Tin ... Tin ...
Sebuah mobil taksi tmenghentikan kendaraannya tepat di depan gadis dengan rambut bergelombang itu, sontak saja pandangannya pun langsung tertuju ke arah mobil taksi tersebut.
Ia pun segera bangkit dari posisinya dan telah master itu sopir taksi tersebut membuka kaca dari mobil itu.
"Maaf, Mba Freya ya?"
Freya pun menganggukan kepalanya. "Iya, Pak."
"Mari Mba." Ucapnya yang langsung dianggukan oleh Freya.
Freya pun langsung berjalan menuju ke arah mobil taksi tersebut dan masuk di dalamnya.
Tak lama setelahnya, supir taksi itu pun menyalakan mobilnya dan mereka segera pergi dari halte tersebut menuju ke arah rumah Freya.
*****
Freya baru saja tiba di rumahnya. Ia segera turun dari mobil taksi itu dan masuk ke dalam rumahnya. Langkah kakinya tiba-tiba terhenti ketika ia melihat bahwa sebuah mobil terparkir di halaman rumahnya. Jelas saja senyumannya pun langsung sumringah.
Ia pun langsung berlari menuju ke arah pintu rumahnya.
"Mah ... Mamah ... Mah ..." Teriaknya sambil berlari.
Sang Mamah pun langsung keluar dari rumahnya dan menyambut kedatangan anaknya tersebut tepat di depan pintu rumah dan Freya langsung memeluk mamahnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dengan senyuman sumringah di wajah cantiknya.
Perlahan,Ia pun melepaskan pelukan tersebut Lalu menatap ke arah wajah anaknya sambil mengusap untuk pipinya.
"Kenapa? kok tiba-tiba pulang sekolah senyum-senyum gitu. Ada apa sih? Ada sesuatu yang buat kamu bahagia?"
Freya menganggukan kepalanya dengan pasti. "Iya Mah ... Ada satu hal yang buat Freya benar-benar bahagia banget hari ini."
"Masa sih? Apa itu? Mamah jadi kepo. Apa sih yang buat anak mama yang paling cantik ini sebenernya jadi sumringah?" Tanya sang Mamah yang makin penasaran.
Freya masih memancarkan senyuman manisnya, Ia pun dengan segera mengambil ponselnya yang berada di dalam tas ranselnya lalu segera memperlihatkan sebuah pesan yang dikirimkan oleh seseorang kepada dirinya tepat dihadapan mamahnya.
"Biar Mama nggak penasaran mendingan mama harus baca langsung isi pesan ini." Ujarnya.
Sang Mamah pun langsung menerima ponsel anaknya itu dan pandangannya tertuju ke arah layar ponsel tersebut Lalu segera membaca isi dari pesan itu.
||Mahaputri Skincare
("Selamat Freya, kamu di terima sebagai Brand ambassador kecantikan Mahaputri skincare. Malam ini bisa kita bicarakan pasal kerjasama tersebut, jika bersedia. Silakan kamu bertemu di Cafetaria Lexy pukul 8 malam. Terimakasih.")
Membaca isi pesan tersebut membuat mamahnya pun juga ikut tersenyum manis.
" Jadi kamu diterima di mahaputri skincare?" Tanyanya yang langsung dianggukan oleh sang anak.
"Iya mah. Jadi, nanti malam Mama temenin aku ya Mah untuk ngomongin kerjasama dan ambassador itu."
"Iya ... Nanti Mamah akan temanin kamu. Tapi, tetap harus ijin sama Papah dulu ya." Ucapnya.
Ketika mamanya mengucapkan kalimat itu seketika senyum dari Freya pun langsung sedikit memudar.
Ia pun mengerucutkan bibirnya lalu Seraya bersedekap dada.
"Kenapa, kok tiba-tiba jadi cemberut gitu?"
"Ya ... kalau izin sama Papa pasti nggak dibolehin karena kan dari Awal Papah nggak pernah ijinin Freya untuk ikut modeling." Jawabnya.
Sang Mama Menghela napasnya sejenak, tetapi ia tetap memberikan senyuman manis di wajah cantiknya saya memandangi anaknya tersebut.
"Freya sayang. nggak papa nanti pas Papa udah pulang kerja Biar Mama yang bilang secara baik-baik sama papa kamu, siapa tahu aja kalau Mama yang bilang nanti bakalan diizinin."
"Tapi Mah ... papa kan udah pernah bilang sama freya untuk tetap fokus sekolah. Padahal kan freya mau juga tetap fokus sama sekolah. Tapi Papah selalu aja ngelarang Freya." Ucapnya sambil murung.
