Tiba-tiba saja ponselnya berdering yang membuatnya pun mengurungkan niatnya untuk melakukan hal tersebut.
"Guys, urus nih anak. Jangan sampai dia kabur, gue mau angkat telepon dulu." Ucap pria yang berkata kepada dua temannya tersebut.
"Siap." Ucap kedua sisi itu dengan serentak dan langsung mendekati Aqila di samping kanan kirinya.
"Ngapain kalian berdua ngapit gue?" Tanya Aqila dengan nada ketus.
"Biar lu nggak kabur lagi, lo sama sepupu Lo aja bisa kabur, makanya kita buat pertahanan benteng supaya lo gak kabur." Sahut Alya.
'Sial.' batin Aqila yang memperhatikan Alin dan juga Alya yang berada di posisi kanan kirinya Seraya terus menatap dirinya dengan tatapan yang tajam.
Sementara itu saya langsung mengangkat panggilan telepon tersebut.
"Hallo ..."
"..."
"Ouh, iya. Jadi mobil saya udah selesai ya pak. Hari ini bisa diambil?"
"...."
"Ow ... Iya. Saya tadi udah bilang sama Papah saya untuk bayar seperti biasa."
" ... "
"Iya Pak. Yaudah kalau gitu nanti saya ambil mobilnya tapi nggak langsung sekarang ya pak soalnya sekarang saya masih di sekolah, nanti saya pulang dulu untuk bilang sama mama saya untuk nganterin ke bengkel bapak untuk ambil mobilnya."
"...."
"Oke Pak. siap Terima kasih banyak ya Pak Sekali lagi maaf udah ngerepotin soalnya memang dadakan Pak mobilnya tiba-tiba mogok."
"... "
"Iya. pak. Oke Pak Sekali lagi terima kasih ya."
Selesai menjawab panggilan telepon tersebut, Freya langsung masukkan kembali ponsel ke dalam tasnya.
"Manja. kayak gitu aja dibayarin sama bokap lo. Katanya, Lo punya duit sendiri dari endorse. Kenapa untuk benerin mobil masih minta duit dari bokap lo." Ucap Aqila yang menyindir, dan jelas di dengar oleh Freya dan juga kedua temannya.
"Wah .. nih anak memang sukanya nyalain sumbu kompor." Ucap Alya.
"Nah. apa langsung gua gulung sekarang aja, mumpung di sekolah udah agak sepian." Sahut Alin.
"Nggak usah. Lepasin aja dia." Ucap Freya.
"Hah?!"
Jelas perkataan yang baru saja dilontarkan oleh Freya benar-benar membuat kedua temannya pun melongo, mereka saling melihat satu sama lain dan menganga atas ucapan tersebut.
"Heh Freya, tadi Lo bilang suruh jagain, sekarang lu malah suruh lepasin. Gimana sih kita jadi Bingung." Sahut Alin yang sedikit emosi.
"Biarin aja dia bebas dulu, besok-besok dia nggak akan bisa bebas lagi kalau berani macam-macam sama gue." Ujarnya dengan tatapan yang menjurus ke arah bola mata Aqila.
Alin pun hanya bisa menghela nafasnya lalu berbicara kepada Alya dengan menganggukkan kepalanya yang disambut dengan anggukan kepala juga oleh gadis dengan rambut sepinggang itu.
"Ok deh. Lepasin aja tuh anak." Ucap Alya.
"Udah sana Lo pergi. Tapi gue peringatin sekali lagi. Lo berani ngomong yang macem-macem tentang Freya. Lo nggak cuma gue jadiin kue dadar gulung aja, tapi gua jadiin risol, gua jadiin semua kue yang harus digulung-gulung. Ngerti Lo!?" Bentak Alin tepat di depan wajah Aqila.
Hal itu membuat Aqilah pun langsung memalingkan wajahnya sejenak dan mengerjapkan kedua matanya beberapa kali. "Dasar. Tong kosong nyaring bunyinya. Sama seperti kalian, yang otaknya kosong jadi suaranya aja yang nyaring."
Setelah mengatakan kalimat itu, gadis berkacamata itu pun langsung melanjutkan langkah kakinya pergi dari tempat itu dan sontak membuat mereka bertiga yang mendengarnya langsung membelalakkan kedua bola matanya.
"T*i banget sih tuh anak. Berani banget dia ngatain kita tong kosong nyaring bunyinya." Ucap Alin.
"Udahlah, nggak usah dibahas itu bakalan jadi urusan gue nanti, kalau dia berani macam-macam sama gue lagi, bakal habis dia. Sekarang mendingan kita cabut aja." Ucap Freya yang langsung dianggukan oleh kedua temannya.
