Read More >>"> Gurun Pujaan Hujan (Nara dan Rumah (Bagian 1)) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Gurun Pujaan Hujan
MENU
About Us  

Waktu bertambah, tempat berubah, orang-orang berpindah, dan hanya ada satu hal yang tetap di sana yaitu kenangannya. Tak habis pikir olehku melihat bukit yang dulu menyimpan desas-desus menyeramkan kini telah ramai oleh genting dan batu bata. Rumah-rumah berpondasi beton telah mengungkung tanah miring yang telah kutinggalkan sejak empat tahun silam. Lihat, bukit itu diam saja menerimanya.

Dari jendela kamar depan, aku sudah tidak bisa lagi memandangi bentangan alam yang perawan karena telah terhalang dinding rumah tetangga. Pohon beringin besar yang semasa kecil aku takutkan juga telah kehilangan personanya, kini ia tak lebih dari sekedar pohon biasa yang melakukan fotosintesis setiap hari, bukan jadi rumah hantu dan teman-temannya. Wangi kemenyan dan sesajen pun sudah tak ada di sela-sela akar yang mencuat keluar dari dalam tanah.

Namun, mau seperti apapun bentuknya, Nara adalah rumah bagiku. Dua dekade hidupku berlangsung di sana. Setelah empat tahun menimba ilmu di negeri orang, aku sempatkan diri untuk pulang. Menengok Ibu, Lail dan keponakanku, serta Nurdin yang telah menjadi sang kakak ipar bagiku. Beberapa orang tahu, dahulu aku tidak menyukai Nurdin karena dia terlalu baik. Ya memang, ‘terlalu baik’ mungkin menjadi alasan penolakan bagi beberapa orang.

Terlepas dari tetangga ‘manusia’-ku yang semakin banyak, sudah cukup membuat perbedaan yang berarti bagiku, karena dahulu tetanggaku hanya tanaman kol, sawi dan pohon kopi, namun semua hal mengenai Nara masih sama sendunya. Sungai kecil yang mengalir di belakang rumahku masih tetap jernih dan ramai dikunjungi itik dan induknya. Suhu udara di sini pun masih tetap dingin, setidaknya perlu dua pakaian tebal agar tidurku terasa nyaman. Cuaca juga sepertinya masih sama, ia kerap memainkan angin, hujan dan panas semaunya sendiri tidak peduli cucian ibu yang sudah kering atau belum. Nara masih sama, aku yang berubah.

