Read More >>"> Perhaps It Never Will (Chapter 6) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Perhaps It Never Will
MENU
About Us  

Seperti janjinya kemarin malam, Hayley berdiri di depan rumah Matthew pagi ini. Siap untuk melamar pekerjaan. Tidak pernah terpikir olehnya bahwa ia akan menjadi versi Hayley Lexington yang mencari pekerjaan di pedesaan Inggris.

“Pagi, Matt,” sapa Hayley dengan senyum secerah matahari saat Matthew berjalan keluar dari rumahnya.

“Pagi,” balas Matthew yang sudah rapih dengan rompi kulit kesayangannya. “Kau siap?” lanjut Matthew.

Hayley mengangguk semangat.

That’s the spirit!” balas Matthew tak kalah semangat.

Goldie’s Bookshop terletak tak terlalu jauh dari kediaman Jane dan Matthew. Hanya berjalan sekitar 10 menit saja mereka sudah sampai di tujuan. Toko buku itu memiliki cat dinding berwarna coklat muda dan pintu bercorak hijau lumut. Di jendelanya tertata rapi buku-buku best seller dan keluaran terbaru.

Bel di atas pintu berdenting ketika mereka masuk.

“Pagi, Matt. Lebih awal pagi ini,” sapa seorang pria berkacamata tebal yang Hayley yakini bernama Ronnie, pemilik toko buku. Ia sedang sibuk merapikan tumpukan kertas di meja kasir.

“Pagi, Ron. Aku membawa seseorang untukmu,” balas Matthew melirik ke arah Hayley.

Ronnie terlihat shock. Ia mundur beberapa langkah sambil menggeleng. “Matt, kau gila? Aku... aku tidak bisa. Aku sudah beristri dan anakku baru berumur 5 bulan.”

Matthew berdecak sebal. “Bukan soal itu, bodoh. Ini Hayley, temanku. Dia bersedia untuk bekerja di sini. Menggantikan pegawaimu yang hamil itu.”

Ekspresi Ronnie menjadi lebih rileks setelah mendengar itu.

“Halo, aku Hayley. Senang bertemu denganmu. Kudengar kau sedang menccari pegawai baru?” Hayley memperkenalkan diri.

“Ronnie.” Ronnie menatap Hayley lama-lama. Terpana dengan mulut yang menganga. “Kau terlalu cantik untuk bekerja di sini. Mengapa kau tidak menjadi model atau aktor? Kuyakin Tom Cruise saja pasti akan terpesona olehmu.”

Aku memang model dan aktor. Tapi entah sampai kapan. Mungkin besok atau bahkan hari ini karirku akan selesai.

Matthew mengambil gulungan koran di dekatnya dan memukul lengan Ronnie dengan benda itu. “Fokus, bodoh.”

Ronnie mengerjapkan mata lalu berdeham. “Baik, sebelumnya kau punya pengalaman bekerja di toko buku?” tanyanya sok profesional, membuat Matthew berdecak malas.

Hayley menggeleng. Pikiran buruk mulai berkecamuk di otaknya, bagaimana jika ia tidak layak untuk bekerja di sini?

“Itu urusan gampang. Selamat datang di Goldie’s Bookshop. Toko buku legenda yang sudah turun-menurun menjadi toko buku favorit di The Cotswolds. Kau akan melalui minggu uji coba terlebih dulu,” lanjut Ronnie membuat Hayley bernafas lega.

Minggu uji coba? Tidak masalah.

“Seharusnya tadi langsung begitu. Kau terlalu banyak basi-basi.” Matthew melengos pergi ke arah rak-rak.

“Basa-basi,” koreksi Ronnie.

“Tidak, untukmu basi-basi!” seru Matthew yang sudah tak terlihat. Ditelan oleh jajaran rak-rak buku.

Ronnie menggeleng tak habis pikir. Ia lalu berbisik pelan pada Hayley. “Bagaimana bisa kau berteman dengan si Tua Matthew itu?”

