Read More >>"> Lily (Pilihan prasangka) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Lily
MENU 0
About Us  

Lily mendengarkan ocehan Rino.
"Kamu berpikir aku berprasangka buruk,"
"Terus apa?" Tanya Rino geram.
"Rino, aku benar-benar ingin kita menjadi teman sekelas yang tidak mengganggu satu sama lain. Tapi karena kamu mengungkit masa lalu, baiklah akan aku jelaskan," Lily menatap tajam pada Rino,"Saat itu aku sedang tidak dalam keadaan baik, jadi emosiku keluar tak terkendali dan membuat aku berpikir buruk pada oranglain. Tapi bedanya sekarang aku bukan berprasangka buruk, tapi kenyataan," 
"Hah, kenyataan? Kamu melihat sendiri?" Tanya Rino tak percaya.
"Menurutmu? Begini begini aku juga suka jalan-jalan ke taman hiburan dan ke mall dengan adikku. Saat itu aku sedang jalan-jalan dan bertemu denganmu dan wanita yang kamu sebut sepupu tadi. Kalian benar-benar mesra," ujar Lily menyunggingkan bibir. Rino menelan ludahnya.
"Lalu saat kita ditaman waktu kamu memelukku, aku tidak langsung pulang tapi jalan-jalan ke mall ingin membeli ipod. Disana aku kembali bertemu denganmu yang menggandeng wanita lain yang berbeda dari yang kamu sebut sepupumu tadi," terang Lily.
"Aku hanya berasumsi bahwa wanita pertama yang kamu temui adalah pacarmu dan wanita kedua adalah selingkuhanmu karena jarang sekali sepupu gandengan tangan dan si wanita mencium pipimu," jelas Lily sekali lagi.
"Dia tidak mencium pipiku," sangkal Rino. 
"Oh berarti kalian cuma pegangan tangan, sorry," sanggah Lily. Rino tidak berkutik dengan sanggahan Lily. Dia hanya diam dengan mata bergetar.
"Sebagai teman sekelas, aku memang tidak ingin ikut campur karena bukan urusanku tapi sebagai wanita aku hanya menyarankan jangan seperti itu. Dan tegas lah pada wanita mana yang kamu sayangi," ujar Lily menunjuk pada Rino dengan jengkel. Rino hanya terdiam.
"Yah, mungkin nasehatku tidak berguna bagi orang populer yang cool sepertimu. Jadi aku akan pergi. Byeee cowok populer," ujar Lily sambil melambai ringan. Tiba-tiba Lily tersentak kaget karena tangannya tiba-tiba ditarik.
"Mereka yang keganjenan, aku sama sekali tidak menyukai mereka,"
"Wahhh, Rino, kamu ..... wahhhhh," ujar Lily menahan marah," Rino, aku mengerti sekarang, tidak ada gunanya juga aku berbicara panjang lebar. Dan juga lebih baik kamu jangan menerima cinta dari teman sekelas, karena suasananya akan suram bila kalian putus, oke," pinta Lily sangat. Rino melepaskan genggamannya.
"Putus?"
"Ya, pasti karena aku rasa kamu masih muda dan masih banyak orang yang belum kita temui. Bila ada yang lebih baik dari yang ada, maka akan menggantinya, kan?" Jelas Lily.
"Mengganti?"
"Sudahlah, aku terus yang banyak bicara. Satu lagi, karena aku menganggapmu teman jadi tak masalah kamu pernah memelukku, tapi mungkin berbeda dengan wanita lain. Mungkin karena kamu sering tiba-tiba memeluk begitu mereka jadi salah paham. Jadi silahkan curhat tentang percintaanmu pada kami para cewe dikelas, niscaya kami akan menyesatkanmu, haha. Bye bye aku pergi dulu," Lilypun akhirnya bisa pergi menuju halte bis. Sesampainya di halte, Lily langsung duduk menunggu bis. Dia menoleh ke arah Rino yang berada kurang 2 meter dari dirinya. Rino masih mematung disana. 
"Untuk apa juga aku bicara panjang lebar, toh dia sendiri tidak merasa bersalah. Aku harap dia tidak mengambang terus seperti itu dan menyakiti orang lain dan dirinya," gumamnya pelan. Tak lama bis muncul. Tanpa pikir panjang Lily masuk segera ke bis. Didalam bis Lily mengambil tempat dibelakang. Dia sempat menoleh kebelakang dan Rino masih ada disana. Kenapa dengan playboy itu? Apa dia merenungi apa yang aku katakan? Batin Lily penasaran. Tak ambil pusing, Lily mengeluarkan Ipodnya dan menyetel lagu melayu berjudul cindai dengan penyanyi siti Nurhaliza. Suaranya yang menenangkan, musiknya yang lembut membuat Lily terhanyut. Kenapa ya anak zaman sekarang lebih memilih lagu bergenre pop yang bikin ngantuk itu. Mungkin akunya yang sudah selera tua, batinnya sambil senyum senyum sendiri. Namun tangannya sebenarnya gemetar karena kejadian itu, karena itu dia mendengarkan lagu