"Eh, tapi. Taksi online lu udah datang apa belum, lu udah pesan kan?" Tanya Alya.
Freya mengangguk. "Iya. Ini bentar lagi sampai kok."
"Serius? Lo nggak papa kita tinggal sendirian? Atau kalau perlu kita panggilin Danesh untuk nemenin Lo kayaknya tuh anak belum pulang soalnya moge nya masih ada tuh." Ledek Alin Seraya melirik ke arah motor milik Danesh yang masih berada di parkiran tersebut.
Jelad6 saja Freya langsung memunculkan wajah juteknya dan kesal dengan perkataan yang dilontarkan oleh temanmu tersebut.
"Apaan sih. Lo dari tadi ngeledekin gue sama Danesh mulu, kalau lu mau ambil aja tuh. Gue udah jadiin dia mantan dan mantan itu seharusnya dibuang pada tempatnya."
"Tapikan, kalau mantan terindah ah nggak mungkin dong dibuang, yang ada tersimpan di dalam hati." Ucap Alya yang ikut meledek Freya.
"Nah, Lo juga. kenapa malah jadi ikut-ikutan Alin. Jadi ngeledekin gue." Sahut Freya yang kesal.
Alya terkekeh kecil melihat ekspresi Freya yang benar-benar lucu ketika dirinya di ledek pasal Danesh.
"Iya-iya sorry. Yaudah ya. Kalau gitu gue sama Alin duluan." Pamitnya.
"Iya. Kalian hati-hati ya." Ucapnya.
"Okeh. Bye Freya ...." Pamit Alya Seraya melambaikan tangannya yang dibalas lambaian tangan juga oleh Freya.
Setelah itu Alin pun langsung menghentikan motornya di dekat Alya begitupun juga Alya langsung naik ke atas motor Alin dan Alin pun meng klakson motornya lalu langsung dianggukan oleh Freya.
Kedua temannya itu pun bergegas pergi dari sekolah tersebut menggunakan sepeda motor Alin secara berboncengan. Sedangkan, Freya yang masih berada di tempat itu ia pun menghela nafasnya sejenak lalu melihat ke arah ponselnya kembali.
"Nah, bentar lagi udah nyampe nih, mendingan gue langsung ke depan gerbang aja biar nunggunya nggak terlalu lama." Monolognya.
Gadis cantik dengan rambut bergelombang itu pun langsung melanjutkan langkahnya menuju gerbang sekolah.
Tiba-tiba, dan entah dari mana motor sport berwarna hitam metalik hampir nyerempet dirinya. Sontak saja hal itu membuat Freya pun langsung terkejut hingga ponsel yang ia pegang pun terjatuh.
Brak!
Jantungnya berdegup tak beraturan, pandangan matanya pun langsung tertuju ke arah motor sport berwarna hitam tersebut.
Sang pengendara motor langsung turun dari motor tersebut dan melepaskan helm yang dikenakannya dan bergerak menuju ke arah Freya seraya mengambil ponselnya.
"Sorry, gue tadi nggak sengaja, ini HP lo. Barusan gue cek masih hidup kok." Ucap lelaki tersebut saya memberikan ponselnya ke arah Freya.
Jantungnya masih berdegup kencang akibat kejadian tadi, ia hanya bisa terdiam Seraya memandangi lelaki itu yang masih menggunakan masker di wajahnya,
Perlahan, Freya mengambil ponsel tersebut dan mengecek bahwa memang tidak terjadi apa-apa pada layar ponselnya.
"Sekali lagi gue minta maaf ya. Gue bener-bener nggak sengaja tadi." Ucapnya lagi.
Freya yang masih merasa syok, ia mencoba untuk mengatur nafasnya dan mengerjapkan kedua matanya lalu mencoba untuk berbicara kepada laki-laki itu dengan nada yang tegas.
"Lo punya mata kan? Kaki lu juga punya mata kaki kan dan motornya juga punya mata kan. Bahkan lu bisa lihat sendiri kalau jalanan lapangan Ini tuh luas, bahkan gerbang ini masih terbuka lebar. Tapi kenapa lo hampir nyerempet gue tadi. Hah?!"
"Sorry. Kan gue udah minta maaf kalau gue nggak sengaja. Gue udah buka hp Lo juga nggak rusak. Kalau terjadi sesuatu gue bakal tanggung jawab." Ucap lelaki itu.
Freya, terdiam Ia memperhatikan tatap mata Lelaki itu dan juga postur tubuhnya sepertinya ia mengenalinya. "Siapa sih Lo?" Tanyanya.
