Read More >>"> Toko Kelontong di Sudut Desa (Page 371-4) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Toko Kelontong di Sudut Desa
MENU
About Us  

Bagian Keempat

Afuya melongo ketika Winter merebut semua roti yang diberikannya. Sedangkan pemuda yangemegang roti tersebut tidak langsung memakannya, tetapi disobek menjadi dua bagian. Setengah bagian diberikannya pada Afuya yang sebelumnya sempat berprasangka buruk terhadap Winter karena tidak membagi roti miliknya. 

"Nih, aku kembalikan," kata Winter. 

"Ini punyaku!"  Afuya ngotot. 

"Lah, iya, aku kembalikan ke Kamu, Afufu. Bukan Kamu yang aku kasih." Winter menggigit setengah roti lalu melahapnya dalam satu kali suapan. 

Afuya kembali mengarahkan pandangannya ke ladang. Berbeda dengan Winter, gadis itu menggigit setengah roti menjadi beberapa kali suapan. Hening seketika hadir di antara mereka. Gemericik air yang mengalir di selokan terdengar begitu syahdu. Embusan angin sore menyapu dedaunan padi hijau yang kian menguning. Orang-orangan sawah seakan menonton dua remaja SMP itu. Tiada satupun orang di sana selain mereka berdua yang duduk saling berdampingan. 

Afuya mengembuskan napas pelan. Ia teringat pada kondisi Winter yang berubah ketika pulang sekolah. Gadis itu menyiapkan mental untuk bertanya. Sebenarnya bukan takut, tetapi Afuya lebih mimikirkan ketidak sopanan jika saja Winter menganggap privasi, Afuya malah penasaran menanyakannya. Ujung mata gadis tersebut masih bisa melihat dengan jelas ekspresi remaja lelaki di sebelahnya. Begitu datar dan tatapan yang terlalu kosong. Entah apa yang membuat Winter seketika berubah drastis dari semula ceria menjadi seakan lebih tertutup. 

Afuya menelan kunyahan roti di suapan terakhirnya. Diam sejenak sembari memastikan makanan itu benar benar turun ke perut. "Ada apa? Kau seperti ada masalah?" tanya Afuya.

"Oh...." Winter mengembuskan napasnya kasar sebelum menjawab pertanyaan adik kelasnya itu. "Lagi mood jelek aja," lanjutnya. 

"Lah, iya, kenapa? Karena aku, kah?" 

"Nggak, kok. Mama tadi telepon...," jawab Winter yang tanpa disangka oleh Afuya akan menceritakan masalahnya meskipun kalimatnya belum rampung. 

Ketika pulang sekolah, Winter teringat bahwa hari ini adalah hari di mana mamanya menelepon. Tinggal dengan bibinya baru beberapa hari memang mempunyai kesan menyenangkan tersendiri, terutama bisa bertemu dengan Afuya yang satu kota dengannya harus bersekolah beda kota. Dapat berkenalan dengan gadis itu membuat Winter semakin semangat bersekolah. Namun, ketika teringat bahwa hari ini mamanya akan telepon, membuat mood pemuda itu menjadi berantakan. 

Sebenarnya Winter tidak ingin membagi masalahnya yang sepele tersebut pada gadis yang baru dikenalnya. Oleh karena itu, saat pulang sekolah Winter tidak menunggu Afuya di bawah tangga maupun duduk di kursi dan gerbong kereta yang sama. Sesampainya di rumah Eryn kurang lebih jam setengah empat sore, langsung disambut oleh sebuah telepon masuk dari sang mama. Sebelumnya Winter menolak, tetapi Eryn terus memaksanya dan menasehatinya bagaimanapun dia adalah ibunya. 

Winter

"Halo, Ma?

Mama Winter 

"Halo, Sayang! Gimana kabarnya beberapa hari ini tinggal dengan bibimu?"

Winter

"Jauh lebih baik dibandingkan dengan Mama."

Mama Winter

"Syukurlah kalau begitu. Oh iya, Mama mau ngasih kabar ke Kamu. Maaf ya, Nak, kemungkinan setelah Kamu lulus dari SMP, Kamu akan tetap tinggal di sana dengan bibimu."

Winter

"Maksud Mama, aku SMA juga di kampung?

Mama Winter

"Iya, Nak. Nanti jika kamu sudah lulus SMA, Kamu bisa pilih mau kuliah bebas di mana, asalkan selama SMA Kamu tetap di kampung." 