Hayley tersenyum tipis. “Kau sendiri?”

“Dia pelanggan setiaku. Mau tak mau aku harus menjadi temannya.”

“Dia sahabat Jane, nenek tiriku. Jadi otomatis dia sahabatku juga.”

“Aku tidak yakin jika sahabat adalah dua orang yang saling melempar ejekan dan sarkas dengan satu sama lain.” Ronnie menyipit.

“Matthew dan Jane punya filosofi sendiri tentang persahabatan. Baik, Bos Ronnie, apa yang harus kukerjakan sekarang?” tanya Hayley.

“Panggil aku Ronnie saja. Kau bisa memulai dengan membereskan meja kasir.”

Pelanggan tak henti-hentinya datang sejak Matthew pulang kembali ke peternakan. Hayley tak bisa membayangkan betapa repotnya Ronnie ketika harus mengerjakan semuanya sendiri. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang paruh baya yang mencari bacaan baru setiap minggu seperti Matthew.

Tapi Hayley senang sekali bekerja di sini. Selain senang menerima uang di kasir, ia juga sangat antusias ketika para pelanggan meminta rekomendasi buku darinya.

“Hei anak muda, kemarin malam cucuku berkata bahwa ia baru saja selesai membaca novel karya Colleen Hoover. Aku tidak ingat judulnya dan lupa bertanya sebelum pergi kesini. Ia tak henti-hentinya menyuruhku untuk mulai membaca salah satu karya pengarang itu. Bisakah kau beri aku judul yang bagus?” pinta salah seorang wanita tua bergaun kuning dengan corak bunga-bunga.

“Reminders of Him dan All Your Perfects sepertinya cocok untukmu.” Hayley tersenyum hangat seraya mengambil stok novel tersebut di bawah meja kasir. “Ini dia,” lanjutnya sambil menyodorkan dua novel itu ke arah wanita tua.

Wanita tua itu terlihat menimang-nimang kedua novel di tangannya. Hayley baru bisa bernafas lega ketika akhirnya si pelanggan memilih untuk membeli dua novel itu. Ia senang sekali jika rekomendasinya diterima dengan baik oleh orang-orang.

Hayley akhirnya bisa duduk sebentar di belakang meja kasir untuk menghilangkan rasa pegal di kakinya karena berdiri terus-menerus melayani pelanggan. Tiga jam lagi Goldie’s Bookshop akan tutup, itu berarti Hayley masih harus menyisakan tenaganya untuk waktu yang tersisa.

Ia baru akan kembali berdiri ketika seorang pelanggan menghampiri meja kasir dengan buku “The Danish Way of Parenting” di genggamannya.

Pelanggan itu menaruh bukunya di meja kasir bersamaan dengan Hayley yang bertanya, “Orang tua baru, huh?”

“Beberapa bulan lagi,” jawab pelanggan itu dengan suara beratnya.

Suara berat itu.

“Kau mendengar suara detak jantungku? Fokuskan dirimu pada suara itu.”

“Bernafaslah, kau tidak sendiri.”

Hayley mendongak. Menatap mata pelanggan itu untuk pertama kalinya.

Bola mata biru laut yang menenangkan.

Rambut hitam legam yang sedikit acak-acakan.

Dunia di sekitarnya serasa berhenti berputar dan semua orang berhenti bergerak. Telinganya seperti tertutup sesuatu yang keras sehingga ia tidak bisa mendengar apapun kecuali detak jantungnya sendiri. Nafasnya tercekat.

 “Will?” 

***

Ketika tatapannya bertemu dengan tatapan damai itu setelah sekian lama, rasanya semesta terlalu baik. Hayley bahkan sedikit curiga pada apa yang direncanakan semesta untuknya esok hari. Apakah ia akan hancur lagi? Atau semakin kuat dengan kemunculan Will di hidupnya?

Will.

Ya, itu Will-nya.