agar dia bisa tenang sedikit. Lily pada awalnya sudah mengira dengan gerak-gerik Rino yang salah tingkah ketika pertama kali bertemu dengannya. Ini orang sepertinya tertarik padaku, ah bodo amat, aku mau menikmati pemandangan laut karena stress ikut ujian, kata Lily dalam hati. Diapun mengetes Rino yang berniat meminjamkan sepedanya padanya waktu itu dengan penolakan 'tidak bisa memberikan nomor HP karena tidak ingat' dan itu membuat Rino kesal. Sepertinya dia ada niatan mau kenalan denganku, tapi orangnya... yandere atau tsundere ya kalau di manga... bodo amat, batin Lily tidak peduli lalu mengendarai sepedanya dengan pelan agar tidak mendahului Rino yang sedang berlari. 
Dengan mengendarai pelan seperti itu, membuat Lily dapat menikmati hembusan angin sejuk dan pancaran hangat matahari senja yang menerpa dirinya. Tanpa mempedulikan Rino yang sudah jauh berlari didepannya, Lily menikmati keindahan alam yang berada disampingnya. Tak terasa dia sudah sampai di muka gerbang rumah sakit. Lily berniat berterima kasih dan memberi sesuatu pada orang yang menolongnya, tapi dia tidak menemukannya. Karena dia sudah lelah dan bakal dimarahi bila ketahuan terlalu jauh berjalan oleh dokternya, Lilypun bergegas menuju kamarnya dan memarkirkan sepeda milik Rino tadi di parkiran. Setelah beberapa hari di rumah sakit karena penyakit autoimunnya, Lily mulai membaik. Karena tidak dapat berhadir disekolah, Lily mengikuti ujian lewat online. Hari itupun Lily akan bersiap mengikuti ujian online. Dia minta izin pada perawat untuk pergi ke taman. Sesampainya disana, Lily menunggu jam sesi pertama ujian hari itu. Setelah jam menunjukkan waktu 08.00, Lily bergegas membuka website dan segera mengikuti ujian. Setelah berkutat dengan laptopnya beberapa jam dan selesai mengikuti ujian pertama, dia berisitirahat merebahkan diri di gazebo. Lily Menatap langit-langit gazebo yang banyak bolong dan sesekali menghela nafas panjang. Dia teringat akan masa SMPnya yang awalnya indah menjadi suram. Apa aku terlalu berprasangka baik yah? batin Lily bimbang. Dia menutup matanya sebentar untuk mengistirahatkan matanya. Namun dia semakin terlelap. Saat terlelap dia bermimpi menemui temannya
"Kenapa kamu melakukan ini?"
"Huh, melakukan apa?" Kata temannya merasa tak bersalah.
"Kamu menyebarkan catatan catatan itu pada orang lain dan tertawa bersama mereka saat membacanya, apa kamu tidak meghargai perasaanku? Kenapa kamu melakukan ini?bukankah kita teman?"
"Huh, teman, kamu pikir kita teman? Saat ujian atau ulangan apa kamu pernah menolong saat itu? Bukankah teman harus saling menolong? 
"Tapi kamj tidak pernah-"
"Oi, Lily! Kamu pikir hal yang memalukan itu harus dimintai dulu baru kamu paham? 
"??"
"Dan juga, aku hanya berteman denganmu karena kamu tidak punya teman waktu SD dulu. Ternyata kamu memang tidak bisa diandalkan. Haha," ujar temannya itu sambil tertawa menertawakan Lily yang berderai air mata. Sontak Lily terbangun. Dia mendapati sudut matanya mengeluarkan air mata. 
"Tidak aku sangka akan bermimpi bodoh seperti itu lagi, lucu sekali," gumamnya lalu bangun untuk melanjutkan sesi kedua ujiannyq hari itu. Namun anehnya saat ingin masuk ke website ujian, tiba-tiba laptopnya error. Diapun panik. Saat seperti itu seoseorang datang mendekatinya. Lily tersentak kaget karena yang ada dihadapannya ini adalah orang yang sama yang telah meminjamkannya sepeda saat itu. Namun seketika dia harus sadar dari suatu kebetulan itu karena keadaan yang medesak. Lilypun menceritakan tentang apa yang dia hadapi. Awalnya Lily ragu, tapi karena dia tidak bisa memperbaiki sendiri maka dia harus membutuhkan orang lain. Diapun memberikan laptopnya untuk segera diperbaiki. Untunglah bukan masalah besar hanya karena kelamaan digunakan laptopnya, koneksi jaringannya menjadi freezing seperti itu. Lily berterima kasih dan ingin mengatakan sesuatu lagi tapi dia harus segera mengikuti ujian yang sebentar lagi akan ditutup. Diapun harus berkutat dengan laptopnya dan fokus. Setelah selesai mengikuti ujian, Lily mencari keberadaan Rino. Sosok Rino akhirna terlihat ditengah lapangan yang berada ditaman.