"Iya ... Sayang. Udah kamu nggak usah mikirin ya. Nanti mama yang akan bilang sama papa secara baik-baik siapa tahu aja bapak bisa luluh kalau mamah yang bilang. Yaudah, sekarang kamu masuk ke dalam kamar bersih-bersih terus makan siang ya." Ucap sang Mamah.
Freya menganggukan kepalanya. "Iya deh Mah."
"Senyum dong. Nanti anak mama cantiknya hilang kalau nggak senyum." Ucapnya yang menghibur anak semata wayangnya itu.
Sontak saja senyuman manis pun langsung terlihat jelas di wajah cantik Korea lalu mereka pun segera masuk ke dalam rumah.
*****
Pukul 18.30. Gadis cantik berkacamata yang menggunakan piyama bermotif bunga mawar itu tengah duduk di kursi meja belajarnya.
Pandangan matanya tertuju ke arah buku-buku yang berada di hadapannya lalu ia pun mengambil secarik kertas dan juga pena untuk menulis tentang apa yang baru saja ia pelajari dari beberapa buku tersebut.
"Huft ... Besok ulangan harian yang pertama. Semoga aja, ini adalah menjadi awal di mana nilai gue harus tinggi dan seterusnya sampai ujian akhir semester, supaya gue bisa kembali lagi ke kelas unggulan." Menolognya Seraya bertatap dengan niat yang tinggi.
Ting.
Sebuah notifikasi pesan tiba-tiba muncul gadis berkacamata itu pun langsung ke arah ponsel berwarna merah yang berada di atas meja dekat dengan dirinya.
Ia pun langsung mengambil ponsel tersebut dan melihat bahwa yang mengirimkan pesan kepadanya adalah Mika temannya.
||Mika
("Aqila, gue ada berita baru nih soal Freya.")
Ketika ia membaca isi pesan tersebut membuat Aqila pun langsung mengurutkan dahinya.
"Apaan sih Mika. Ngechat gue ngomongin soal foto Freya, ngapain coba dia ngomongin Freya itu kan nggak penting banget kan." Gumamnya.
Tak mau membahas tentang anak itu membuat Aqila pun langsung mematikan ponselnya dan sama sekali tak membalas pesan dari temannya tersebut, Lalu ia segera melemparkan ponselnya itu ke atas kasur dan pandangannya pun tertuju kembali ke arah buku-buku yang berserakan diminta di depan meja tersebut.
"Pokoknya, gue harus fokus belajar. Nilai gue harus menjadi nilai yang paling tertinggi di kelas itu supaya gue bisa kembali lagi ke kelas unggulan. Dan juga harus membuktikan sama si Freya kalau gue itu tetap layak, dan otak gue nggak akan menurunkan kapasitasnya otak gue itu masih akan tetap menjadi kelas unggulan." Ucapnya dengan tekad yang kuat.
Setelah itu, Ia pun mencoba untuk mengatur nafas di beberapa kali lalu membuka banyaknya buku yang berada di hadapannya tersebut.
"Okeh. Fighting Aqila!" Teriaknya yang menyemangati dirinya sendiri.
Sontak saja, Aqila langsung membaca buku-buku tersebut seraya mencoba untuk menghafalkannya Lalu setelah itu ia tulis lagi dikertas itu atas apa yang baru saja ia pelajari di buku tersebut, Ia melakukan itu beberapa kali.
*****
Di rumah bernuansa warna hitam putih. Freya dan juga sang Mamah tengah duduk di ruang tamu Seraya menunggu papanya yang masih berada di ruang kerjanya.
Mereka sedang siap-siap dengan pakaian rapi untuk menuju ke arah tempat di mana mereka akan bertemu untuk membicarakan soal brand ambassador mahaputri skincare tersebut.
wajah dari gadis dengan rambut panjang bergelombang itu tak menentu. Ia gelisah pikirannya pun tak karuan, mencoba untuk tetap tenang namun tidak bisa karena ia yakin pasti papanya akan melarang keras dirinya untuk menuju cafe tersebut membicarakan soal dan ambassador itu.
'Duh ... Papah ngijinin gue nggak ya.' batiknya yang benar-benar gelisah.
Sang Mama pun memerhatikan wajah anaknya. Ia tahu bahwa anaknya tersebut sepertinya benar-benar tidak nyaman dan bingung ia takut kalau papanya tidak mengijinkannya.
"Freya." Panggilnya.
"Iya Mah." Jawab Freya Seraya menoleh ke arah mamahnya.
"Kamu takut ya, kalau Papa nggak mengijinkan kamu?" Tanyanya yang langsung dianjurkan oleh Freya.
"Udah, nggak papa. Biar nanti mama yang akan bujuk papa semoga aja Papa kamu mengizinkannya."