Bola mata Will yang indah terkunci pada bola mata hijau milik Hayley. Will sama sekali tidak mengeluarkan reaksi seperti Hayley, ia hanya memandang lurus ke arah Hayley dengan ekspresi yang tak terbaca. Rahangnya yang kokoh terlihat menegang selama beberapa detik sebelum akhirnya kembali rileks.

Ingin rasanya meloncati meja kasir dan memeluk tubuh tinggi tegap yang kokoh itu hanya untuk merasakan kenyamanan hangat seperti yang ia rasakan di bandara. Hayley mati-matian menahan pekikan bahagia, “Will! Aku mencarimu selama berminggu-minggu dan ternyata kau ada di sini!”

“Will—“

“Maaf, apakah aku mengenalmu?” tanya Will bersamaan dengan Hayley yang akan mengatakan sesuatu. Suaranya terdengar tenang, setenang aliran Sungai Eye.

Selama beberapa saat, Hayley seperti berhenti bernafas.

Hayley bersumpah demi kehancuran karir Logan bahwa selama beberapa detik tadi ia sempat melihat adanya tatapan familiar di mata Will yang langsung lenyap dalam sekejap.

Mendengar pertanyaan yang keluar dari bibir tipis Will membuat salah satu harapan Hayley pupus. Selama ini ia mengira bahwa Will mengetahui siapa dirinya atau paling tidak mengingat wajahnya. Tapi ternyata ... Will menatap Hayley layaknya orang asing yang tidak pernah rela berlari dan berdempetan di dalam kamar mandi terbengkalai demi menyelamatkannya.

 “Oh ...” Hanya itu yang bisa keluar dari mulut Hayley. Hatinya serasa mencelos, seseorang seperti menarik hati itu secara paksa.

“Pegawai baru Ronnie?” tanya Will lagi. Tatapannya menuntut penjelasan. Tidak ada hoodie hitam kali ini. Will mengenakan kemeja warna abu gelap dengan dua kancing atas yang terbuka dan celana jeans hitam yang dipadukan dengan boots warna senada.

“A-aku, ehm, Aku Hayley. Ya, pegawai baru Ronnie.” Getaran dalam suaranya tak bisa terhindarkan.

“Kau pasti tahu namaku dari Ronnie,” kata Will yang lebih terdengar seperti meyakinkan dirinya sendiri. “Bisa kau bungkus bukuku? Aku agak sedikit buru-buru,” lanjut Will karena sejak tadi Hayley hanya diam membeku.

Hayley tersentak dari lamunannya mengamati wajah Will. Ia buru-buru mengambil paper bag dengan tangan yang basah oleh keringat. “Maaf, ini,” ucap Hayley seraya menerima kartu debit yang disodorkan Will dan melakukan proses pembayaran dengan mata yang sesekali menatap ke arah wajah tampan itu untuk memastikan apakah pria di depannya nyata atau tidak.

Nyata. Pria pemilik novel inisial WM benar-benar ada di depannya. Hanya saja, ia tidak mengingat siapa Hayley yang membuat Hayley ingin mengobrak-ngabrik tumpukan buku di sekitarnya.

Will terasa sangat asing dan jauh—jauh dari ekspektasi Hayley. Mereka memang hanya baru bertemu satu kali, tetapi bagi Hayley ia seperti sudah mengenal Will sangat lama. Apalagi setiap malam novel milik pria itu selalu berada di samping bantal tidurnya. Tapi sepertinya hal tersebut bertolak belakang dengan apa yang dirasakan Will.

“Terima kasih, Hadley. Senang bertemu denganmu.” Will melempar senyum tipis sebelum akhirnya berjalan pergi ke arah pintu dan keluar dari toko buku dengan langkah lebar.

Hayley ingin mengatakan lebih. Ia ingin menahan Will untuk membantu pria itu mengingat siapa dirinya. Tapi, saat ini bukan waktu yang tepat.