Hanya 2% dari teman-teman kuliahku yang tahu tempat ini, bahkan banyak dari mereka yang baru pertama kali mendengar kota bernama Nara. Tapi selalu aku katakan pada mereka bahwa Nara itu sangat dekat dan nyata bagi siapa saja yang benar-benar ingin tahu, ia bukan sekedar karang-karangan yang dibuat hanya untuk membuat orang sedikit senang. Entah mereka percaya atau tidak, tapi aku telah mengatakan yang sesungguhnya.

~~~

Mungkin beberapa orang akan sulit mencernanya, namun semenjak Ibu Eni memberitahu nama Ibu kandungku ~yang telah meninggal sejak aku lahir, aku tak sedikit pun membuat jarak darinya. Mau bagaimana pun, Ibu Eni adalah sosok ibu yang telah merawatku dan mengenalkan dunia yang begini adanya. Kata Ibu, “Nama perempuan hebat itu adalah Alina”. Cantik sekali nama itu, bisa jadi Alina adalah nama terkeren yang ada waktu itu, batinku.

Aku kira nama yang hits waktu itu tidak jauh-jauh dari Sumarno, Siti, Sutati. Suliah, Surahman dan yang mirip-mirip. Dari bisik-bisik yang sudah tidak lagi disembunyikan dariku, kudengar “Alina” adalah sosok peremuan yang baik, ramah, cerdas, pandai memasak dan membuat sajak. Namun sebanyak apapun deskripsi yang disebut orang-orang tentangnya, ia masih saja misterius bagiku. Tidak ada kata-kata yang sanggup menerjemahkan raga dan rasa secara utuh.

Kabar Ibu Eni sudah lebih sehat dari dahulu, apalagi dengan cucu barunya, terus terang anak Lail memang sangat lucu dan menggemaskan. Cabang bayi menjadi hiburan luar biasa bagi ibuku.

Ibu juga masih sering pergi ke ladang untuk sekedar menengok apakah hama ulat menyerbu tanamannya atau tidak. Sebenarnya pekerjaanku sekarang sudah lebih dari cukup untuk mengidupi kami berdua, belum lagi Laila yang rutin mengirim ibu bingkisan setiap minggu walaupun kini ia telah punya rumah sendiri.

Sudah berkali-kali kubujuk ibu agar di rumah saja, tapi ia bilang ia bekerja dan mengunjungi ladang bukan karena ia butuh uang, melainkan karena memang hanya itu yang bisa ia lakukan. Ibu tak suka berpangku tangan di rumah dan membiarkan ladangnya diurus sepenuhnya oleh orang lain. Baginya, menyiangi rumput juga hiburan.

Kini ibu di rumah tidak sendirian meskipun Laila sudah pindah sejak dua tahun lalu. Ada seorang anak tetangga bernama Izah, ia adalah seorang gadis manis yang tuna wicara. Izah biasa membantu ibu melakukan pekerjaan rumah, pekerjaan apa saja ia lakukan, termasuk memasak, mencuci baju, menyiram tanaman, mengelap jendela dan masih banyak lagi.

Meskipun tak pernah mengatakan apapun, ibu merasa komunikasinya dengan gadis itu berjalan lancar dan ibu senang ditemani Izah sepanjang hari yang baru akan pulang apabila senja tiba atau ketika orang tuanya memanggil. Aku mengenal gadis itu dengan baik, meskipun ia adalah tetangga baru kami.

Tidak sedikit yang bertanya padaku tentang saudara kembarku, Zahwa. Aku yakin kini ia baik-baik saja dengan pendidikan dan pekerjaannya di sana. Pertemuanku dengannya selama empat atau lima tahun ini sangat bisa dihitung jari. Kalau ia libur, aku kuliah dan bekerja. Kalau aku libur, dia masih di Negeri Sakura.

Waktu tak pernah merestui kami. Terus terang tak banyak yang bisa aku ceritakan karena aku memang tak lagi banyak tahu tentangnya. Tidak seperti dulu. Ada yang aku kecewakan akan hal ini, tapi ya sudahlah, seperti yang aku bilang di awal, manusia pasti berubah.

Ada hal yang perlu diketahui, sebenarnya aku tak terlalu percaya dengan kenyataan bahwa aku dan Zahwa adalah saudara kembar, maksudku kami memang banyak kemiripan dan saling memahami satu sama lain. Tapi terlepas dari itu, aku merasa darah yang mengalir dalam pembuluh kami tidak berasal dari satu sumber yang sama. Naluri manusiaku mengatakan hal demikian, tapi lagi-lagi ya sudahlah. Tak ada yang bisa aku lakukan selain menerima kenyataan dan kejadian yang dianggap benar oleh sebagian banyak orang.

Kembali ke Nara sama saja membuatku kembali mengingat masa lalu, tentang kejadian-kejadian lampau yang telah dan belum aku selesaikan.

Cukup sulit bagiku untuk menerima bahwa aku mempunyai dua ibu dan dua ayah di usiaku yang sudah seperlima abad. Mereka adalah dua pasang yang berbeda. Yang kadang membuatku tidak terima, Tuhan tidak mengijinkanku untuk menatap langsung mata kedua orang tua kandungku barang satu menit saja.

