"Iya Lo bener. Aduh ... Bisa diomelin panjang lebarnya kita." Ucap Alya.
"Yaudahlah yuk, kita masuk ke kelas mau gimana lagi, masa iya kita bolos nggak masuk pelajaran dia. Makin ketahuan kita kalau bolos apalagi tas kita udah ada di dalam kelas." Ujar Freya, yang membuat kedua temannya pun hanya bisa mengangguk pasrah mengikuti saran dari Freya.
Dengan langkah kaki yang perlahan ketika Gadis itu pun mencoba untuk masuk ke dalam kelas mereka dan didahului oleh Freya.
Tok ... Tok ... Tok ...
Freya mengetuk pintu kelas tersebut dan pandangan semua murid yang berada di kelas itu pun langsung tertuju ke arah pintu itu, bahkan Bu Tuti yang baru saja masuk dan meletakkan buku itu di atas meja Ia pun langsung mengarahkan pandangannya ke arah ketiga siswi tersebut.
Sedangkan Aqilah yang duduk paling depan yaitu dekat dengan meja guru. Ia pun tersenyum smrik Seraya memperhatikan ketiga siswi itu.
"Freya, Alin, Alya. Ngapain kalian malah di situ Ayo cepetan Masuk."
Mendengar Sang Guru yang mengatakan kalimat tersebut membuat Freya dan kedua temannya pun saling melihat satu sama lain.
Mereka bingung, kenapa mereka tidak dimarahi oleh guru tersebut.
'Kok aneh sih, Kenapa mereka bertiga disuruh masuk kenapa Nggak diomelin dulu sama Bu Tuti.' batin Aqila.
Bu Tuti memperhatikan ketiga siswi itu yang malah bengong, tetap berdiam diri di pintu kelas itu. "Kenapa kalian semua pada bengong Ayo buruan masuk cepat duduk di tempat duduk kalian." Titahnya.
"Em Maaf Bu, tapi kami bertiga telat masuk ke kelas Ibu." Ucap Alya yang dianggukan oleh alim dan juga freya.
Sang Guru pun menghela nafasnya sejenak Seraya terus memperhatikan mereka bertiga. "itu kalau kalian telat masuk. Tapi ini kan saya belum mulai kelasnya, tadi ada sedikit pembicaraan kecil di kantor maka dari itu ibu juga telat masuk ke kelas ini Ibu baru ada sampai dan kalian tetap Ibu perbolehkan masuk."
Jelas Apa yang diucapkan oleh Bu Tuti itu membuat senyum ketiga siswi itu pun merekah, dan akhirnya mereka pun langsung mengucapkan terima kasih secara bersamaan kepada guru tersebut Lalu segera berjalan menuju ke arah tempat duduk mereka.
Aqila yang melihat mereka bertiga masuk pun sedikit memberikan wajah yang sama sekali tak suka.
Dengan cepat Ia pun langsung mengangkat tangannya dan dilihat langsung oleh Bu Tutik yang berdiri tepat di depannya. "Iya, Aqila. Ada apa?"
"Maaf, Bu. Tapi kenapa Mereka tetap dibolehkan untuk masuk ya Bu, mereka kan sudah telat beberapa menit." Ucapnya.
Mendengar perkataan yang baru saja dilontarkan oleh Aqila membuat ketiga siswi itu yang baru saja duduk pun merasa kesal kepada gadis berkacamata itu.
"Itu Aqila Kenapa sih ngomong kayak gitu sama Bu Tuti nggak senang kita masuk ke kelas." Bisik Alin kepada kedua temannya.
"Nggak tau, tuh. kesel banget gue dengernya seolah-olah dia itu nggak suka kita masuk ke kelas. Bu tutinya aja tadi biasa aja kenapa dia yang sewot." Balas Alya yang juga berbisik pada mereka.
"Memang benar-benar ribet Tuh anak. Awas aja nanti pulang sekolah, gue gulung dia biar sampai jadi kue dadar gulung." Sahut Alin yang masih membelakan volume suaranya namun ia benar-benar kesal dengan gadis berkacamata itu.
"Udah-udah urusan itu nanti bisa kita urus sekarang terus fokus aja sama pelajaran yang Bu Tuti." Freya yang berbicara kepada dua temannya.
Bu Tuti pun menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh siswi berkacamata itu.
"Kan tadi sudah ibu jelaskan, kalau ibu saja baru masuk ke kelas ini karena ada sebuah pembicaraan di kantor guru Jadi mereka masuk masuk pun tidak masalah, karena ibu belum memulai pelajaran ini."