“Hayley, namaku Hayley,” bisik Hayley yang hanya bisa didengar oleh tumpukan buku disekitarnya. Matanya tetap melekat pada punggung Will yang semakin menjauh. “Dan tidak, Will. Aku tidak mengetahui namamu dari Ronnie.”

***

“Will Jacob? Will Austen? Will Byers? Oh bukan, itu tokoh di Stranger Things. Will Harper? Will Volkov? Will de Ruiter? Will Herondale? Aku memiliki banyak pelanggan bernama Will, Hayley. Dan aku tidak punya waktu untuk mencatat nama Will satu-persatu di rekap jurnalku.” Ronnie sibuk mengangkat kardus berisi buku-buku kiriman baru dari penerbit ketika Hayley tak henti-hentinya membuntuti dirinya dari belakang sejak tadi.

Goldie’s Bookshop sudah tutup sekitar dua jam yang lalu. Dan selama itulah Hayley sibuk mencerca Ronnie dengan pertanyaan tentang seseorang bernama Will yang pernah ke toko buku ini.

“Will M. Inisialnya M. Ayolah, Ronnie. Kau pasti mengenalnya. Dia tahu siapa dirimu,” paksa Hayley yang hampir putus asa.

“Semua orang di The Cotswolds tahu siapa aku. Maaf, tidak ada unsur kesombongan.” Ronnie kini fokus memilah buku sesuai genre. Kacamata tebalnya sudah merosot ke ujung hidung, tapi ia tidak merasa terganggu sama sekali.

“Bola mata biru, tubuh tinggi tegap, tampan, dan—“

“Hayley,” potong Ronnie. “Sudah larut, kau harus pulang. Si Tua Matthew akan membakar toko bukuku jika sesuatu terjadi padamu karena ulahku. Lagipula besok kan kau harus kesini lagi.”

Hayley menghela nafas pelan. Tubuhnya memang lelah, tapi batinnya yang penasaran mengalahkan semuanya. Karena tidak mau berdebat dengan bos di hari pertamanya bekerja, Hayley mengalah, ia mengambil tasnya di kursi kasir dan berpamitan pada Ronnie.

“Hayley,” panggil Ronnie ketika tangan Hayley sudah berada di gagang pintu.

 Hayley menoleh dengan lemas. “Ya?”

“Morrison. Will M untuk William Morrison. Selamat malam.” Ronnie berjalan ke arah gudang tanpa menoleh lagi ke arah Hayley sekalipun.