Selepas kejadian beruntut empat tahun lalu, aku sempat mengalami kebingungan selama berbulan-bulan, awalnya memang aku coba menerima, namun setelah usaha yang aku lakukan untuk meyakinkan diri sendiri tidak menghasilkan apa-apa, dari situlah aku sering melamun dan mempertanyakan diri sendiri, untuk apa dan siapa aku hidup. Merasa tidak lengkap sebagai manusia. Memang itu bodoh, namun seperti itulah yang terjadi dahulu.

Tapi aku masih beruntung, setidaknya aku tetap mendapatkan sosok orang tua yang menyayangiku sepenuhnya, meski setengah dari umurku saat ini aku juga kehilangan salah satunya. Ayah yang merawatku meninggalkanku saat usiaku 12 tahun. Aku sudah hafal dengan perasaan kehilangan, namun selalu rapuh tiap kali mengalaminya kembali. Seperti tidak bisa belajar dari yang lalu-lalu.

How do you feel about this chapter?

0 0 1 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Love Arrow
376      243     2     
Short Story
Kanya pikir dia menemukan sahabat, tapi ternyata Zuan adalah dia yang berusaha mendekat karena terpanah hatinya oleh Kanya.
Kutunggu Kau di Umur 27
3321      1580     2     
Romance
"Nanti kalau kamu udah umur 27 dan nggak tahu mau nikah sama siapa. Hubungi aku, ya.” Pesan Irish ketika berumur dua puluh dua tahun. “Udah siap buat nikah? Sekarang aku udah 27 tahun nih!” Notifikasi DM instagram Irish dari Aksara ketika berumur dua puluh tujuh tahun. Irish harus menepati janjinya, bukan? Tapi bagaimana jika sebenarnya Irish tidak pernah berharap menikah dengan Aks...
SI IKAN PAUS YANG MENYIMPAN SAMPAH DALAM PERUTNYA (Sudah Terbit / Open PO)
4030      1532     8     
Inspirational
(Keluarga/romansa) Ibuk menyuruhku selalu mengalah demi si Bungsu, menentang usaha makananku, sampai memaksaku melepas kisah percintaan pertamaku demi Kak Mala. Lama-lama, aku menjelma menjadi ikan paus yang meraup semua sampah uneg-uneg tanpa bisa aku keluarkan dengan bebas. Aku khawatir, semua sampah itu bakal meledak, bak perut ikan paus mati yang pecah di tengah laut. Apa aku ma...
The Hallway at Night
3754      1921     2     
Fantasy
Joanne tak pernah menduga bahwa mimpi akan menyeretnya ke dalam lebih banyak pembelajaran tentang orang lain serta tempat ia mendapati jantungnya terus berdebar di sebelah lelaki yang tak pernah ia ingat namanya itu Kalau mimpi ternyata semanis itu kenapa kehidupan manusia malah berbanding terbalik
Premium
GUGUR
3481      1677     9     
Romance
Ketika harapan, keinginan, dan penantian yang harus terpaksa gugur karena takdir semesta. Dipertemukan oleh Kamal adalah suatu hal yang Eira syukuri, lantaran ia tak pernah mendapat peran ayah di kehidupannya. Eira dan Kamal jatuh dua kali; cinta, dan suatu kebenaran yang menentang takdir mereka untuk bersatu. 2023 © Hawa Eve
Love is Possible
104      98     0     
Romance
Pancaroka Divyan Atmajaya, cowok angkuh, tak taat aturan, suka membangkang. Hobinya membuat Alisya kesal. Cukup untuk menggambarkan sosok yang satu ini. Rayleight Daryan Atmajaya, sosok tampan yang merupakan anak tengah yang paling penurut, pintar, dan sosok kakak yang baik untuk adik kembarnya. Ryansa Alisya Atmajaya, tuan putri satu ini hidupnya sangat sempurna melebihi hidup dua kakaknya. Su...
Buku Harian
614      381     1     
True Story
Kenapa setiap awal harus ada akhir? Begitu pula dengan kisah hidup. Setiap kisah memiliki awal dan akhir yang berbeda pada setiap manusia. Ada yang berakhir manis, ada pula yang berakhir tragis. Lalu bagaimanakah dengan kisah ini?
Salted Caramel Machiato
9048      3721     0     
Romance
Dion seorang mahasiswa merangkap menjadi pemain gitar dan penyanyi kafe bertemu dengan Helene seorang pekerja kantoran di kafe tempat Dion bekerja Mereka jatuh cinta Namun orang tua Helene menentang hubungan mereka karena jarak usia dan status sosial Apakah mereka bisa mengatasi semua itu
Peri Untuk Ale
3627      1887     1     
Romance
Semakin nyaman rumah lo semakin lo paham kalau tempat terbaik itu pulang
Di Antara Mereka
3730      1655     3     
Romance
Mengisahkan seorang cewek dan cowok yang telah lama bersahabat Mereka bernana Gio dan Mita Persahabatan mereka di tahun ke dua tidaklah mudah Banyak likaliku yang terjadi hingga menyakiti hati Keduanya sempat saling menjauh karena suatu keterpaksaan Gio terpaksa menjauhi Mita karena sang Ibu telah memilihkan kekasih untuknya Karena itu Mita pun menjauhi Gio. Gio tak dapat menerima kenyataan itu d...