Winter

"Kok gitu? Kemarin bilangnya cuma sampai aku lulus SMP aja di kampung. Kenapa jadi diperpanjang? Papa bangkrut, ya, sampai harus sekolahin aku di kampung dan numpang tinggal sama bibi?

Mama Winter

"Ngomong apa Kamu ini.... Bukan begitu, Nak. Papa dan Mama masih belum bisa pulang ke Indonesia sampai kemungkinan empat atau lima tahun ke depan."

Winter

"Mama sama Papa cuma alasan aja. Rumah di Surabaya juga sudah kalian jual, kan? Memang kalian lebih betah di Malaysia dibandingkan ngurus Winter." 

Mama Winter

"Winter! Jaga mulut Kamu, ya!

Winter

"Mama marah? Marah aja, Ma! Nggak usah hubungin Winter lagi.

Winter memutuskan obrolan di teleponnya dengan paksa. Eryn di ruang keluarga tanpa sengaja sempat menguping percakapan keponakannya dengan kakaknya itu. Dibandingkan dengan Winter, Eryn jauh lebih dewasa dan mengerti tentang kondisi sesungguhnya kedua orang tua pemuda SMP yang tinggal bersamanya. Bukannya tidak mau ikut campur, Eryn tanpa bertanya membiarkan Winter menenangkan diri. Wanita tersebut secara tidak langsung mengajarkan kemandirian terhadap keponakannya di masa pubertas. 

Afuya antusias mendengarkan cerita Winter secara runtut. Tanggapan gadis itu hampir sama dengan Eryn, yaitu membiarkan pemuda itu menenangkan diri. Namun, Afuya berbeda tujuan, sebenarnya gadis itu tak ingin ikut campur urusan Winter. Akan tetapi ia takut jika suatu saat terlibat malasah orang. Afuya sungguh paham apa yang dirasakan remaja di sampingnya, karena sebumnya, ia juga dilarang oleh bundanya bersekolah di kota Surabaya. Untung ada kakeknya yang selalu mendukung impiannya.

Demi memberi ruang ketenangan untuk Winter, ide-ide cemerlang milik Afuya tiba-tiba muncul. Daripada merasa canggung, gadis itu mulai melontarkan pertanyaan absurd, tetapi kemungkinan besar masih bisa mencairkan suasana dingin. Seperti sebuah tembok es kokoh yang dibangun mengelilingi Winter. 

"Jangan sedih, ya... tetap semangat! Ngomong-ngomong, kenapa namamu Winter?" 

Winter menoleh pada Afuya sembari mengerutkan keningnya. "Entah. Lahir bulan terakhir mungkin. Sebagian negara ada yang memiliki musim dingin, makannya namaku Winter," jelas remaja lelaki tersebut.

Afuya hanya mengangguk seakan paham betul. Dia memang paham, sebab itulah dia bisa masuk ke SMP di Surabaya tanpa menggunakan sistem zonasi. Obrolan itu terputus sejenak. Afuya bingung harus tanya apa lagi untuk tetapembangun suasana yang tidak terlalu canggung. Untung saja, Winter adalah pemuda yang peka. Ia menanyakan balik pada gadis di sampingnya tentang sebab apa Afuya diberikan mana tersebut.

"Lalu namamu?" 

"Bunda ingin merasakan salju. Salju adanya di musim dingin. Dalam bahasa Jepang, musim dingin berarti 'fuyu', kemudian bunda mengadaptasinya menjadi 'fuya'. Tambahan huruf 'A' di depan karena aku anak pertama. Tidak... lebih tepatnya aku anak tunggal. Kalau kata kakek, namaku diambil dari bahasa Jawa. Dari kata 'koya' atau 'poya' yang berarti serbuk pelengkap pada makanan soto. Kemudian kakek lebih akrab memanggilku 'puya'. Entahlah mana yang benar."

Winter mulai menarik kedua ujung bibirnya, sehingga menghasilkan senyum tipis yang singkat mengiringi berakhirnya penjelasan Afuya. "Yang benar itu, Afufu." 

"Ih! Apaan coba? Jelek banget Afufu. Aku bukan pupu!" protes Afuya tak terima. 

"Ya, siapa juga yang bilang Kamu paha ayam. Aku bilang Afufu soalnya lucu aja di Kamu." 

