=====
Ruangan mewah yang luas dan besar dengan hitam-emas sebagai warna dominannya. Ruangan itu sangat luas dimana cukup untuk dipakai sebagai sebuah rumah, tetapi ruang itu hanyalah kamar tidur saja. Karena sangat luas, orang mungkin menemukan bahwa terlalu lapang dan juga sepi bahkan untuk ditinggali seorang diri. Tapi, ini adalah kamar dari salah satu penguasa yang menguasai dunia bawah tanah, Saint, Sang Mafia.
Kamar itu jarang dia pakai, tapi selama beberapa tahun belakangan, kamarnya menjadi tempat dimana ia bisa menyimpan 'kekasihnya' dengan aman. Mungkin hanya terlihat seperti kamar orang kaya biasanya, tetapi keamanannya adalah yang paling baik dan juga anti-peluru serta ketat penjagaan. Tentunya sangat cocok untuk keselematan yang di dalam, dan juga baik untuk menyembunyikan seseorang di dalam tanpa takut ia akan melarikan diri.
Lampu kamar itu biasanya hanya menyala ketika ia menghabiskan waktunya bersama kekasihnya, seperti sekarang ini. Tidak tahu sudah berapa lama waktu telah berlalu yang mereka berdua habiskan dalam bercinta. Kasur mereka berada sudah berantakan, keduanya dimandikan dengan keringat mereka masing-masing, sudah banyak jejak bercinta tak terhitung yang ditinggalkan mereka berdua, dan hanya ada desahan Rosetta dan ucapan manis dari Saint yang menjadi satu-satunya suara yang mereka dengar.
"Hhh, Saint... hah.. kumohon berhenti hah ah.. aku sangat lelah ahhh" Mohon Rosetta sudah tidak sanggup dan bahkan sulit untuk bernafas dengan benar.
"Beristirahatlah, sayangku." Saint sama sekali tak terlihat kelelahan dan tak akan berhenti dalam waktu dekat, tetapi ia segera berhenti ketika melihat Rosetta kelelahan dan hampir kehilangan kesadarannya.
Ia memberikan kecupan kecil di bibir Rosetta kemudian menutup matanya dengan lembut. Saint melihat bahwa Rosetta sudah tertidur lalu menggendongnya ke arah kamar mandi berada. "William, bersihkan kamar ketika kami mandi." Perintahnya pada kepala pelayan yang sedaritadi menunggu di luar pintu kamar dengan sabar.
"Pelayan ini akan melakukan tugasnya dengan benar." Tak lama balasan dari kepala pelayan itu berakhir, pintu terbuka dan barisan pelayan datang dengan tangan mereka yang penuh dengan peralatan yang dibutuhkan.
Saint segera masuk ke dalam kamar mandi dan menyeka perlahan tubuh Rosetta dengan handuk basah yang telah disiapkan oleh para pelayannya. Ia menyandarkan tubuh perempuan itu di pelukannya dan dengan sabar membersihkan sampai bersih dengan lembut. Mungkin karena Saint terlalu lama membersihkan tubuhnya, Rosetta mulai merasa kedinginan dalam tidurnya dan tak bisa tak gemetar dan mendekatkan tubuhnya pada Saint secara tidak sadar, mencoba mencari kehangatan.
"Maafkan aku karena membuatmu kedinginan, sayang. Kita akan segera berendam di air yang hangat, oke?" Ucap Saint dengan lembut menyeka wajah Rosetta perlahan dengan ekspresi cinta dan kasih sayang yang sangat terlihat jelas di wajahnya.
Ia membawa Rosetta ke bathtub yang besar yang sudah diisi dengan air yang cukup hangat dan ikut ke dalam untuk berendam. Ia melihat jam dinding yang masih menunjukkan dini hari, "..Pantas saja aku masih tak puas, aku pikir kita sudah bercinta semalaman." Keluhnya berbicara pada dirinya sendiri.
Saat ini, William mengetuk pintu dan melaporkan, "Kaizer, semuanya sudah kembali seperti semula."
Dengan malas membalas, "Kau bisa pergi"
"Pelayan harap Kaizer dapat menikmati waktu anda. Pelayan ini mohon undur diri."
