Loading...
Logo TinLit
Read Story - Perhaps It Never Will
MENU
About Us  

Seperti janjinya kemarin malam, Hayley berdiri di depan rumah Matthew pagi ini. Siap untuk melamar pekerjaan. Tidak pernah terpikir olehnya bahwa ia akan menjadi versi Hayley Lexington yang mencari pekerjaan di pedesaan Inggris.

“Pagi, Matt,” sapa Hayley dengan senyum secerah matahari saat Matthew berjalan keluar dari rumahnya.

“Pagi,” balas Matthew yang sudah rapih dengan rompi kulit kesayangannya. “Kau siap?” lanjut Matthew.

Hayley mengangguk semangat.

That’s the spirit!” balas Matthew tak kalah semangat.

Goldie’s Bookshop terletak tak terlalu jauh dari kediaman Jane dan Matthew. Hanya berjalan sekitar 10 menit saja mereka sudah sampai di tujuan. Toko buku itu memiliki cat dinding berwarna coklat muda dan pintu bercorak hijau lumut. Di jendelanya tertata rapi buku-buku best seller dan keluaran terbaru.

Bel di atas pintu berdenting ketika mereka masuk.

“Pagi, Matt. Lebih awal pagi ini,” sapa seorang pria berkacamata tebal yang Hayley yakini bernama Ronnie, pemilik toko buku. Ia sedang sibuk merapikan tumpukan kertas di meja kasir.

“Pagi, Ron. Aku membawa seseorang untukmu,” balas Matthew melirik ke arah Hayley.

Ronnie terlihat shock. Ia mundur beberapa langkah sambil menggeleng. “Matt, kau gila? Aku... aku tidak bisa. Aku sudah beristri dan anakku baru berumur 5 bulan.”

Matthew berdecak sebal. “Bukan soal itu, bodoh. Ini Hayley, temanku. Dia bersedia untuk bekerja di sini. Menggantikan pegawaimu yang hamil itu.”

Ekspresi Ronnie menjadi lebih rileks setelah mendengar itu.

“Halo, aku Hayley. Senang bertemu denganmu. Kudengar kau sedang menccari pegawai baru?” Hayley memperkenalkan diri.

“Ronnie.” Ronnie menatap Hayley lama-lama. Terpana dengan mulut yang menganga. “Kau terlalu cantik untuk bekerja di sini. Mengapa kau tidak menjadi model atau aktor? Kuyakin Tom Cruise saja pasti akan terpesona olehmu.”

Aku memang model dan aktor. Tapi entah sampai kapan. Mungkin besok atau bahkan hari ini karirku akan selesai.

Matthew mengambil gulungan koran di dekatnya dan memukul lengan Ronnie dengan benda itu. “Fokus, bodoh.”

Ronnie mengerjapkan mata lalu berdeham. “Baik, sebelumnya kau punya pengalaman bekerja di toko buku?” tanyanya sok profesional, membuat Matthew berdecak malas.

Hayley menggeleng. Pikiran buruk mulai berkecamuk di otaknya, bagaimana jika ia tidak layak untuk bekerja di sini?

“Itu urusan gampang. Selamat datang di Goldie’s Bookshop. Toko buku legenda yang sudah turun-menurun menjadi toko buku favorit di The Cotswolds. Kau akan melalui minggu uji coba terlebih dulu,” lanjut Ronnie membuat Hayley bernafas lega.

Minggu uji coba? Tidak masalah.

“Seharusnya tadi langsung begitu. Kau terlalu banyak basi-basi.” Matthew melengos pergi ke arah rak-rak.

“Basa-basi,” koreksi Ronnie.

“Tidak, untukmu basi-basi!” seru Matthew yang sudah tak terlihat. Ditelan oleh jajaran rak-rak buku.

Ronnie menggeleng tak habis pikir. Ia lalu berbisik pelan pada Hayley. “Bagaimana bisa kau berteman dengan si Tua Matthew itu?”

Hayley tersenyum tipis. “Kau sendiri?”

“Dia pelanggan setiaku. Mau tak mau aku harus menjadi temannya.”

“Dia sahabat Jane, nenek tiriku. Jadi otomatis dia sahabatku juga.”

“Aku tidak yakin jika sahabat adalah dua orang yang saling melempar ejekan dan sarkas dengan satu sama lain.” Ronnie menyipit.

“Matthew dan Jane punya filosofi sendiri tentang persahabatan. Baik, Bos Ronnie, apa yang harus kukerjakan sekarang?” tanya Hayley.

“Panggil aku Ronnie saja. Kau bisa memulai dengan membereskan meja kasir.”

Pelanggan tak henti-hentinya datang sejak Matthew pulang kembali ke peternakan. Hayley tak bisa membayangkan betapa repotnya Ronnie ketika harus mengerjakan semuanya sendiri. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang paruh baya yang mencari bacaan baru setiap minggu seperti Matthew.