Secara perlahan lelaki itu pun langsung melepaskan masker yang dikenakannya lalu ia menyugarkan rambutnya dan langsung menatap ke arah Freya.
Gadis berambut gelombang itu pun langsung terdiam, ketika melihat bahwa ternyata yang secara tak sengaja hampir menabrak dirinya tadi adalah Felix, sepupu dari Aqila.
Ia langsung mengolah nafasnya dengan gusar. "Lo ternyata. Nggak lo nggak sepupu Lo ternyata sama aja ya. Sama-sama buat gue kesel." Ketus Freya dan langsung melanjutkan langkah kakinya menuju ke arah pintu luar gerbang sekolah.
Sedangkan Felix hanya bisa menghela nafasnya Seraya memerhatikan Gadis itu sudah berjalan menjauh darinya. Ia menggelengkan kapalanya lalu memakai maskernya kembali dan segera naik ke atas motornya lalu memakai helm full face miliknya.
Sementara itu Freya yang sedang menunggu taksi online-nya tepat di halte bis yang tak jauh dari luar sekolahnya.
Ia pun duduk sambil memperhatikan jalan di sekitarnya sambil melihat ke arah layar ponselnya beberapa kali.
"Disini katanya bentar lagi, tapi kok masih lama sih dari tadi gue tungguin nggak dateng-dateng." Gumamnya.
Tiba-tiba saja sebuah motor sport berwarna merah berhenti tepat di hadapannya, dan sontak saja Ia pun langsung memalingkan pandangannya dari arah motor tersebut, karena ia sudah tahu bahwa motor itu adalah milik mantan kekasihnya yaitu Danesh.
"Ngapain dia berhentiin motornya di depan gue. Apa jangan-jangan dia mau deketin gue?" Gumamnya.
Dengan cepat, ia pun langsung membenarkan posisi duduknya ketika tahu bahwa Danesh sudah turun dari motor tersebut. Seraya melepas helmnya dan juga masker yang dikenakannya.
Lelaki itu pun berjalan menuju ke arah dirinya. Hingga membuat Freya pun membantin. 'Tuh kan bener. Dia deketin gue. Kenapa sih?'
Semakin Danesh mendekati dirinya, Freya pun semakin gelisah. Maka dengan cepat sebelum Danesh sampai tepat di hadapannya, maka gadis berambut gelombang itu pun langsung saja bangkit dari posisinya dan berdiri tepat di depannya.
"Lo ngapain sih berhentiin motor lu di depan gue, dan tahu-tahu nyamperin Gue?" Tanya Freya langsung sebelum Danesh menghentikan langkahnya dan jelas saja hal itu membuat lelaki tampan tersebut berkerut alis.
"Hah? Gue nyamperin lo? Nggak. Gue nyamperin Siska." Ujarnya.
Deg.
Jelas perkataan tersebut membuat Freya malu, dengan cepat Ia pun melirik ke arah wanita di sebelahnya yang tak lain adalah Siska, sang sekretaris OSIS di SMA Cakrawala.
Gadis itu pun langsung tersenyum, sedangkan Freya pun hanya bisa membalasnya dengan senyuman tipis sebelah namun dengan cepat ia langsung mengalihkan wajahnya.
'Aduh ... Malu banget gue. Mana tadi ngomongnya kenceng banget lagi dan didengar sama orang yang ada di halte ini. Duh ... mau taruh di mana muka gue nanti, yang ada Danesh itu ngerasa kegeeran kalau gue ngomongin dia.' batinnya.
"Ayo sis. Balik. sekalian kita ngomongin soal perlombaan tadi yang akan dibahas juga sama bendahara." Ajak Danesh.
"Okeh. Em, Freya gue duluan ya." Pamit sisca yang berbicara kepada Freya yang langsung ditanggapi oleh senyuman tipis dan juga anggukan kecil oleh gadis berambut gelombang tersebut.
Sontak saja mereka berdua pun langsung menuju ke arah motor Danesh. Siska pun naik ke atas motor tersebut dan sempat tersenyum kembali ke arah Freya yang masih berdiri tepat di halte itu yang langsung dibalas anggukan kecil oleh Freya.
Jelas aja Freya pun memandangi mereka yang telah berjalan menjauh darinya.
'Kenapa hati gue kayak gini ya ngeliat Danesh sama cewek lain? Ah, nggak bener nih, dia kan udah jadi mantan gue harusnya sah-sah aja kalau Danesh sama yang lain.' batinnya.
Seru di chapter ini
Comment on chapter Kesombongan Aqila