Saint menghabiskan waktunya di dalam air untuk sementara waktu sampai air mulai terasa dingin, lalu ia keluar dari bak dengan membawa Rosetta ditangannya. Ia memakaikan baju mandi untuk dirinya sendiri dan juga pada Rosetta dalam diam. Kemudian, menaruh tubuh Rosetta di tempat tidur yang sudah dibersihkan dan dirapikan dari kegiatan mereka beberapa menit yang lalu.
Memberi ciuman singkat di kening Rosetta yang sedang terlelap, "Mari kita tidur sebentar lagi~" Bisiknya dengan senyum tipis ikut bergabung ke ranjang dan menarik selimut untuk mereka berdua sebelum tertidur.
=====
'tok tok tok' Ketukan pintu terdengar dan Saint segera terbangun dari tidurnya.
Kehidupannya sebagai seorang mafia membuatnya sangat sensitif terhadap suara dan pergerakan kecil, jadi ketukan pintu dari kepala pelayannya membuatnya waspada dan sadar dengan cepat. Ia secara reflek melihat sekelilingnya, tetapi segera tenang ketika melihat Rosetta yang tidur lelap disampingnya.
"Kau bisa masuk, William." Serunya segera memeluk Rosetta dengan erat.
Ruangannya memang sangat aman. Namun semenjak kehadiran kekasihnya, ruangan ini diubah hingga dimana tidak ada senjata atau barang berbahaya tinggal disini. Ia tidak bisa mengatasi situasi ketika datangnya serangan dadakan atau musuh berhasil masuk ke dalam. Semua yang ia lakukan demi kekasihnya tidak bisa melarikan diri maupun melukai dirinya sendiri.
William segera masuk dengan trolley makanan dan para pelayan di belakangnya. Para pelayan dengan sigap menyiapkan pakaian untuk keduanya dan William yang menyiapkan makanan di atas meja. Saint memakai pakaiannya terlebih dahulu, lalu mengambil pakaian untuk Rosetta dari tangan pelayan dan memakaikannya sendiri.
"Bangun, Rosetta sayang~" Saint selesai memakaikan pakaian di tubuh Rosetta yang masih tertidur tak terganggu.
Rosetta perlahan membuka matanya yang masih kelelahan dan segera terjaga karena melihat Saint tersenyum dihadapan wajahnya. "... Ma-maaf.. aku tertid-"
"Tidak masalah. Sekarang waktunya sarapan." Potong Saint segera menggendong Rosetta untuk duduk di kursi.
Para pelayan dan bodyguard berbaris di belakang mereka. Hanya William yang berdiri tak jauh dari Saint duduk untuk melayani tuannya. Saint dengan antusias menyuapi Rosetta dan menjadi sisi yang paling banyak berbicara.
"Apa kau tahu apa yang kutemukan kemarin, Rosetta? Aku baru saja menemukan toko manisan yang baru dibuat tak jauh dari sini! Aku akan membawakan beberapa makanan darisana saat aku memiliki kesempatan untuk singgah." Cerita Saint dengan senyum yang selalu ada di wajahnya. Matanya bak tetesan madu tumpah, itu terpancar perasaan penuh cinta pada perempuan dihadapannya.
".. manisan?" Ulang Rosetta membalas dengan senyum lemas.
Mengangguk mengiyakan, "Benar! Aku paling tahu kesukaanmu terhadap manisan~ aku mendengar dari para bawahanku kalau rasa Matcha dan asam-manis sedang populer."
"Aku akan senang jika Saint ingin makan manisan bersamaku." Balas Rosetta dengan pelan.
Saint sama sekali tak mengerikan ketika mood nya sedang baik. Setidaknya ia tak perlu takut Saint akan melukainya karena selain mengurungnya disini dan kasar pada saat bercinta, ia sangat aman.
Sudah tak terhitung berapa kali sejak Rosetta mencoba berbagai cara untuk melarikan diri dari genggaman pemuda dihadapannya yang sekarang tersenyum bahagia. Senyumnya yang dapat menipu orang yang tak mengenalnya karena terlihat sangat bahagia dan tak pernah melihat kekejaman dunia luar, tanpa menyadari Dirinya adalah definisi dari kekejaman itu sendiri.
Rosetta adalah orang yang tidak tahu apa-apa itu. Ia dengan bodohnya jatuh cinta pada seorang mafia dan mengharapkan kisah cinta indah seperti di dalam buku dongeng favoritnya. Dirinya sudah lama berhenti berusaha melarikan diri dari pria ini karena menyadari bahwa ia tidak akan pernah bisa lepas dari radar pria ini selama dirinya masih bernafas.