Tapi Hayley senang sekali bekerja di sini. Selain senang menerima uang di kasir, ia juga sangat antusias ketika para pelanggan meminta rekomendasi buku darinya.

“Hei anak muda, kemarin malam cucuku berkata bahwa ia baru saja selesai membaca novel karya Colleen Hoover. Aku tidak ingat judulnya dan lupa bertanya sebelum pergi kesini. Ia tak henti-hentinya menyuruhku untuk mulai membaca salah satu karya pengarang itu. Bisakah kau beri aku judul yang bagus?” pinta salah seorang wanita tua bergaun kuning dengan corak bunga-bunga.

“Reminders of Him dan All Your Perfects sepertinya cocok untukmu.” Hayley tersenyum hangat seraya mengambil stok novel tersebut di bawah meja kasir. “Ini dia,” lanjutnya sambil menyodorkan dua novel itu ke arah wanita tua.

Wanita tua itu terlihat menimang-nimang kedua novel di tangannya. Hayley baru bisa bernafas lega ketika akhirnya si pelanggan memilih untuk membeli dua novel itu. Ia senang sekali jika rekomendasinya diterima dengan baik oleh orang-orang.

Hayley akhirnya bisa duduk sebentar di belakang meja kasir untuk menghilangkan rasa pegal di kakinya karena berdiri terus-menerus melayani pelanggan. Tiga jam lagi Goldie’s Bookshop akan tutup, itu berarti Hayley masih harus menyisakan tenaganya untuk waktu yang tersisa.

Ia baru akan kembali berdiri ketika seorang pelanggan menghampiri meja kasir dengan buku “The Danish Way of Parenting” di genggamannya.

Pelanggan itu menaruh bukunya di meja kasir bersamaan dengan Hayley yang bertanya, “Orang tua baru, huh?”

“Beberapa bulan lagi,” jawab pelanggan itu dengan suara beratnya.

Suara berat itu.

“Kau mendengar suara detak jantungku? Fokuskan dirimu pada suara itu.”

“Bernafaslah, kau tidak sendiri.”

Hayley mendongak. Menatap mata pelanggan itu untuk pertama kalinya.

Bola mata biru laut yang menenangkan.

Rambut hitam legam yang sedikit acak-acakan.

Dunia di sekitarnya serasa berhenti berputar dan semua orang berhenti bergerak. Telinganya seperti tertutup sesuatu yang keras sehingga ia tidak bisa mendengar apapun kecuali detak jantungnya sendiri. Nafasnya tercekat.

 “Will?” 

***

Ketika tatapannya bertemu dengan tatapan damai itu setelah sekian lama, rasanya semesta terlalu baik. Hayley bahkan sedikit curiga pada apa yang direncanakan semesta untuknya esok hari. Apakah ia akan hancur lagi? Atau semakin kuat dengan kemunculan Will di hidupnya?

Will.

Ya, itu Will-nya.

Bola mata Will yang indah terkunci pada bola mata hijau milik Hayley. Will sama sekali tidak mengeluarkan reaksi seperti Hayley, ia hanya memandang lurus ke arah Hayley dengan ekspresi yang tak terbaca. Rahangnya yang kokoh terlihat menegang selama beberapa detik sebelum akhirnya kembali rileks.

Ingin rasanya meloncati meja kasir dan memeluk tubuh tinggi tegap yang kokoh itu hanya untuk merasakan kenyamanan hangat seperti yang ia rasakan di bandara. Hayley mati-matian menahan pekikan bahagia, “Will! Aku mencarimu selama berminggu-minggu dan ternyata kau ada di sini!”

“Will—“

“Maaf, apakah aku mengenalmu?” tanya Will bersamaan dengan Hayley yang akan mengatakan sesuatu. Suaranya terdengar tenang, setenang aliran Sungai Eye.

Selama beberapa saat, Hayley seperti berhenti bernafas.

Hayley bersumpah demi kehancuran karir Logan bahwa selama beberapa detik tadi ia sempat melihat adanya tatapan familiar di mata Will yang langsung lenyap dalam sekejap.

Mendengar pertanyaan yang keluar dari bibir tipis Will membuat salah satu harapan Hayley pupus. Selama ini ia mengira bahwa Will mengetahui siapa dirinya atau paling tidak mengingat wajahnya. Tapi ternyata ... Will menatap Hayley layaknya orang asing yang tidak pernah rela berlari dan berdempetan di dalam kamar mandi terbengkalai demi menyelamatkannya.

 “Oh ...” Hanya itu yang bisa keluar dari mulut Hayley. Hatinya serasa mencelos, seseorang seperti menarik hati itu secara paksa.