"Tapi kan sama aja Bu mereka bertiga itu telat, harusnya tetap dihukum karena nggak tepat waktu masuk ke dalam kelas." sahut Aqila yang sedikit menoleh ke arah Mereka bertiga yang duduk di pojok kanan belakang.
Ketika itu juga Alin pun langsung memberikan tatapan tajam ke arah Aqila, begitupun juga dengan freya yang sama sekali tak suka dengan apa yang diucapkan oleh Aqila. Namun, Aqila yang melihat ekspresi mereka. Ia hanya memberikan tatapan tajam dengan senyuman miring tepat disebut bibirnya lalu melihat kembali ke arah guru.
"Iya, Ibu paham Ibu memang tahu mereka telat karena Ibu lebih dulu datang Setelah itu mereka baru datang. Ibu saja telat sekitar 10 menit yang lalu maka mungkin mereka tidak lebih kurang dari 10 menit juga. Ibu tetap memperbolehkan mereka masuk tapi tetap ada hukumannya."
Mendengar apa yang dilontarkan oleh Bu Tuti membuat ketiga siswa itu pun langsung melebarkan kedua matanya.
"Apa? Jadi kita tetap dihukum Bu?" Tanya Freya yang syok akan langsung berdiri saya menghadap ke arah Bu Tuti.
Bu Tuti langsung terkejut ke arah Freya dan juga kedua temannya yang duduk tepat di elakangnya. "Iya. Karena kalian tidak disiplin untuk masuk ke dalam kelas, kan tadi kalian sudah mendengar bell masuk tapi kenapa kalian tidak segera masuk ke dalam kelas. Memangnya Kalian bertiga tadi pergi ke mana? Sampai-sampai bisa telat masuk ke dalam kelas di saat ibu sudah masuk tapi kalian malah masih berada di luar kelas."
"Ini semua gara-gara Aqila Bu. Dia udah numpahin minuman ke baju saya, jadinya saya minta tolong sama kedua teman saya untuk nemenin bersihin tumpahan minuman di seragam saya ke toilet." Jawab Freya Seraya melirik ke arah Aqilah dengan sinis.
"Nggak usah alasan, bersihin baju yang kena tumpah minuman sedikit itu nggak akan lama, nggak menyita waktu 10 menit sekitar 2 menit lagi cukup. Memang kalian aja kali yang layak kemana-mana." Sahut Aqila dengan nada jutek Dan juga ketus.
Sontak saja mendengar perkataan Aqila itu membuat mereka pun benar-benar kesal sehingga alien pun langsung menggenggam tangannya mengepal kuat.
"Emang bener-bener tuh anak nyari gara-gara mulu sama kita." Ucapnya yang dengan mempelankan volume suaranya.
Alya yang duduk tak jauh dari Alin, Ia pun langsung mengusap lembut bahu Alin dan mencoba untuk menenangkan temannya tersebut agar tidak terlalu emosi.
"Udah, lo nggak usah kepancing emosi sama dia, inget masih ada guru. Kalau lu gulung dia setelah sekarang juga, yang ada lo dilaporkan ke guru BK, mau lo hukumannya ditambah sama Bu Salma." Sahutnya.
Secara perlahan Alin pun mencoba untuk meredam emosinya walaupun masih ada rasa kesal yang sangat mendalam di dalam dadanya mengenai apa yang baru saja dikatakan oleh Aqila itu.
"Wah Lo udah salah nggak mau tanggung jawab lagi. Kalau lo nggak numpahin minuman itu ke baju gue, maka gue bakalan sampai di kelas dengan cepat sama seperti anak yang lainnya." Ujar Freya dengan nada tegas dan tinggi.
Penjelasan itu membuat gadis berkacamata itu membenarkan posisi kacamatanya sejenak lalu menoleh dengan posisi yang masih duduk ke arah Freya.
"Nggak sopan ada guru ngomongnya pakai nada tinggi, nggak pernah diajarin sopan santun ya." Ucapnya yang sedikit menyindir Freya.
"Ih ... Bener-bener Lo ya--"
"Sudah-sudah! kenapa malah kalian berdua yang ribut. Sudah, Freya Kamu duduk lagi ke tempat kamu dan akhirnya aqila menuju ke arah depan. Semuanya diam dan perhatikan Ibu ingin menjelaskan pelajaran hari ini. Tapi untuk Freya, Alin dan Alya kalian tetap akan dihukum ya, nanti akan Ibu beritahu kepada bu Salma karena kalian telat masuk ke kelas Ibu dan tidak tepat waktu."