"Tapi Mah, kalau Papa nggak ngeijinin gimana? Kan, sayang banget mah kalau kerjasama itu ditolak. Menjadi model kan salah satu impian dari Freya dulu mah masa iya tiba-tiba Freya udah mendapatkannya, ditolak gitu aja."
"Iya. Mama tahu sayang udah pokoknya kamu nggak usah mikirin apa-apa karena nanti mama yang akan bicara sama papanya."
Freya mengangguk kecil lalu pandangannya pun tertuju ke arah jam dinding yang berada di ruangan tersebut yang kini telah menunjukkan pukul 18.40.
"Mah, tapi ini udah jam segini kok Papa belum turun juga kata Mama tadi papa sebentar lagi ke ruang depan."
Pandangan sang mamah melihat kearah jam dinding yang berada di ruangan itu.
"Iya juga ya Ya udah kalau begitu biar mama yang nyusul papa kamu ke ruang kerjanya ya Kamu tunggu di sini aja." Ucap sang Mama yang langsung dianggukan oleh Freya.
Tak lama setelah itu mamanya pun langsung bangkit dari posisinya dan berjalan menuju ke ruang kerja papanya, sedangkan Freya masih menunggu di sofa ruang depan tersebut.
Ting.
Sebuah notifikasi pesan muncul di ponselnya, sontak saja gadis dengan baju berwarna merah muda dan celana berwarna senada itu langsung tertuju ke arah ponselnya yang berada di atas meja.
Ia pun melihat bahwa pesan tersebut adalah dari kedua temannya yang dikirimkan melalui grup mereka bertiga.
||Grup kece
Alin. ("Guys, kalian udah belajar belum besok kan ulangan hariannya Bu Tuti.")
Alya. ("Anah, iya juga ya. Aduh sumpah gue lupa bener mana gue sekarang lagi di luar lagi, gue lagi pergi nih sama nyokap gue karena tante gue Karena dia habis lahiran.")
Alin. ("Waduh kalau gue juga lagi di luar, lagi di rumah nenek gue. Kalian tau kan kalau nenek gue lagi nasehatin gue bisa Tujuh hari tujuh malam. Nggak sempet gue belajar. Gimana kalau kita nyuruh pria aja untuk belajar.")
Freya. ("nggak bisa gue juga nggak bisa belajar ini gua udah siap-siap mau keluar.")
Alin. ("Diluar? Memangnya lo keluar kemana sih?")
Freya. ("Aduh ... Pokoknya. ini adalah sesuatu hal yang paling penting menurut sejarah dalam hidup gue kalau gue nggak pergi cita-cita gue bakalan hancur.")
Alya. ("Ya Memangnya lo pergi ke mana sih? tinggal jelasin ke kita atas Apa susahnya.")
Freya mengirimkan gambar. Gadis dengan rambut bergelombang panjang itu mengirimkan isi pesan screen shot dari sang pemilik dari maharatus skin care tersebut.
Sontak saja kedua temannya yang membaca isi pesan yang dikirimkan oleh pria langsung memberikan emoticon bahagia.
Alya. ("Sumpah ini sih keren abis. Akhirnya, Lo bisa juga gapai cita-cita Lo. Congrast Frey!"
Alin.("kece badai! akhirnya cita-cita lu menjadi terwujud juga semoga ini adalah awal di mana menuju kesuksesan lo dimulai dari grand ambassador ini."
Freya. (" Aaa thanks ya. Kalian berdua Memang sahabat yang terbaik buat selalu mendukung apapun keputusan gue dan mendukung untuk mengajak diri Mengapa cita-cita gue.")
Alin. ("Eh tapi by the way. Gimana nih soal ulangan harian besok? Setelah ulangan harian seminggu kemudian kita kan langsung UTS. Kalau gitu nggak ada yang bikin contekan dong diantara kita bertiga kalau lagi di luar semua.")
Alya. ("Yaudahlah, kalau gitu kita nyontek sama yang lain aja kan beres pas ulangan nanti.")
Tiba-tiba saja ketika Freya ingin membalas pesan yang dikirimkan oleh kedua temannya itu di grup.
Sang papa dan juga mamanya berjalan menuju ke arahnya, lalu langsung duduk tepat di sofa tersebut. Sontak saja Freya pun langsung mengalihkan ponselnya tersebut dan menaruhnya di dalam tas selempang kecil miliknya.
"Pah ..." Sapa Freya Seraya tersenyum manis yang langsung dianggukan oleh papanya dan duduk di sofa tersebut bersamaan dengan mamanya yang duduk di sampingnya.
"Papa nggak perlu basa-basi lagi karena mama kamu sudah bilang di ruang kerja papah tadi. Jadi papa langsung memutuskan kalau kamu ...."
Seru di chapter ini
Comment on chapter Kesombongan Aqila