Tidak apa-apa, Pak. Salah orang sudah biasa.” Balasku mencoba ramah.

“Saya kira mas ini orang lain, mirip sekali sama teman saya yang tinggal di Sarang Panjang atas, hanya saja mas masih jauh lebih muda.” Tukang ojek menjelaskan.

“Nama bapak siapa? Tinggalnya di mana? Perkenalkan saya Nadif.” Aku mencoba berbasa-basi.

“Panggil saja Pak Onjen, Mas. Rumah saya di Sarang Panjang bawah.”

“Kebetulan sekali saya sedang tinggal di Desa Sarang Panjang juga, Pak. Cuma saya tidak paham itu Sarang Panjang bawah atau Sarang Panjang atas.” Jawabku sambil tertawa ringan untuk mencairkan suasana.

“Owalah begitu, Sarang Panjang memang luas, Mas. Jadi kadang tidak hafal sama tetangga sendiri.”

Aku dan Pak Onjen mengobrol cukup lama, selidik punya selidik ia ternyata adalah kerabat dari Bonu si pemuda desa. Ia juga ikut membantu tim saat ekskavasi pengangkatan batu di hari-hari awal penelitian.

“Jadi Mas Nadif ini sedang menunggu orang atau bagaimana?”

“Saya sedang menunggu angkutan, Pak. Mau pulang.”

“Kalo begitu, sekalian sama saya saja. Saya juga mau pulang. Angkutan dan bus sudah jarang ada kalo jam segini, Mas.”

Tentu saja tidak mungkin aku tolak tawaran tersebut.

Dari atas kendaraan bermotor keluaran tahun 1900-an dengan gas dan asap knalpot yang sudah sangat terbatuk-batuk, lembah dan bukit desa kembali menyapaku, memberi ucapan selamat datang setelah pagi tadi aku tinggal pergi.

Di tengah perjalanan yang penuh dengan guncangan ini, perlahan pikiranku menerawang angan-angan sambil memandangi barisan pepohonan yang samar-samar terhalang awan tipis di kejauhan, kiranya adakah tempat di belahan bumi sana yang bisa menjadi muara atas segala kesal, marah dan bingungku agar segera reda.

Rasa-rasanya dari dulu aku selalu menanganinya sendiri. Entah mengapa sepanjang jalan ini aku terus mengingat kata-kata Maharani saat berangkat tadi, Sejauh apa hubungan Sabang dengan Eoni?

Mungkin maksud Eoni tentang “Memberikan harapan yang sebenarnya tidak ada..” itu berlaku juga bagiku.

Bisa-bisanya aku terjebak dalam hal semacam ini. Sepanjang jalan aku merasa ditertawakan pohon dan diberi predikat sebagai ‘manusia yang tidak bisa belajar dari kesalahan’ karena terus menerus diperbudak oleh perasaan.

Dering ponsel mengakhiri angan dan lamunanku yang semakin lama nampaknya semakin kacau. Pak Bah adalah sebab dari deringnya. Saat panggilan aku angkat, tak ada suara di ujung sana yang menyambutku. Batinku mengumpat, sinyal di sini memang jadi masalah tersendiri.

Aku sempat meminta Pak Onjen untuk berhenti sebentar, aku butuh waktu untuk menggoyang-goyangkan ponsel, barangkali ada sinyal yang menyangkut. Cara ini memang sangat tidak ilmiah, tapi ini adalah satu-satunya cara tercepat yang bisa aku coba, banyak orang juga melakukannya.

Dalam jangka waktu yang cukup singkat mucul pesan yang sama dari tiga orang yang berbeda yaitu Pak Bah, Pak Leo dan Mr. Arief. Sepertinya mereka tahu apa yang tengah menimpaku, sebab tidak kali ini saja aku berurusan dengan satelit.

Pesan singkat itu tertulis, “Nak, jika sempat, carilah sinyal dan segera hubungi aku. Ada kabar penting, ini menyangkut Pram.”

Detak jantungku kembali berpacu, sementara diagram batang penunjuk kekuatan sinyal pada ponsel masih hidup enggan mati tak mau, kedip-kedip seperti lampu kuning yang sudah lewat dari jam 12 malam.

Aku segera meminta Pak Onjen untuk kembali meneruskan perjalanan.

Tak ada satu rekan pun yang tahu kapan aku kembali karena tujuanku kini hanya satu, bukan rumah, bukan lubang ekskavasi, bukan juga batu besar di halaman belakang tempat di mana aku dan Eoni biasa menghabiskan pagi.

Sejujurnya kini aku sedang tidak terlalu peduli dengannya. Tujuanku kali ini adalah bukit yang dapat membuatku merasa dekat dengan orang-orang yang jauh.

