Read More >>"> Gurun Pujaan Hujan (Lembah di Tengah Bukit (Bagian 1)) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Gurun Pujaan Hujan
MENU
About Us  

Hari kedua dan hari-hari berikutnya tak jauh beda dengan hari kemarin, kami masih bergulat dengan tiang kayu dan tali-temali untuk mengeluarkan batu dari situs ekskavasi. Malamnya pun sama, kembali dengan diskusi-diskusi panjang mengenai jalan keluar mengenai masalah yang tengah dihadapi.

Dan kini sudah Rabu, dua hari setelah Minggu, hari pertama kami datang. Entah mengapa rasanya Rabu dan Minggu punya makna khusus untukku. Mungkin karena salah satu di antara kedua hari itu adalah hari kelahiranku, entah mana yang benar tapi ibu bilang tidak jauh-jauh dari Rabu atau Minggu.

Mungkin Rabu dan Minggu adalah hari yang biasa kita temui. Tapi tepat di hari itu, siapa sangka jika temu, tunggu dan rindu menjadi sangat akrab dan saling berbincang tentang tengah pekan untuk tetap bertahan, serta rekan hari dengan ucapan; terima kasih masih berjuang sampai hari ini.

Seperti pagi kemarin, pagi ini aku kembali duduk di batu di halaman belakang rumah Mbah Kakung bersama gadis cerdas yang misterius ditemani secangkir kopi asli buatan rumahan warga Desa Sarang Panjang. Lembah dan pegunungan rasanya sunyi sekali, tak ada ribut-ribut angin, tak ada bunyi derum mesin kendaraan, yang ada hanya kicau burung yang sesekali menyapa telinga kami.

Di tempat ini ternyata masih banyak capung, tandanya keadaan alamnya masih sehat dan airnya masih cukup bagus, setidaknya begitu kata Eoni. Di bawah kaki-kaki kami juga ramai para kerbau yang sedang sarapan di tanah lapang.

Entah bagaimana mulanya, tapi gadis disebelahku amat menyita perhatianku dengan apapun yang ia lakukan. Mungkin tidak hanya aku, beberapa peneliti lain juga seperti ini.

Setelah kuperhatikan, di leher gadis yang duduk bersamaku ini tersemat sebuah kalung dengan liontinnya berbentuk jangkar kapal berukuran kecil, cocok sekali dengan dirinya.

“Kita tidak pernah benar-benar mengerti bagaimana cara takdir bekerja,” Ucap Eoni. “Ini hampir sama seperti menjaga anak kecil, dipantau atau tidak, akan ada jatuhnya juga.”

Aku mengengok ke arahnya dengan merasa sedikit aneh namun bercampur kagum, karena secara tiba-tiba ia mengatakan kalimat demikian.

“Maksudku kita sudah berusaha yang terbaik, ketika takdir telah memutuskan untuk menjadikan masalah datang, tidak serta merta itu semua adalah kesalahan kita. Tentang masalah situs ekskavasi yang rusak dan kita harus memulai dari awal, seolah ekskavasi yang pertama tidak ada artinya. Toh itu sudah terjadi dan penyebabnya pun diluar kendali kita. Entah teknologi macam apa yang bisa membawa batu sekian banyak, yang entah dari mana asalnya, dengan cara seksama dan dalam tempo waktu yang sesingkat-seingkatnya sudah mampu menimbun tanah seluas hampir 30x30 meter persegi dengan begitu saja. Aku pusing memikirkan ini. Kau pasti paham bukan, Dif? Ini bukan sepenuhnya kesalahan kita.”

Aku mengangguk, dari kemarin pun aku memikirkan hal yang sama.

“Okelah, masalah tanpa diminta dan ditunggu sudah pasti akan terjadi. Agak kurang adil pula nampaknya jika hal besar bisa didapat tanpa perjuangan yang setara. Tapi yang aku lihat dari rekan-rekan yang lain, yang ada hanya saling murung dan menyalahkan. Mengapa rasanya susah sekali menerima masalah ini dengan sebenar-benarnya kenyataan dan dibarengi usaha terbaik yang masih sempat kita lalukan. Kalau datang masalah hari ini, bukan berarti besok itu kiamat, masih ada waktu untuk mencari jalan keluarnya. Dan untuk menemukan sumber masalah dari kasus seserius ini tidak harus cepat-cepat. Hanya orang bodoh yang menentukan keputusan besar dengan cara terburu-buru.” Kalimat Eoni sama persis dengan apa yang ada dipikiranku beberapa hari ini.

Tapi sebagai junior, aku tentu tidak berani mengatakan hal demikian di depan rekan-rekan apalagi Pak Wicak.

“Mungkin kau berkata demikian karena kau adalah seorang ahli forensik, Eoni. Bukan arkeolog.” Ucapku singkat namun cukup mampu membuat Eoni yang berapi-api itu menjadi diam.

“Ya, aku percaya padamu, Dif. Di antara yang lain, kau memang terlihat paling pintar dan tenang menghadapinya.” Entah apa maksudnya tapi Eoni menjawab demikian.

Kami kembali diam, menatap pucuk-pucuk pinus yang terlihat penyatu dengan hijaunya bukit. Namun tak  lama dari itu, Guna memanggilku dan berkata bahwa ponselku berdering beberapa kali.