"Mungkin aku harus memberinya sesuatu tapi apa? Lebih baik aku tanyakan padanya dan menunggunya selesai bermain," gumam Lily. Diapun mencari tempat duduk didekat lapangan itu untuk melihat Rino bermain sepak bola. Awalnya Lily bosan saat melihat bola diover kesana kemari, tapi saat mendengar riuh sorak penonton yang sedikit dan juga pemain saat bola masuk ke gawang, membuat Lily bahagia dan terbawa suasana untuk melihat pertandingan seterusnya.setelah pertandingan usai, Lily berniat mendekati Rino yang akan keluar lapangan. Namun langkahnya terhenti ketika seorang gadis seusia dirinya berjumlah 2 orang mendekati Rino dan memberi minuman padanya. Rino menerima minuman itu dan tersenyum pada kedua gadis itu lalu berlalu pergi. Wah dia ternyata populer, batin Lily kagum. Setelah dua wanita tadi menjauh, Lily diam diam mengikuti Rino dari belakang. Dilorong rumah sakit, Rino yang masih memegang minuman dari salah satu wanita tadi mendadak berhenti di dekat bak sampah. Mata Lily terbelalak saat Rino membuang minuman itu dengan tatapan dingin dalam bak sampah. Melihat itu, Lily tidak melanjutkan untuk mengikuti Rino. Diapun urung mengutarakan niatnya untuk membalas budi. Mungkin nasibku akan sama dengan para gadis itu bila aku mengutarakan maksudku. Mungkin dia berpikir aku menyukainya. Ahh, sudahlah lebih baik aku kembali ke kamar, Lily berbalik dan menuju kamarnya. 
Besoknya, mamanya datang berkunjung disaat Lily sedang membaca buku insklopedia dunia. Dia sekilas melihat mamanya datang lalu kembali fokus membaca buku.
"Lily, kapan kamu pulang? Kamu tidak bisa tidur-tiduran terus disini? Kata Om Dito kamu sudah boleh pulang 2 minggu yang lalu,"
"Aku tidak tidur-tiduran, kadang aku masih sakit kepala," kata Lily ketus tanpa melihat mamanya.Mamanya mendesah pelan. 
"Temanmu ada yang datang mencarimu,"
"Teman apanya? Aku jadi sakit gara-gara mereka, untung saja aku kesini," kata Lily tetap ketus.
"Kamu ini... Ly dengar, mereka mungkin mempermainkanmu seperti yang kamu bilang, tapi anggap jadi pembelajaran. Jadi kamu bisa berhati-hati pada oranglain nantinya. Berprasangka baik itu baik, tapi pikirkan juga hal terburuk," nasehat mamanya sambil mengelus punggung Lily yang membelakanginya.
"Tapi, jangan ketus pada musuhmu seperti itu. Abaikan mereka kalau mereka sedang bersandiwara. Tapi bila mereka menampakkan kejahatannya, baru dilawan," saran dari mamanya membuat Lily menoleh. 
" Apa aku boleh menyerang dengan karate saat mereka memfitnah?," ujar Lily lirih. 
"Tentu tidak boleh, kecuali mereka memang mengajakmu berkelahi dengan karate juga. Perkelahian itu melelahkan, jadi hati-hatilah memilih," senyum mamanya membuat Lily berbalik membelakangi mamanya. Mamanya tersenyum kecil lalu mengusap-usap punggung Lily. Usapan itu membuat Lily terisak. Dia mengingat akan perlakuan temannya yang dia kira selama ini menjadi temannya malah membulinya dirinya dibelakang. Teringat saat pertama dia bertemu temannya itu. Namanya Sukma. Dia anak pindahan dari luar pulau karena ikut orangtuanya merantau. Pada awal perkenalan didepan kelas, Lily memperhatikannya sebentar. 
"Halo nama saya Sukma. Saya dari pulau Buncis," kata Sukma memperkenalkan diri sembari tersenyum. Namun teman-teman sekelas hanya memandangnya sinis. Anak itupun langsung gelisah dan takut melihat keadaan itu. Pada saat dia melihat ke teman sekelas, dia bertatapan dengan Lily. Lily hanya melempar senyum padanya dan diapun membalas melempar senyum pada Lily. Setelah itu Sukma duduk di kursi paling belakang. Lily hanya bermain dan makan bersama dengan teman sebangkunya, Lia. Awalanya Lily dan Lia berteman karena Ayah mereka adalah teman maka merekapun di kenalkan menjadi teman mulai dari SD. Waktu SD mereka sering berkelahi namun karena sering juga di pertemukan sehabis pulang sekolah hanya untuk sekedar jalan-jalan atau trip ke luar negeri, merekapun jadi terbiasa satu sama lain dan bila bertengkar lagi mereka keesokan harinya akan melupakan dan kembali berteman. Tapi setelah naik kelas 2 SMP, Lia pergi ikut orangtuanya ke Dubai untuk menjalankan bisnis. Lily sedih dan merasa kecewa karena Lia pergi tidak mengatakan apa-apa hanya dari berita yang disampaikan orangtuanya. 