Pipi Afuya seketika memerah. Bagi anak kelas satu SMP, hal yang tak terduga seperti ejekan terkadang memberikan kesan ala-ala cinta monyet. Afuya tidak ingin lebih dalam menyiksa dirinya, ia lebih takut jika Meira murka, sebab gadis itu mulai luluh terhadap seorang remaja laki-laki yang berusia dua tahun lebih tua. Afuya tahu bahwa feeling seorang ibu pasti tidak akan salah. Ia juga tahu bahwa tak lama, bundanya tersebut pasti mengetahui siapa itu Winter yang telah membuat hati putrinya dag-dig-dug. Afuya masih berusaha sekuat mungkin untuk menyembunyikan Winter dari Meira. 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Reminisensi
0      0     0     
Fan Fiction
Tentang berteman dengan rasa kecewa, mengenang kisah-kisah dimasa lampau dan merayakan patah hati bersama. Mereka, dua insan manusia yang dipertemukan semesta, namun bukan untuk bersama melainkan untuk sekedar mengenalkan berbagai rasa dalam hidup.
Tumpuan Tanpa Tepi
8453      2820     0     
Romance
Ergantha bercita-cita menjadi wanita 'nakal'. Mencicipi segala bentuk jenis alkohol, menghabiskan malam bersama pria asing, serta akan mengobral kehormatannya untuk setiap laki-laki yang datang. Sialnya, seorang lelaki dewasa bermodal tampan, mengusik cita-cita Ergantha, memberikan harapan dan menarik ulur jiwa pubertas anak remaja yang sedang berapi-api. Ia diminta berperilaku layaknya s...
Kamu
243      195     0     
Short Story
Untuk kalian semua yang mempunyai seorang kamu.
Dandelion
373      235     1     
Inspirational
Masa lalu yang begitu menyakitkan, membuatnya terpuruk. Sampai pada titik balik, di mana Yunda harus berjuang sendirian demi sebuah kesuksesan. Rasa malas dan trauma dari masa lalu ditepis demi sebuah ambisi yang begitu berat. Memang, tidak ada yang bisa mengelak dari masa lalu. Namun, bisa jadi masa lalu itu merupakan cambukan telak untuk diri sendiri. Tidak masalah pernah terpuruk dan tertin...
Memento Merapi
5144      1927     1     
Mystery
Siapa bilang kawanan remaja alim itu nggak seru? Jangan salah, Pandu dan gengnya pecinta jejepangan punya agenda asyik buat liburan pasca Ujian Nasional 2013: uji nyali di lereng Merapi, salah satu gunung terangker se-Jawa Tengah! Misteri akan dikuak ala detektif oleh geng remaja alim-rajin-kuper-koplak, AGRIPA: Angga, Gita, Reni, dan Pandu, yang tanpa sadar mengulik sejarah kelam Indonesia denga...
Pupus
401      261     1     
Short Story
Jika saja bisa, aku tak akan meletakkan hati padamu. Yang pada akhirnya, memupus semua harapku.
Bus dan Bekal
2341      1104     6     
Romance
Posisi Satria sebagai seorang siswa sudah berkali-kali berada di ambang batas. Cowok itu sudah hampir dikeluarkan beberapa kali karena sering bolos kelas dan lain-lain. Mentari selalu mencegah hal itu terjadi. Berusaha untuk membuat Satria tetap berada di kelas, mendorongnya untuk tetap belajar, dan melakukan hal lain yang sudah sepatutnya seorang siswa lakukan. Namun, Mentari lebih sering ga...
Weak
217      171     1     
Romance
Entah sejak kapan, hal seromantis apapun kadang terasa hambar. Perasaan berdebar yang kurasakan saat pertama kali Dio menggenggam tanganku perlahan berkurang. Aku tidak tahu letak masalahnya, tapi semua hanya tidak sama lagi. Kalau pada akhirnya orang-orang berusaha untuk membuatku menjauh darinya, apa yang harus kulakukan?
Chahaya dan Surya [BOOK 2 OF MUTIARA TRILOGY]
10219      1783     1     
Science Fiction
Mutiara, or more commonly known as Ara, found herself on a ship leading to a place called the Neo Renegades' headquarter. She and the prince of the New Kingdom of Indonesia, Prince Surya, have been kidnapped by the group called Neo Renegades. When she woke up, she found that Guntur, her childhood bestfriend, was in fact, one of the Neo Renegades.
Khalisya (Matahari Sejati)
2525      856     3     
Romance
Reyfan itu cuek, tapi nggak sedingin kayak cowok-cowok wattpad Khalisya itu hangat, tapi ia juga teduh Bagaimana jika kedua karakter itu disatukan..?? Bisakah menjadi satu kesatuan yang saling melengkapi..?? Semuanya akan terjawab disini. Ketika dua hati saling berjuang, menerobos lorong perbedaan. Mempertaruhkan hati fan perasaan untuk menemukan matahari sejati yang sesungguhnya &...