Sudah kucoba untuk mengangkatnya, namun sinyal di sini sungguh membuat naik pitam. Melihat kegelisahanku, Yua menyarankanku untuk sedikit naik ke puncak bukit. Di sana adalah tempat terbaik untuk mendapat sinyal bahkan akses internet.

Terus terang, aku tak tahu tempatnya, alhasil Yua dan Yui berekenan untuk mengantarku. Mbah Kakung memberi nama yang unik untuk dua cucunya ini.

Sebenarnya, sudah sejak hari pertama aku di sini Yui, si bocil, senang sekali mengikutiku kalau sedang di rumah. Aku ke dapur ia ikut, aku menonton tv dia ikut, aku membuat mie instan dia minta, barulah ketika aku masuk WC aku meminta untuk dia menunggu di luar saja.

Tapi aku kadang terlalu banyak berfikir jadi tidak sempat menanggapi Yui lebih jauh. Usianya baru empat tahun dan senang main mobil-mobilan, beruntung kalau aku berangkat ke lapangan ia belum bangun, jadi tak usahlah dia ikut-ikut juga.

How do you feel about this chapter?

1 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Love Arrow
376      243     2     
Short Story
Kanya pikir dia menemukan sahabat, tapi ternyata Zuan adalah dia yang berusaha mendekat karena terpanah hatinya oleh Kanya.
Kutunggu Kau di Umur 27
3321      1580     2     
Romance
"Nanti kalau kamu udah umur 27 dan nggak tahu mau nikah sama siapa. Hubungi aku, ya.” Pesan Irish ketika berumur dua puluh dua tahun. “Udah siap buat nikah? Sekarang aku udah 27 tahun nih!” Notifikasi DM instagram Irish dari Aksara ketika berumur dua puluh tujuh tahun. Irish harus menepati janjinya, bukan? Tapi bagaimana jika sebenarnya Irish tidak pernah berharap menikah dengan Aks...
SI IKAN PAUS YANG MENYIMPAN SAMPAH DALAM PERUTNYA (Sudah Terbit / Open PO)
4030      1532     8     
Inspirational
(Keluarga/romansa) Ibuk menyuruhku selalu mengalah demi si Bungsu, menentang usaha makananku, sampai memaksaku melepas kisah percintaan pertamaku demi Kak Mala. Lama-lama, aku menjelma menjadi ikan paus yang meraup semua sampah uneg-uneg tanpa bisa aku keluarkan dengan bebas. Aku khawatir, semua sampah itu bakal meledak, bak perut ikan paus mati yang pecah di tengah laut. Apa aku ma...
The Hallway at Night
3753      1921     2     
Fantasy
Joanne tak pernah menduga bahwa mimpi akan menyeretnya ke dalam lebih banyak pembelajaran tentang orang lain serta tempat ia mendapati jantungnya terus berdebar di sebelah lelaki yang tak pernah ia ingat namanya itu Kalau mimpi ternyata semanis itu kenapa kehidupan manusia malah berbanding terbalik
Premium
GUGUR
3481      1677     9     
Romance
Ketika harapan, keinginan, dan penantian yang harus terpaksa gugur karena takdir semesta. Dipertemukan oleh Kamal adalah suatu hal yang Eira syukuri, lantaran ia tak pernah mendapat peran ayah di kehidupannya. Eira dan Kamal jatuh dua kali; cinta, dan suatu kebenaran yang menentang takdir mereka untuk bersatu. 2023 © Hawa Eve
Love is Possible
104      98     0     
Romance
Pancaroka Divyan Atmajaya, cowok angkuh, tak taat aturan, suka membangkang. Hobinya membuat Alisya kesal. Cukup untuk menggambarkan sosok yang satu ini. Rayleight Daryan Atmajaya, sosok tampan yang merupakan anak tengah yang paling penurut, pintar, dan sosok kakak yang baik untuk adik kembarnya. Ryansa Alisya Atmajaya, tuan putri satu ini hidupnya sangat sempurna melebihi hidup dua kakaknya. Su...
Buku Harian
614      381     1     
True Story
Kenapa setiap awal harus ada akhir? Begitu pula dengan kisah hidup. Setiap kisah memiliki awal dan akhir yang berbeda pada setiap manusia. Ada yang berakhir manis, ada pula yang berakhir tragis. Lalu bagaimanakah dengan kisah ini?
Salted Caramel Machiato
9048      3721     0     
Romance
Dion seorang mahasiswa merangkap menjadi pemain gitar dan penyanyi kafe bertemu dengan Helene seorang pekerja kantoran di kafe tempat Dion bekerja Mereka jatuh cinta Namun orang tua Helene menentang hubungan mereka karena jarak usia dan status sosial Apakah mereka bisa mengatasi semua itu
Peri Untuk Ale
3626      1887     1     
Romance
Semakin nyaman rumah lo semakin lo paham kalau tempat terbaik itu pulang
Di Antara Mereka
3730      1655     3     
Romance
Mengisahkan seorang cewek dan cowok yang telah lama bersahabat Mereka bernana Gio dan Mita Persahabatan mereka di tahun ke dua tidaklah mudah Banyak likaliku yang terjadi hingga menyakiti hati Keduanya sempat saling menjauh karena suatu keterpaksaan Gio terpaksa menjauhi Mita karena sang Ibu telah memilihkan kekasih untuknya Karena itu Mita pun menjauhi Gio. Gio tak dapat menerima kenyataan itu d...