"Dia seperti tidak menganggapku teman. Teman apa yang yang tidak saling kasih kabar saat pindah?" gerutu Lily dikamar setelah mendengar Ayahnya yang baru mengantar kepergian Lily dan keluarganya. Dalam 3 hari, akhirnya kekesalan Lily hilang. Melihat kegaduhan dan keusilan temannya dikelas membuat Lily tidak bisa meratapi nasibnya atau bersedih. Ada yang melempar kertas mengenai wajah Lily, ada yang minjam pulpen dan type x tapi tidak dikembalikan, ada yang lagi bermesraan di belakangnya, ada yang menggergaji meja dan masih banyak lagi. Lily berdiri menatap kesal dengan semua yang teman sekelasnya lakukan. Diapun pergi keluar dan duduk dikursi lorong sekolah. Para guru sedang tidak mengajar karena ada rapat, jadi Siswa disuruh belajar sendiri. Melihat pemandangan kosong tak ada satu orangpun di luar, membuat bulu kuduk Lily merinding. 
"Bwahhhh!" Sukma mengangetkan Lily dari samping. Lily benar-benar kaget dan tersedak.
"Wah, maaf," katanya meminta maaf lalu duduk disamping Lily. 
"Tidak apa-apa," ujar Lily. Selama beberapa menit, mereka berdua larut dalam keheningan karena tidak ada yang dibicarakan. 
"Kamu suka sama Andi ya?" Tiba-tiba dia membawa topik percintaan. Lily yang bingung dengan itu mencoba menyangkal.
"Tidak. Mana mungkin," sangkal Lily.
"Euy tak usah disembunyikan, aku sudah tahu kok" kata Sukma menggoda sambil menyenggol bahu Lily sedikit. Lily berpikir keras, memang aku menyukainya? Padahal kan kami cuma bertengkar dan saling mengejek, batin Lily bingung. 
"Aku juga menyukainya," Aku Sukma tiba-tiba.
"Oh ya," respon Lily mulai tertarik.
"Tapi ini rahasia kita ya," ujar Sukma. Lily mengangguk. Mereka berdua menjadi akrab karena masalah Andi itu. Meja Lily yang bersebelahan dengan meja Sukma, membuat mereka berdua sering bercerita satu sama lain dengan sebuah kertas yang diover satu sama lain. Isinya terkadang tentang kehidupan sekolah, gosip percintaan disekolah lalu menjurus kepada masalah Andi. Sebenarnya membosankan bagi Lily yang pecinta kartun membicarakan percintaan tapi karena Sukma ingin ditemani tentang pembicaraan seperti itu, Lily hanya membalas seadanya. 
Kemarin si Andi kerumahku, ih aku gugup baget, tulis sukma di kertas itu lalu mengover ke Lily.
Oh ya, so sweet, balas Lily. Sampai penuh kertas itu berisi tentang Sukma yang salah tingkah atau Andi yang melihat kepadanya saat dijalan, Andi yang membantunya atau apalah yang sebenarnya tidak penting bagi Lily. Setelah selesai, kertas itu Sukma buang ke tong sampah namun setiap kali lily ingin berniat membuangnya, Sukma selalu menahan lily dan merebut kertas itu dari tangan lily. 
"Biar aku saja," kata Sukma selalu seperti itu. Lily cuma berpikir dia teman yang baik. 
Setelah naik kekelas tiga, Lily tidak sekelas lagi dengan Sukma. Diapun berteman dengan teman yang ada dan mau mengobrol dengannya. Hari-harinya lebih dia fokuskan ke belajar dan menonton anime dan kartun lalu mengoleksi pin dan apa saja yang berhubungan dengan itu. Dikelas itu dia lebih tenang karena tidak ada masalah percintaan yang harus dia dengar. Dia dan teman sekelasnya pergi ke kantin untuk makan siang. Saat itu Sukma berada disana bersama teman sekelasnya juga yang sudah duduk disalah satu meja. Lily melihat ke arah Sukma namun Sukma tidak melihat kepadanya. Mungkin dia tidak melihatku, batin Lily. saat selesai makan dan ingin beranjak dari meja, saat itu Sukma juga berdiri. Lily sontak melambai ringan pada Sukma, namun Sukma yang sempat bertatapan dengannya langsung membuang muka. Lily menggenggam tangannya, mungkin dia lagi buru-buru, pikir Lily positif. Namun setelah beberapa kali berpapasan dilorong, dihalaman, dan pada saat sekilas bertatapan, Sukma selalu membuang muka dan lebih memilih berbincang ria dengan teman barunya. Lily merasa perih dihatinya. mungkin dia memang tidak melihatku, pikir Lily masih berpikir positif. Setelah itu Lily tidak lagi ingin menyapanya. 