"Tapi Bu ..."
"Freya, Kalau kamu masih mengeluh atas apa yang Ibu ucapkan maka hukuman kamu akan ditambah plus Tadi pagi kan kamu juga telat dan hukumannya belum selesai jadi nanti bisa berlipat-lipat hukuman kamu mau?!" tegas bu Tutik yang memotong pembicaraan Freya yang belum selesai.
Freya hanya pasrah. "Maaf, Bu." Ucapnya.
Akhirnya di kelas tersebut Bu Tuti pun mencoba untuk menerangkan pelajaran hari ini yang akan diajarkan dan seluruh murid pun memperhatikannya dengan teliti.
*****
Beberapa jam telah berlalu kini waktu telah menunjukkan pukul 13.30 yang merupakan waktunya untuk segera pulang bagi seluruh murid di SMA Cakrawala.
Freya dan kedua temannya beserta murid lainnya pun membereskan alat tulis mereka dan dimasukkan ke dalam tas lalu langsung keluar dari dalam kelas tersebut menuju ke arah pintu gerbang sekolah.
Alin baru saja bangkit dari posisinya Seraya memakai tas ranselnya di sebelah bahu.
"Guys, Jadi kita tetap ngelanjutin hukumannya nih?" Tanya Alin.
"Iyayalah. Kalau kita nggak ngelanjutin hukumannya yang ada besok hukumannya makin ditambah sama Bu Salma dan Bu Tuti, bahkan berlipat ganda." Sahut Alya.
Alin mendengus gusar. "Hah ... Kalau kaya gitu, gue ga jadi dong gulung tuh bocah." Sahutnya.
"Ya ... Tunggu hari lain aja." Jawab Alya.
Freya yang baru saja selesai memasukkan alat tulisnya ke dalam tas, segera memakai ranselnya Ia pun segera bangkit dari posisinya. "Udahlah kalau kita ngoceh terus, yang ada nanti kita malah makin lama untuk menyelesaikan hukumannya. Ayo kalian nemenin gue dulu untuk bersihin toilet lantai bawah."
Mereka bertiga pun langsung mengikuti langkah Freya yang sudah lebih dulu keluar dari dalam kelas dan hendak menuruni tangga untuk lantai bawah. Ketika mereka sudah sampai di lantai bawah, tiba-tiba saja ketika Freya ingin masuk ke dalam toilet terrsebut Alin pun mencegahnya.
"Eh tunggu dulu tunggu."
Mereka pun langsung menoleh ke arah Alin. "Ada apaan sih Lin? Kalau gue belum nyelesain hukumannya, beliau makin marah sama gue."
"Lo di hukum ini karena telat tadi pagi kan, bareng Aqila. Kok lo doang yang dihukum, Kenapa aqila enggak?" Tanya Alin.
"Nah iya juga ya. Bener kata Alin. Kenapa cuma Lo doang, kenapa Aqila nggak."
Freya terdiam sejenaknya pun memikirkan perkataan yang dilontarkan oleh kedua temannya tersebut. "Iya juga ya. Tapi ... udahlah nggak usah mikirin itu, mendingan kalian bantuin gua untuk menjalanin hukuman ini, nanti kalau ditunda-tunda gue malah makin kena marah sama Bu Salma."
Kedua temannya pun hanya bisa menghela nafasnya dengan gusar, atas apa yang baru saja dilontarkan oleh Freya Mereka pun akhirnya mulai masuk ke dalam toilet tersebut dan Freya mulai menaruh tasnya di luar dari toilet itu.
Gadis cantik dengan rambut bergelombang itu menghela nafasnya ketika ia melihat keseluruhan dari toilet tersebut.
"Aaa ... Jangankan suruh bersihin toilet, suruh nyapu aja gue nggak bisa, kalau disuruh make up itu gue nomor satu." Keluh nya.
Kedua temannya pun saling melirik satu sama lain dan menahan tawa, akan ucapannya tersebut.
Aqila pun berjalan mendekati Freya dan berdiri tepat di sampingnya. "Kan, gue bilang juga apa. Udah kita bilang aja sama Bu Salma, kenapa cuman Lo doang yang disuruh ngelanjutin hukumannya padahal jelas Aqila juga telatnya sama kaya lo lebih dari 30 menit." Ujarnya.
