Kedatangan pelanggan menyelamatkanku dari momen yang ganjil ini.
Aku dibawa Jupri ke lantai dua dan melihat-lihat toko buku yang belum genap dibuka selama sebulan ini.
Pabrik percetakan banner dan undangan tidak terlalu banyak berubah, masih sama seperti dahulu.
Tapi kini ia harus berbagi dengan toko buku di sebelahnya.
Percetakan kini didesain dengan ruangan kedap suara agar bising yang dikeluarkan tidak mengganggu ruangan sebelah.
Di sini Laras, Jupri, dan Yayuk bercerita padaku tentang Pak Boss yang menanyakanku setelah aku dipecat.
Mereka bilang Boss merasa bersalah karena telah memecatku padahal waktu itu aku adalah salah satu orang kepercayaannya.
Rupanya telepon yang sering datang ke ponselku dengan nomor tanpa nama adalah dari orang-orang Berdikari.
Aku tidak tahu, terus terang saja, aku jarang membalas pesan ataupun mengangkat telepon dari nomor yang tidak aku kenal.
Jika waktu itu aku tahu telepon ini dari orang Berdikari, sudah pasti aku angkat.
Tapi sudahlah, kini aku telah jauh pergi dari masa itu dan sudah punya pekerjaan yang baru.
Di sela-sela perbincangan, Laras sempat meminta maaf atas perlakuannya.
Aku mencoba memakluminya meski aku sangat tidak menyukai hal tadi.
Aku tahu Laras adalah gadis yang santun dan menjaga jarak dengan laki-laki yang belum dekat dengannya.
"Beberapa kali aku bertamu ke rumah Bang Nadif, tapi Abang selalu tidak di rumah. Kata Ibu, sedang bekerja. Tapi itu terjadi berkali-kali, seperti Abang tertelan bumi atau masuk ke sumur yang dalam sampai-sampai tidak pernah terlihat. Dan tadi, dengan tiba-tiba serta tanpa persiapan, aku menemukan Abang di pintu toko. Tentu itu mengejutkan bagiku yang telah mencarimu beberapa bulan ini, dan aku bingung harus melakukan apa sehingga seperti tadi lah yang terjadi." Laras menjelaskan.
Aku ingin bertanya dan meluruskan, mengapa ia mencariku karena itu tidak seharusnya, namun belum satu kalimat pun keluar dari mulutku, aku mengurungkannya.
Aku takut perkataanku malah jadi melukai perasaannya.
Kami berbincang agak lama.
Aku menjelaskan pekerjaan dan kesibukanku akhir-akhir ini dan hal-hal yang membuatku jadi "menghilang" dari kebiasaan serta lingkungan lamaku.
Sebenarnya aku juga tidak merasa telah pergi dari kehidupan lamaku sejauh itu karena kesibukan baruku ini, tapi inilah yang terjadi.
Benar kata Pak Bah, waktu itu mengubah seseorang, termasuk diriku.
I wish I can meet Nadif & Pak Bah in real life :'
Comment on chapter Epilog