Hari ujian kelulusan semakin dekat, Lily yang biasanya tiduran tetap saja tiduran meski teman sekelasnya sibuk menyiapkan contekan atau diskusi tentang contekan atau dimana beli kunci jawaban ujian. Melihat lily yang cuek, temannya Riah memghampirinya,
"Wah, enaknya orang pintar tak perlu repot dan pusing memikirkan kelulusan," sindir Riah yang ada didepannya. Perlahan Lily mengangkat kepalanya. 
"Aku juga pusing. Mana mungkin aku tidak pusing. Aku juga bila ada yang punya contekan ujian, ya aku ambil," balas Lily santai. 
"Eh, Lily," Riah sudah mulai memasang muka penggosipannya. Lily yang merasa akan ada berita tak mengenakan bila dia tanggapi serius memilih membalas cuek,
"Ya?"
"Kamu memang akrab ya sama Sukma?"
"... Ya bisa dibilang begitu, kenapa?"
"Tapi dia seperti sengaja menghindar denganmu saat kita berpapasan dikantin waktu itu," ungkap Riah. Lily tidak menyangka akan ada orang yang menyadari hal tersebut.
" Mungkin dia tidak lihat," sanggah Lily tak mau memperpanjang.
"Memang dia buta sampai tidak melihat kamu yang hendak melambai kepadanya? Uh kamu ini terlalu berprasangka baik," cubit Riah. 
"Yah daripada berprasangka buruk," Lily menyingkirkan tangan Riah dari wajahnya lalu menelungkup lagi untuk berniat tidur.
"Karena itu kamu dipermainkan," mendengar kata Riah itu, Lily mendongak.
"Dipermainkan? Aku?" Lily kebingungan.
"Ya kamu oleh Sukma. Kertas curhat kalian dibaca oleh temannya yang baru," ungkap Riah. 
"Apa? Darimana kamu tahu itu?"
"Dari kelas sebelah lah. Awalnya Sukma dilabrak oleh pacar Andi karena dia sering mendekati Andi di kelas. Namun setelah itu dia berdalih bukan dia yang sebenarnya menyukai Andi tapi kamu. Dan dia memberi bukti dengan kumpulan kertas itu," jelas riah. Seketika amarah Lily memuncak, dia langsung keluar dar kelas dan menuju kelasnya sukma. Riah seketika panik dan langsung menyusul Lily. Sesampainya dimeja Sukma yang srdang berbincang dengan temannya, Lily mencoba menahan amarahnya.
"Sukma, kenapa kamu tidak merobek kertas itu?" tanya Lily menahan emosi. Sukma terlihat gelabakan dan ingin menghindar namun lily menarik tangannya. Sukma merintih kesakitan. 
"Hei Lily, jangan seperti ini!" Lerai Andi. Lily menatap tajam pada andi.
"Andi, aku beritahu yang sebenarnya disini," ujar Lily ingin berterus terang.
"Sukma menyukaimu dari dulu dan dia curhat kepadaku. Mengenai kertas kertas itu aku tidak tahu dia ngomong apa ke kamu tapi satu hal yang harus kamu tahu, dia yang menyukaimu bukan aku," ungkap lily tidak tertahan. Seketika Sukma bergetar.
"Begini caramu mempermalukan aku?" Ujar sukma menangis.
"Apa? Kamu yang mempermalukan aku! Kamu bilang kamu membuang dan merobek kertas itu, tapi ternyata kamu mengumpulkannya dan menertawakannya bersama teman-temanmu? Siapa yang mempermalukam siapa, huh?!" Geram Lily. Pak guru langsung datang menenangkan lily dan menyuruhnya pergi dari situ sementara Sukma ditenangkan oleh teman sebangkunya. Lily yang sampai di dalam kelas, langsung mengambil tasnya dan berlari keluar sekolah tanpa menghiraukam teriakan dari gurunya. Dia sangat marah pada Sukma yang dia pikir dan harap akan jadi teman selamanya. Namun itu hanya khayalan Lily semata. Lily baru menyadari ternyata dia tidak dianggap teman sama sekali oleh sukma. 
"Aku sudah membongkar rahasianya! Tapi kenapa aku sama sekali tidak membuatku puas? Kenapa aku menyesal melakukannya? Padahal aku tahu dia menertawakan curhatanku tentang kartun yang aku tonton, tentang keluargaku, tapi kenapa aku masih berharap dia sebenarnya tidak bermaksud melakukan itu? Kenapa?" Rintihnya dengan terduduk dipohon besar. Dia merebahkan badannya pada pohon itu. Sesekali dia mencoba menghentikan sesegukan tangisnya dengan menutup hidungnya dalam semenit, namun itu tidak bekerja. pasrah dengan sesegukanya tadi, Lily bangkit berjalan menuju rumahnya. Sesampainya dirumah, mamanya terkejut Lily sudah pulang padahal belum jam pulang. Mata yang sembab, membuat mamanya khawatir.
"Ada apa, Nak? Kok sudah pulang?" Kata mamanya menghampiri Lily saat dia masuk kekamarnya. Lily langsung menjatuhkan badannya ke kasur dan menutup wajahnya dengan bantal.
"Aku ingin pindah sekolah Ma..hiks..hikss," ujar Lily terisak. 