Freya menoleh ke arah Alya yang langsung diangguhkan juga oleh Alin. "Em ... Yaudah deh. Tapi kalau gitu yang ngadu sama Bu Sama siapa? Memangnya ada salah satu dari kalian yang berani ngadu sama beliau. apalagi Kalian juga kan kena hukuman gara-gara kita Tadi telat masuk waktu pelajarannya Bu Tuti, yang ada nanti kita hukumannya malah ditambah."
Alin langsung menghela nafasnya dengan gusar dan duduk tepat di dekat wastafel tersebut. "Huft, emang susah ya jadi kita nggak bisa deketin guru, beda sama Aqila yang selalu bisa caper sama guru, mentang-mentang otak dia lebih dari kita." Ucapnya.
"Yaudahlah, Ayo kita langsung bantuin Freya aja nggak usah protes tiba-tiba aja nanti Bu sama ke sini baru tahu rasa." Ucap Alya yang langsung mengambil lafal dan juga ember itu lalu diberikan kepada Alin.
*****
Sedangkan di ruang rapat OSIS, seluruh anggota OSIS yang berada di SMA Cakrawala tengah membicarakan pasal penyeleksian yang akan diadakan oleh SMA tersebut, untuk mengetahui siapa diantara murid yang berada di SMA itu untuk melakukan cerdas cermat dan dioper ke tingkat nasional beradu dengan SMA lainnya.
Danesh sang ketua OSIS yang tak lain adalah mantan kekasih dari Freya sedang mengarahkan kepada seluruh anggota OSIS lainnya atas apa yang telah dibicarakan dirinya dengan Pak Budi sang pembina OSIS di SMA Cakrawala.
Ia berdiri di dekat papan tulis yang berada di sana sambil menjelaskan strategi yang akan digunakan serta panitia yang akan ditunjuk pasal perlombaan tersebut.
"Jadi, seperti apa yang gue bilang tadi kalau kita akan mengadakan penyeleksian cerdas cermat itu dan untuk hal ini tadi gue udah kompromiin sama Pak Budi untuk menunjuk beberapa orang panitia, dan yang ditunjuk menjadi panitia itu nggak boleh ikut lomba mereka harus tetap fokus sama panitia perlombaan tersebut."
Aqila yang duduk tepat di dekat Mika dan juga Felix. Ia langsung mengangkat tangannya dan dilihat oleh Danesh.
"Iya, kenapa Aqila. Ada yang mau ditanyain?"
"Em ... berarti untuk kali ini anggota OSIS nggak berkesempatan untuk ikut penyeleksian itu?"
Danesh mengangguk. "Iya. Tadi gue udah berbincang sama Pak Budi kalau kali ini memang anggota OSIS nggak boleh, karena yang ditunjuk jadi panitia itu tetap fokus sama apa yang akan dikerjakan."
Aqila mengangguk. "Gue, jadi panitia nggak?" Tanyanya lagi.
"Nah, kebetulan banget pertanyaan lu bagus, karena gue juga udah bawa daftar beberapa panitia yang udah tunjuk dan gue juga udah langsung dibagi beberapa tugas-tugasnya termasuk gue sebagai ketua panitia." Terang Danesh.
Lelaki tampan berhidung mancung Itu pun langsung mengambil beberapa lembar kertas yang berada di atas meja lalu ia pun segera berdiri kembali tepat di dekat papan tulis tersebut.
"Nah, ini udah ada beberapa daftar namanya. Siska gue minta tolong sebagai sekretaris untuk nulis daftar nama ini di papan tulis. Nanti kalau kalian udah paham akan diketik lalu ditempel di mading supaya nanti mereka yang daftar itu bisa tahu akan daftarnya ke mana dan ke siapa."
"Danesh. Ini umum? Seluruh murid di SMA Cakrawala boleh ikut atau perlu diseleksi dulu atau mungkin ada syaratnya nilainya halus di atas rata-rata atau apa gitu?" Tanya Kenan.
"Nggak perlu. Pak Budi bilang ini memang berlaku untuk semuanya, karena nanti yang daftar itu akan diseleksi nah di seleksinya itu nanti ada bagian yang di seleksi lagi. Maka dari itu ini bebas dan ini untuk siapapun boleh ikut." Jawab Danesh menjelaskan.
"Berati orang yang gak punya otak juga bisa ikutan dong kalau bebas kayak gini." Celetuk Aqila dengan santainya.
Jelas perkataan tersebut membuat Aqila di perhatikan oleh seluruh anggota OSIS di ruangan itu.
Seru di chapter ini
Comment on chapter Kesombongan Aqila