Ia lelah untuk terus melanjutkan hidup seperti ini. Hidup dimana dirinya bahkan tak bisa merasakan apakah ia benar-benar diperlakukan sebagai manusia disamping Saint yang telah memperlakukannya sebagai sesuatu yang berharga.
Tapi, ia harus tetap hidup demi keluarganya yang tersisa, Ibu tirinya dan adik perempuannya.
Ayahnya tiba-tiba meninggal tanpa alasan yang jelas dan meninggalkan banyak hutang pada mereka. Dirinya yang baru saja beranjak dewasa terpaksa berhenti sekolah dan harus bekerja untuk membayar semua hutang yang ada. Sialnya, hutang itu berasal dari mafia yang sekarang menjadi 'kekasihnya'.
Ia menyerahkan dirinya agar ibu tiri dan adik perempuannya bisa hidup dengan nyaman dan aman. Satu-satunya alasan yang tersisa untuk dirinya melanjutkan hidup bagai neraka ini.
Saint melihat bahwa Rosetta mulai kehilangan focus dari dirinya, "... Apa yang sedang kau pikirkan begitu dalam, hm?"
Rosetta dengan cepat memusatkan kembali perhatiannya pada Saint yang perlahan menaruh sendok yang digunakan untuk menyuapinya sedaritadi. "... Aku berpikir.." Suaranya tercekat Ketika ia dengan cepat memikirkan respon apa yang cocok agar Saint tak marah padanya.
Menaikkan sebelah alisnya, "Hmm~ apa yang kau pikiran saat aku berada dihadapanmu?" Ulangnya ingin mendengar respon apa yang diberikan oleh Rosetta.
Rosetta menatap mata Saint perlahan dan lekat-lekat. Ia berusaha tak panik saat menjawab dan perlahan merangkai kalimatnya, "... Aku berpikir… untuk mencoba menyuapi dirimu… uh, ta-tapi aku tak yakin jika kau akan menyukai itu, jadi… itu adalah hal yang sedaritadi aku pikirkan…" Melihat Saint mematung dengan ekspresi terkejut di wajahnya, ia menambahkan kalimat terakhir, "... Ma-maafkan aku karena telah memikirkan hal lain padahal kau jelas-jelas ada dihadapanku… tapi, aku benar-benar ingin…"
Keheningan terjadi beberapa detik setelah Rosetta menyelesaikan kalimatnya. Saint hanya menatap lekat-lekat sepasang mata hitam cantik yang mulai berair milik perempuan dihadapannya itu. Ia seakan-akan mencari kebenaran di dalam mata itu.
Rosetta tertekan dengan tatapan menyelidik dari Saint dan dengan cepat mengambil sesendok kue dengan tangannya dan mengarahkannya ke mulut pria itu. "... Saint benar-benar tidak ingin mengikuti permintaanku?" Tanyanya dengan nada memelas.
Matanya yang berair karena ketakutan dan nada bicaranya yang dari awal pelan sengaja dibuatnya terdengar memelas dan manja, membuat Saint melunak. Ia segera mendengus dengan puas sebelum menerima suapan dari Rosetta dengan senyum yang hingga sampai ke matanya.
"Kau harus mengatakannya dari awal, sayang. Aku menyukainya, aku menyukai semua yang kau lakukan." Sahut Saint segera meminta Rosetta memberinya suapan lagi dengan gerakan matanya.
"... Aku mencintaimu, Saint." Ucap Rosetta tak bisa menghentikan setetes air mata berhasil keluar dari matanya.
Tertawa kecil, "Aku juga mencintaimu, Rosetta. Kau tahu itu dengan pasti." Balasnya mengusap air mata yang mengalir di wajah Rosetta dengan lembut. "Jangan menangis. Hatiku sakit melihatmu seperti ini."
Perasaan cintanya lah yang membunuh Rosetta dengan perlahan dari dalam.
Menyedihkannya, hubungan mereka sangat toxic dan tak wajar.
Tapi, tak ada dari keduanya yang bisa lepas dari hubungan toxic ini.
Saint yang tak rela melepaskan dan Rosetta yang terjerat karena perasaan cinta darinya.
Hanya ada luka di antara mereka.
=====