Ibunya menghela nafas panjang. 

"Kamu dibully lagi? Di SD kamu juga berapa kali ingin pindah karena kamu ngaku pas kentut dan kalau ada bau kentut kamu yang selalu disalahkan? Apa seperti itu lagi?" Tanya mamanya.

"Tidak, tapi..." Lily menceritakan semuanya sambil sesegukan. Msmanya hanya bisa mengelus kepalanya untuk menenangkannya.

"Ya kamu bisa pindah, kan sebentar lagi kamu lulus," kata Mamanya.

"Tapi.."

"Tahanlah ya," kata mamanya lagi menenangkan. Lilypun tidak dapat merengek lagi. Dia tetap harus sekolah karena akan mengikuti ujian kelulusan. 

Lily berjalan menuju kelasnya. Tatapan teman-temannya menyorot tajam kepadanya yang sedang memasuki kelas. Ada yang bisik-bisik tidak jelas dibelakangnya sambil melihat padanya. Riah mendekati Lily,

"Wahh, kamu memang benar-benar pro ya, seperti tak terjadi apa-apa," sindir Riah. Lily sebenarnya jengkel dengan sifat Riah itu, tapi karena Riah selalu mendekatinya dan memberitahu hal ataupun gosip tentang sekolah meskipun dia hampir cuek dengan keberadaan Riah, Lily membiarkannya berkata yang membuat telinganya panas. 

"Pro apa?"

"...eh tau ngga, si Sukma kali ini benar-benar dilabrak lo oleh Warna pacarnya Andi. Mereka bergulat saat pesta ulang tahun malam tafi .. aku lupa nama yang ulang tahun," papar Riah.

"Benarkah?"

"Iya, pokoknya pestanya kacau. Aku pikir sih si Andi ini juga tebar pesona, makanya si Sukma merasa Andi juga menyukainya," 

"Tak tahulah," respon Lily malas. 

"Ey, Ly, apa kamu memang tidak menyukai Andi?"

"Apa sih, kami pernah sekelas dan yang dia lakukan hanya mengejekku tentangku, untuk apa aku menyukainya? Beda dengan Sukma yang selalu dibantu oleh Andi," jelas Lily malas dan uring-uringan.

"Berarti kalau dia membantumu dan bersikap manis, kamu juga bisa menyukainya?"

"Mungkin, tapi untuk apa menyukai orang yang tak mengatakan dia menyukai kita dan malah dengan orang lain? Absurb kau ni," kali ini Lily dapat membalas sindiran Riah. Riah yang kalah hanya bisa cemberut dan kembali duduk menghadap mejanya sendiri. Lily yang menempelkan wajahnya dimeja melihat kepada teman-temannya yang sedang gaduh. Pikirannya melayang-layang dengan kalimat Riah tentang menyukai seseorang. Dia teringat akan hal baik yang dia lakukan dengan Sukma. Saat itu adalah hal membahagiakannya karena baru pertama kali dia mempunyai teman yang mengirim percakapan lewat kertas. Waktu itu dunia seakan milik berdua. Kalau dia boleh jujur, mungkin dia menyukai Sukma. Saat Sukma bersama dengan oranglain, Lily cemburu. Dia merasa dikhianati dan ingin Sukma hanya melihatnya. Tapi dia tidak bisa mengutarakan itu karena akan menjadi aneh bila dia mengatakannya dan orang-orang akan salah paham. Lily hanya menyukainya tanpa hasrat seksual. Tapi diapun ingat bahwa Sukam sering tidak membalas pesannya. Dia selalu berdalih kehabisan pulsa atau HPnya low baterai. Pada saat itu Lily selalu berpikir positif. Namun sekarang dia yakin, Sukma hanya ingin berteman dengannya karena ada yang dia cari. Pikiran kacau itu terus merasukinya. Dia merasa pusing dengan pikiran negatif yang datang padanya. Sampai guru memasuki kelas, Lily memegang kepalanya yang sakit. Tubuhnya begetar hebat. Teman-temannya pun panik dan langsung membawanya ke UKS. Mengingat itu, Lily yang masih dielus oleh Mamanya menjadi bergetar kembali. Mamanya panik lalu segera memanggil dokter memeriksa keadaan Lily. Mata Lily yang sudah berat menjadi tertutup dan mengantuk. Tangannya terkulai di samping ranjang. Sayup-sayup suara panik ibunya masih terdengar lalu kemudian hilang.