Aku diturunkan tepat di kaki bukit Njahe, ada hal yang lebih mendesak untukku lakukan. Namun apa ada, ketika aku sampai di puncak dan diagram batang pada sinyal ponselku mulai membaik, pesan dari operator lebih dulu menyambutku. Ia bilang pulsa dan kuota internetku habis.

Sepertinya takdir belum mengizinkanku untuk dapat kabar penting dari tiga orang penting yang tadi menghubungiku.

Namun aku sudah terlanjur sampai di sana, tempat terbaik untuk memandang senja. Meskipun sendiri, skenario senja tidak akan jadi berbeda, Matahari akan tetap tenggelam dengan cahaya keemasan yang menghambur kemana-mana.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Love Arrow
376      243     2     
Short Story
Kanya pikir dia menemukan sahabat, tapi ternyata Zuan adalah dia yang berusaha mendekat karena terpanah hatinya oleh Kanya.
Kutunggu Kau di Umur 27
3321      1580     2     
Romance
"Nanti kalau kamu udah umur 27 dan nggak tahu mau nikah sama siapa. Hubungi aku, ya.” Pesan Irish ketika berumur dua puluh dua tahun. “Udah siap buat nikah? Sekarang aku udah 27 tahun nih!” Notifikasi DM instagram Irish dari Aksara ketika berumur dua puluh tujuh tahun. Irish harus menepati janjinya, bukan? Tapi bagaimana jika sebenarnya Irish tidak pernah berharap menikah dengan Aks...
SI IKAN PAUS YANG MENYIMPAN SAMPAH DALAM PERUTNYA (Sudah Terbit / Open PO)
4040      1532     8     
Inspirational
(Keluarga/romansa) Ibuk menyuruhku selalu mengalah demi si Bungsu, menentang usaha makananku, sampai memaksaku melepas kisah percintaan pertamaku demi Kak Mala. Lama-lama, aku menjelma menjadi ikan paus yang meraup semua sampah uneg-uneg tanpa bisa aku keluarkan dengan bebas. Aku khawatir, semua sampah itu bakal meledak, bak perut ikan paus mati yang pecah di tengah laut. Apa aku ma...
The Hallway at Night
3758      1922     2     
Fantasy
Joanne tak pernah menduga bahwa mimpi akan menyeretnya ke dalam lebih banyak pembelajaran tentang orang lain serta tempat ia mendapati jantungnya terus berdebar di sebelah lelaki yang tak pernah ia ingat namanya itu Kalau mimpi ternyata semanis itu kenapa kehidupan manusia malah berbanding terbalik
Premium
GUGUR
3481      1677     9     
Romance
Ketika harapan, keinginan, dan penantian yang harus terpaksa gugur karena takdir semesta. Dipertemukan oleh Kamal adalah suatu hal yang Eira syukuri, lantaran ia tak pernah mendapat peran ayah di kehidupannya. Eira dan Kamal jatuh dua kali; cinta, dan suatu kebenaran yang menentang takdir mereka untuk bersatu. 2023 © Hawa Eve
Love is Possible
104      98     0     
Romance
Pancaroka Divyan Atmajaya, cowok angkuh, tak taat aturan, suka membangkang. Hobinya membuat Alisya kesal. Cukup untuk menggambarkan sosok yang satu ini. Rayleight Daryan Atmajaya, sosok tampan yang merupakan anak tengah yang paling penurut, pintar, dan sosok kakak yang baik untuk adik kembarnya. Ryansa Alisya Atmajaya, tuan putri satu ini hidupnya sangat sempurna melebihi hidup dua kakaknya. Su...
Buku Harian
614      381     1     
True Story
Kenapa setiap awal harus ada akhir? Begitu pula dengan kisah hidup. Setiap kisah memiliki awal dan akhir yang berbeda pada setiap manusia. Ada yang berakhir manis, ada pula yang berakhir tragis. Lalu bagaimanakah dengan kisah ini?
Salted Caramel Machiato
9048      3721     0     
Romance
Dion seorang mahasiswa merangkap menjadi pemain gitar dan penyanyi kafe bertemu dengan Helene seorang pekerja kantoran di kafe tempat Dion bekerja Mereka jatuh cinta Namun orang tua Helene menentang hubungan mereka karena jarak usia dan status sosial Apakah mereka bisa mengatasi semua itu
Peri Untuk Ale
3631      1887     1     
Romance
Semakin nyaman rumah lo semakin lo paham kalau tempat terbaik itu pulang
Di Antara Mereka
3730      1655     3     
Romance
Mengisahkan seorang cewek dan cowok yang telah lama bersahabat Mereka bernana Gio dan Mita Persahabatan mereka di tahun ke dua tidaklah mudah Banyak likaliku yang terjadi hingga menyakiti hati Keduanya sempat saling menjauh karena suatu keterpaksaan Gio terpaksa menjauhi Mita karena sang Ibu telah memilihkan kekasih untuknya Karena itu Mita pun menjauhi Gio. Gio tak dapat menerima kenyataan itu d...