“Pegawai baru Ronnie?” tanya Will lagi. Tatapannya menuntut penjelasan. Tidak ada hoodie hitam kali ini. Will mengenakan kemeja warna abu gelap dengan dua kancing atas yang terbuka dan celana jeans hitam yang dipadukan dengan boots warna senada.

“A-aku, ehm, Aku Hayley. Ya, pegawai baru Ronnie.” Getaran dalam suaranya tak bisa terhindarkan.

“Kau pasti tahu namaku dari Ronnie,” kata Will yang lebih terdengar seperti meyakinkan dirinya sendiri. “Bisa kau bungkus bukuku? Aku agak sedikit buru-buru,” lanjut Will karena sejak tadi Hayley hanya diam membeku.

Hayley tersentak dari lamunannya mengamati wajah Will. Ia buru-buru mengambil paper bag dengan tangan yang basah oleh keringat. “Maaf, ini,” ucap Hayley seraya menerima kartu debit yang disodorkan Will dan melakukan proses pembayaran dengan mata yang sesekali menatap ke arah wajah tampan itu untuk memastikan apakah pria di depannya nyata atau tidak.

Nyata. Pria pemilik novel inisial WM benar-benar ada di depannya. Hanya saja, ia tidak mengingat siapa Hayley yang membuat Hayley ingin mengobrak-ngabrik tumpukan buku di sekitarnya.

Will terasa sangat asing dan jauh—jauh dari ekspektasi Hayley. Mereka memang hanya baru bertemu satu kali, tetapi bagi Hayley ia seperti sudah mengenal Will sangat lama. Apalagi setiap malam novel milik pria itu selalu berada di samping bantal tidurnya. Tapi sepertinya hal tersebut bertolak belakang dengan apa yang dirasakan Will.

“Terima kasih, Hadley. Senang bertemu denganmu.” Will melempar senyum tipis sebelum akhirnya berjalan pergi ke arah pintu dan keluar dari toko buku dengan langkah lebar.

Hayley ingin mengatakan lebih. Ia ingin menahan Will untuk membantu pria itu mengingat siapa dirinya. Tapi, saat ini bukan waktu yang tepat.

“Hayley, namaku Hayley,” bisik Hayley yang hanya bisa didengar oleh tumpukan buku disekitarnya. Matanya tetap melekat pada punggung Will yang semakin menjauh. “Dan tidak, Will. Aku tidak mengetahui namamu dari Ronnie.”

***

“Will Jacob? Will Austen? Will Byers? Oh bukan, itu tokoh di Stranger Things. Will Harper? Will Volkov? Will de Ruiter? Will Herondale? Aku memiliki banyak pelanggan bernama Will, Hayley. Dan aku tidak punya waktu untuk mencatat nama Will satu-persatu di rekap jurnalku.” Ronnie sibuk mengangkat kardus berisi buku-buku kiriman baru dari penerbit ketika Hayley tak henti-hentinya membuntuti dirinya dari belakang sejak tadi.

Goldie’s Bookshop sudah tutup sekitar dua jam yang lalu. Dan selama itulah Hayley sibuk mencerca Ronnie dengan pertanyaan tentang seseorang bernama Will yang pernah ke toko buku ini.

“Will M. Inisialnya M. Ayolah, Ronnie. Kau pasti mengenalnya. Dia tahu siapa dirimu,” paksa Hayley yang hampir putus asa.

“Semua orang di The Cotswolds tahu siapa aku. Maaf, tidak ada unsur kesombongan.” Ronnie kini fokus memilah buku sesuai genre. Kacamata tebalnya sudah merosot ke ujung hidung, tapi ia tidak merasa terganggu sama sekali.

“Bola mata biru, tubuh tinggi tegap, tampan, dan—“

“Hayley,” potong Ronnie. “Sudah larut, kau harus pulang. Si Tua Matthew akan membakar toko bukuku jika sesuatu terjadi padamu karena ulahku. Lagipula besok kan kau harus kesini lagi.”

Hayley menghela nafas pelan. Tubuhnya memang lelah, tapi batinnya yang penasaran mengalahkan semuanya. Karena tidak mau berdebat dengan bos di hari pertamanya bekerja, Hayley mengalah, ia mengambil tasnya di kursi kasir dan berpamitan pada Ronnie.

“Hayley,” panggil Ronnie ketika tangan Hayley sudah berada di gagang pintu.

 Hayley menoleh dengan lemas. “Ya?”

“Morrison. Will M untuk William Morrison. Selamat malam.” Ronnie berjalan ke arah gudang tanpa menoleh lagi ke arah Hayley sekalipun.