Di taman yang sepi, Lily berjalan menapaki jalan bata kecil menuju ke tempat bermain. Sesampainya disana belum ada yang bermain sepak bola/futsal. Lily menunggu dikursi panjang bawah pohon didekat lapangan kecil itu. Suara riuh burung membuat sepi disana tidak mencekam. Namun tiba-tiba Lily tersentak kaget lantaran sepotong tangan menempel dibahunya. Dia menoleh takut dan mendapati seseorang yang gempal menepuk bahunya,

"Maaf mengagetkan, hehe," cengir orang itu. Orang itu membawa tas olahraganya dan duduk di samping Lily. Lily bergeser sedikit karena takut. 

"Bahaya bila sendirian bila melamun ditempat sepi seperti ini. Bisa-bisa kamu dihipnotis," katanya mewanti-wanti. 

"I-iya," ujar Lily agak takut. Yang bahaya itu kamu bukan tempatnya, pegang-pegang bahu aku lagi, kesal Lily dalam hati.

"Oh ya ada temanku yang mau berkenalan denganmu,"

"Siapa?" Ujar Lily berusaha merespon walau dia tetap waspada.

"Orang yang memperbaiki laptopmu waktu itu. Dia menanyakan namamu padaku padahal aku tidak tahu," 

"Ohhh dia," ingat Lily.

"Jadi siapa namamu? Nanti aku akan beritahu dia," ujar orang itu memelas. Ukhhh, cara kenalannya agak norak tapi baiklah karena sudah aku berhutang budi pada temannya, pikir Lily. Diapun memberitahukan namanya. Setelah itu orang itu menuju ke lapangan karena teman-temannya yang lain sudah datang. Namun orang yang menolong Lily itu tidak terlihat sama sekali. Sampai setengah pertandingan, orang itu tidak muncul juga. Akhirnya Lily bangkit dari kursinya dan berjalan menuju gerbang rumah sakit. Lily keluar dari rumah sakit berjalan menyusuri jalan menuju pantai. Sesampanya disana, sesuai dugaan Lily orang itu sedang asik sendiri berenang di pantai. Lily menunggunya di halte bis sembari menikmati cahaya matahari terbenam.

Lily memejamkan matanya sebentar merasakan hembusan angin hangat yang menerpanya. Saat dia membuka mata, Rino sudah ada didepannya. Lekuk tubuh Rino yang atletis terlihat dari balik seragamnya yang melekat pada badannya yang masih basah membuat Lily tersipu namun dengan cepat dia menghilangkan ekspresi itu. Mereka berbincang-bincang lalu setelah memberitahu nama masing-masing, Rino dengan gugup langsungmeninggalkan Lily di halte. Lily melihat kepergiannya dan bergumam pelan,

"Kata dokter aku tidak boleh berpikir negatif,Jadi aku pikir dia pergi karena dia menyukaiku. Padahal dia cuma berenang, kenapa wangi ya," ujar Lily mengipas-ngipas wajahnya yang mulai memerah. Dia mengeluarkan I-podnya dan mulai merekam melalui earphone.

"Meskipun dia orangnya kelihatan brengsek tapi aku suka baunya. Ya wajar sih perempuan pada naksir dia. Ehhmmmm, bila dia jodohku aku baru percaya kalau kami bertemu secara kebetulan sampai 3 kali, tapi tidak mungkin, hehehe. Aku akan pergi dari sini sebentar lagi dan ... ke sekolah baru..... huhhhh, aku harap aku tidak mengalami hal buruk lagi dan memperparah penyakitku. Amin," Lily menutup rekaman diary nya. Dia kemudian berjalan santai kembali ke rumah sakit. 