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Luka Dan Perkara Cinta Diam-Diam
5303      2097     22     
Romance
Kenangan pahit yang menimpanya sewaktu kecil membuat Daniel haus akan kasih sayang. Ia tumbuh rapuh dan terus mendambakan cinta dari orang-orang sekitar. Maka, ketika Mara—sahabat perempuannya—menyatakan perasaan cinta, tanpa pikir panjang Daniel pun menerima. Sampai suatu saat, perasaan yang "salah" hadir di antara Daniel dan Mentari, adik dari sahabatnya sendiri. Keduanya pun menjalani h...
Jelita's Brownies
2915      1259     11     
Romance
Dulu, Ayahku bilang brownies ketan hitam adalah resep pertama Almarhum Nenek. Aku sangat hapal resep ini diluar kepala. Tetapi Ibuku sangat tidak suka jika aku membuat brownies. Aku pernah punya daun yang aku keringkan. Daun itu berisi tulisan resep kue-kue Nenek. Aku sadar menulis resep di atas daun kering terlihat aneh, tetapi itu menjadi sebuah pengingat antara Aku dan Nenek. Hanya saja Ib...
SORRY
14433      2740     11     
Romance
Masa SMA adalah masa yang harus dipergunakan Aluna agar waktunya tidak terbuang sia-sia. Dan mempunyai 3 (tiga) sahabat cowok yang super duper ganteng, baik, humoris nyatanya belum untuk terbilang cukup aman. Buktinya dia malah baper sama Kale, salah satu cowok di antara mereka. Hatinya tidak benar-benar aman. Sayangnya, Kale itu lagi bucin-bucinnya sama cewek yang bernama Venya, musuh bebuyutan...
Call Kinna
3899      1564     1     
Romance
Bagi Sakalla Hanggra Tanubradja (Kalla), sahabatnya yang bernama Kinnanthi Anggun Prameswari (Kinna) tidak lebih dari cewek jadi-jadian, si tomboy yang galak nan sangar. Punya badan macem triplek yang nggak ada seksinya sama sekali walau umur sudah 26. Hobi ngiler. Bakat memasak nol besar. Jauh sekali dari kriteria istri idaman. Ibarat langit dan bumi: Kalla si cowok handsome, rich, most wante...
Allura dan Dua Mantan
2961      950     1     
Romance
Kinari Allura, penulis serta pengusaha kafe. Di balik kesuksesan kariernya, dia selalu apes di dunia percintaan. Dua gagal. Namun, semua berubah sejak kehadiran Ayden Renaldy. Dia jatuh cinta lagi. Kali ini dia yakin akan menemukan kebahagiaan bersama Ayden. Sayangnya, Ayden ternyata banyak utang di pinjol. Hubungan Allura dan Ayden ditentang abis-abisan oleh Adrish Alamar serta Taqi Alfarezi -du...
Negeri Tanpa Ayah
8608      1925     0     
Inspirational
Negeri Tanpa Ayah merupakan novel inspirasi karya Hadis Mevlana. Konflik novel ini dimulai dari sebuah keluarga di Sengkang dengan sosok ayah yang memiliki watak keras dan kerap melakukan kekerasan secara fisik dan verbal terutama kepada anak lelakinya bernama Wellang. Sebuah momentum kelulusan sekolah membuat Wellang memutuskan untuk meninggalkan rumah. Dia memilih kuliah di luar kota untuk meng...
Palette
3918      1575     6     
Romance
Naga baru saja ditolak untuk kedua kalinya oleh Mbak Kasir minimarket dekat rumahnya, Dara. Di saat dia masih berusaha menata hati, sebelum mengejar Dara lagi, Naga justru mendapat kejutan. Pagi-pagi, saat baru bangun, dia malah bertemu Dara di rumahnya. Lebih mengejutkan lagi, gadis itu akan tinggal di sana bersamanya, mulai sekarang!
RUMIT
4124      1399     53     
Romance
Sebuah Novel yang menceritakan perjalanan seorang remaja bernama Azfar. Kisahnya dimulai saat bencana gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi yang menimpa kota Palu, Sigi, dan Donggala pada 28 September 2018. Dari bencana itu, Azfar berkenalan dengan seorang relawan berparas cantik bernama Aya Sofia, yang kemudian akan menjadi sahabat baiknya. Namun, persahabatan mereka justru menimbulkan rasa baru d...
Aku Benci Hujan
4945      1410     1     
Romance
“Sebuah novel tentang scleroderma, salah satu penyakit autoimun yang menyerang lebih banyak perempuan ketimbang laki-laki.” Penyakit yang dialami Kanaya bukan hanya mengubah fisiknya, tetapi juga hati dan pikirannya, serta pandangan orang-orang di sekitarnya. Dia dijauhi teman-temannya karena merasa jijik dan takut tertular. Dia kehilangan cinta pertamanya karena tak cantik lagi. Dia harus...
Hujan Paling Jujur di Matamu
5404      1483     1     
Romance
Rumah tangga Yudis dan Ratri diguncang prahara. Ternyata Ratri sudah hamil tiga bulan lebih. Padahal usia pernikahan mereka baru satu bulan. Yudis tak mampu berbuat apa-apa, dia takut jika ibunya tahu, penyakit jantungnya kambuh dan akan menjadi masalah. Meski pernikahan itu sebuah perjodohan, Ratri berusaha menjalankan tugasnya sebagai istri dengan baik dan tulus mencintai Yudis. Namun, Yudis...