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Aku Istri Rahasia Suamiku
13227      2545     1     
Romance
Syifa seorang gadis yang ceria dan baik hati, kini harus kehilangan masa mudanya karena kesalahan yang dia lakukan bersama Rudi. Hanya karena perasaan cinta dia rela melakukan hubungan terlarang dengan Rudi, yang membuat dirinya hamil di luar nikah. Hanya karena ingin menutupi kehamilannya, Syifa mulai menutup diri dari keluarga dan lingkungannya. Setiap wanita yang telah menikah pasti akan ...
Heliofili
2731      1195     2     
Romance
Hidup yang sedang kami jalani ini hanyalah kumpulan berkas yang pernah kami tandatangani di kehidupan sebelumnya— dari Sastra Purnama
Hujan Paling Jujur di Matamu
9008      2059     1     
Romance
Rumah tangga Yudis dan Ratri diguncang prahara. Ternyata Ratri sudah hamil tiga bulan lebih. Padahal usia pernikahan mereka baru satu bulan. Yudis tak mampu berbuat apa-apa, dia takut jika ibunya tahu, penyakit jantungnya kambuh dan akan menjadi masalah. Meski pernikahan itu sebuah perjodohan, Ratri berusaha menjalankan tugasnya sebagai istri dengan baik dan tulus mencintai Yudis. Namun, Yudis...
Demi Keadilan:Azveera's quest
1106      593     5     
Mystery
Kisah Vee dan Rav membawa kita ke dalam dunia yang gelap dan penuh misteri. Di SMA Garuda, mereka berdua menemukan cinta dan kebenaran yang tak terduga. Namun, di balik senyum dan kebahagiaan, bahaya mengintai, dan rahasia-rasasia tersembunyi menanti untuk terungkap. Bersama-sama, mereka harus menghadapi badai yang mengancam dan memasuki labirin yang berbahaya. Akankah Vee menemukan jawaban yang ...
Cinta Semi
2496      1026     2     
Romance
Ketika sahabat baik Deon menyarankannya berpacaran, Deon menolak mentah-mentah. Ada hal yang lebih penting daripada pacaran. Karena itulah dia belajar terus-menerus tanpa kenal lelah mengejar impiannya untuk menjadi seorang dokter. Sebuah ambisi yang tidak banyak orang tahu. Namun takdir berkata lain. Seorang gadis yang selalu tidur di perpustakaan menarik perhatiannya. Gadis misterius serta peny...
Are We Friends?
4188      1259     0     
Inspirational
Dinda hidup dengan tenang tanpa gangguan. Dia berjalan mengikuti ke mana pun arus menyeretnya. Tidak! Lebih tepatnya, dia mengikuti ke mana pun Ryo, sahabat karibnya, membawanya. Namun, ketenangan itu terusik ketika Levi, seseorang yang tidak dia kenal sama sekali hadir dan berkata akan membuat Dinda mengingat Levi sampai ke titik paling kecil. Bukan hanya Levi membuat Dinda bingung, cowok it...
Aku Biru dan Kamu Abu
826      482     2     
Romance
Pertemuanku dengan Abu seperti takdir. Kehadiran lelaki bersifat hangat itu benar-benar memberikan pengaruh yang besar dalam hidupku. Dia adalah teman curhat yang baik. Dia juga suka sekali membuat pipiku bersemu merah. Namun, kenapa aku tidak boleh mencintainya? Bukannya Abu juga mencintai Biru?
Let's See!!
2320      985     1     
Romance
"Kalau sepuluh tahun kedepan kita masih jomblo, kita nikah aja!" kata Oji. "Hah?" Ara menatap sahabat kentalnya itu sedikit kaget. Cowok yang baru putus cinta ini kenapa sih? "Nikah? lo sama gue?" tanya Ara kemudian. Oji mengangguk mantap. "Yap. Lo sama gue menikah."
Asoy Geboy
6145      1703     2     
Inspirational
Namanya Geboy, motonya Asoy, tapi hidupnya? Mlehoy! Nggak lengkap rasanya kalau Boy belum dibandingkan dengan Randu, sepupu sekaligus musuh bebuyutannya dari kecil. Setiap hari, ada saja kelebihan cowok itu yang dibicarakan papanya di meja makan. Satu-satunya hal yang bisa Boy banggakan adalah kedudukannya sebagai Ketua Geng Senter. Tapi, siapa sangka? Lomba Kompetensi Siswa yang menjadi p...
The Legend of the Primrose Maiden
1026      548     1     
Fantasy
Cinta dan kasih sayang, dua hal yang diinginkan makhluk hidup. Takdir memiliki jalannya masing-masing sehingga semua orang belum tentu bisa merasakannya. Ailenn Graciousxard, salah satu gadis yang tidak beruntung. Ia memiliki ambisi untuk bisa mendapatkan perhatian keluarganya, tetapi selalu gagal dan berakhir menyedihkan. Semua orang mengatakan ia tidak pantas menjadi Putri dari Duke Gra...