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Demi Keadilan:Azveera's quest
852      489     5     
Mystery
Kisah Vee dan Rav membawa kita ke dalam dunia yang gelap dan penuh misteri. Di SMA Garuda, mereka berdua menemukan cinta dan kebenaran yang tak terduga. Namun, di balik senyum dan kebahagiaan, bahaya mengintai, dan rahasia-rasasia tersembunyi menanti untuk terungkap. Bersama-sama, mereka harus menghadapi badai yang mengancam dan memasuki labirin yang berbahaya. Akankah Vee menemukan jawaban yang ...
LUKA TANPA ASA
6970      1997     11     
Romance
Hana Asuka mengalami kekerasan dan pembulian yang dilakukan oleh ayah serta teman-temannya di sekolah. Memiliki kehidupan baru di Indonesia membuatnya memiliki mimpi yang baru juga disana. Apalagi kini ia memiliki ayah baru dan kakak tiri yang membuatnya semakin bahagia. Namun kehadirannya tidak dianggap oleh Haru Einstein, saudara tirinya. Untuk mewujudkan mimpinya, Hana berusaha beradaptasi di ...
ARMY or ENEMY?
12333      4014     142     
Fan Fiction
Menyukai idol sudah biasa bagi kita sebagai fans. Lantas bagaimana jika idol yang menyukai kita sebagai fansnya? Itulah yang saat ini terjadi di posisi Azel, anak tunggal kaya raya berdarah Melayu dan Aceh, memiliki kecantikan dan keberuntungan yang membawa dunia iri kepadanya. Khususnya para ARMY di seluruh dunia yang merupakan fandom terbesar dari grup boyband Korea yaitu BTS. Azel merupakan s...
Mencari Pangeran Yang Hilang
2864      1188     3     
Romance
Naru adalah seorang cowok yang sempurna. Derajat, kehidupan, dan juga kemewahan layaknya seorang pangeran telah dia terima sejak lahir ke dunia. Orang tuanya seorang pengusaha kaya sejagat raya yang selalu muncul di TV. Namun ternyata dia yang merasa hidupnya terkekang oleh orang tuanya membuatnya tak memiliki satu pun teman. Dia pun benci tinggal di rumah. Dia ingin bebas. Ketika memasuki SMA,...
Cinta untuk Yasmine
1882      854     17     
Romance
Yasmine sama sekali tidak menyangka kehidupannya akan jungkir balik dalam waktu setengah jam. Ia yang seharusnya menjadi saksi pernikahan sang kakak justru berakhir menjadi mempelai perempuan. Itu semua terjadi karena Elea memilih untuk kabur di hari bahagianya bersama Adam. Impian membangun rumah tangga penuh cinta pun harus kandas. Laki-laki yang seharusnya menjadi kakak ipar, kini telah sah...
Cinta Pertama Bikin Dilema
3985      1213     3     
Romance
Bagaimana jadinya kalau cinta pertamamu adalah sahabatmu sendiri? Diperjuangkan atau ... diikhlaskan dengan kata "sahabatan" saja? Inilah yang dirasakan oleh Ravi. Ravi menyukai salah satu anggota K'DER yang sudah menjadi sahabatnya sejak SMP. Sepulangnya Ravi dari Yogyakarta, dia harus dihadapkan dengan situasi yang tidak mendukung sama sekali. Termasuk kenyataan tentang ayahnya. "Jangan ...
(Un)Dead
628      343     0     
Fan Fiction
"Wanita itu tidak mati biarpun ususnya terburai dan pria tadi一yang tubuhnya dilalap api一juga seperti itu," tukas Taehyung. Jungkook mengangguk setuju. "Mereka seperti tidak mereka sakit. Dan anehnya lagi, kenapa mereka mencoba menyerang kita?" "Oh ya ampun," kata Taehyung, seperti baru menyadari sesuatu. "Kalau dugaanku benar, maka kita sedang dalam bahaya besar." "...
Lenna in Chaos
5432      1862     1     
Romance
Papa yang selingkuh dengan anggota dewan, Mama yang depresi dan memilih tinggal di desa terpencil, seorang kakak perempuan yang kabur entah ke mana, serta kekasih yang hilang di Kalimantan. Selepas kerusuhan demonstrasi May Day di depan Gedung Sate, hidup Lenna tidak akan pernah sama lagi. Sewaktu Lenna celaka di kerusuhan itu, tidak sengaja ia ditolong oleh Aslan, wartawan media sebelah yang...
Dikejar Deretan Mantan
403      246     4     
Humor
Dikejar Deretan Mantan (Kalau begini kapan aku bertemu jodoh?) Hidup Ghita awalnya tenang-tenang saja. Kehidupannya mulai terusik kala munculnya satu persatu mantan bak belatung nangka. Prinsip Ghita, mantan itu pantangan. Ide menikah muncul bagai jelangkung sebagai solusi. Hingga kehadiran dua pria potensial yang membuatnya kelimpungan. Axelsen, atau Adnan. Ke mana hati berlabuh, saat ken...
Caraphernelia
786      428     0     
Romance
Ada banyak hal yang dirasakan ketika menjadi mahasiswa populer di kampus, salah satunya memiliki relasi yang banyak. Namun, dibalik semua benefit tersebut ada juga efek negatif yaitu seluruh pandangan mahasiswa terfokus kepadanya. Barra, mahasiswa sastra Indonesia yang berhasil menyematkan gelar tersebut di kehidupan kampusnya. Sebenarnya, ada rasa menyesal di hidupnya k...