=====
Pada sebuah mansion tua yang mewah, di kamar tertentu, yang dijaga dua orang lelaki sangar dan berbadan kekar di depan pintu. Letak kamar itu berada yang paling ujung dan menyendiri di pojok, tetapi satu kamar itu terlihat memiliki sesuatu yang berharga karena dijaga ketat oleh orang-orang berpakaian hitam.
Seseorang yang terlihat seperti kepala pelayan karena usianya yang lansia masuk perlahan ke dalam ruangan itu. Gelap dan hening, sama sekali tidak ada cahaya lampu yang menerangi ruangan ini.
Tetapi jika diperhatikan lebih seksama, seseorang dapat mendengar suara nafas kasar dari ruangan itu. Kepala pelayan itu menyalakan senter kecil untuk melihat pemandangan didepannya, tapi tidak terlihat memiliki niat untuk menyalakan lampu kamar sebagai gantinya. Ia membawa trolley yang penuh makanan masuk bersamanya dan menaruhnya dekat tempat tidur.
Ia perlahan menaruh makanan satu per satu di meja kecil yang tak jauh berada di samping ranjang. Setelah selesai, ia akhirnya bersuara, "... Nona, Anda bisa segera makan malam. Kaizer sengaja meminta para koki untuk membuatkan makanan kesukaan nona seperti biasanya. Silakan dinikmati, Nona. Pelayan ini pamit undur diri." Tak menunggu balasan dari seseorang, kepala pelayan itu segera menarik diri bersama trolley makanan yang ia bawa bersamanya.
Pintu kembali tertutup, kegelapan kembali memenuhi ruangan itu. Bahkan setelah kepergian kepala pelayan itu, tidak ada tanda-tanda kehidupan yang bisa ditemukan di ruangan ini kecuali suara nafas kasar yang perlahan mulai melemah.
Tidak ada yang tahu sudah berapa lama keheningan terjadi, tetapi tak jauh dari sisi ranjang, ada beberapa pergerakan tipis. Suara nafas itu masih terdengar dan sekarang ditambah dengan suara besi yang bertabrakan, itu sepertinya adalah suara yang diciptakan dari rantai. Diikuti dari suara rantai itu ada suara seperti seseorang baru saja menyeret tubuhnya dengan kesulitan.
Rintihan kecil dan nafas yang ngos-ngosan bisa terdengar mendekati tempat makanan berada. Itu adalah suara seorang perempuan. Terlalu gelap untuk melihat secara jelas apa yang telah terjadi, tetapi orang-orang bisa mendengar nada kesulitan dari perjuangannya hanya untuk mendekatkan diri pada makanan yang tak jauh dari tubuhnya.
Perempuan itu terlihat meraba dan merasakan sekitar juga dengan tangan dan tubuhnya dikarenakan Kegelapan yang menelan ruangan tempatnya berada. Ia menyeret tubuhnya mendekat pada tempat makanan berada dan akhirnya ia bisa merasakan meja familiar setelah beberapa waktu yang ia tak tahu berapa lama sudah.
Kegelapan membuat dirinya tak bisa berpikir secara normal, tak tahu sudah berapa lama ia berada di dalam ruangan ini. Ia menyentuh perlahan menelusuri meja dan menemukan makanan yang masih hangat ditaruh di piring, segelas air putih dan semangkuk air untuk membersihkan tangan yang dimana wadahnya terbuat dari plastik . Tidak ada peralatan makan seperti sendok, garpu, ataupun pisau makan di atas meja. Ia hanya makan makanan di atas meja itu dengan tangannya.
Para pelayan yang mengantarkan makanan padanya secara rutin ke ruangan ini. Mereka sengaja tak memberikan ia peralatan makanan yang kurang karena takut bahwa ia kembali mencoba melukai dirinya. Benda dan perabotan di ruangan ini juga tak memiliki sesuatu yang berbau tajam, semua barang memiliki sisi yang tumpul dan bahan yang lembut. Satu-satunya hal yang buruk dan jahat hanya rantai yang melilit pergelangan kaki kirinya, untuk berjaga-jaga bahwa ia tidak bisa melarikan diri dari tempat ini.
Ia dengan pelan menghabiskan makanan di atas meja dan ketika selesai ia perlahan menuju ke tempat tidur. Karena setelah selesai makan malam, ia harus melayani seseorang yang berkuasa.
Kalian tidak salah membaca. Dirinya adalah mainan seks dari seorang mafia.
Tidak lama setelah perempuan itu menempatkan dirinya di atas ranjang, pintu terbuka dan menampilkan seorang pria yang berpakaian tuxedo hitam rapi. Perempuan itu tidak bisa tidak menutup matanya karena menerima cahaya tiba-tiba ketika pria itu membuka pintu. Ia sudah tidak tahu berapa lama merasakan cahaya ketika terkurung dalam ruangan ini dan matanya sakit ketika tiba-tiba menerima cahaya yang datang.
Sedangkan pria itu menatap perempuan yang terbaring di atas ranjang dengan senyum puasnya. Pria itu memerintahkan para penjaga untuk menjauh sebelum menutup pintu kamar lalu menyalakan lampu kamar.
Dengan lampu yang menyala dengan terang-benderang, pemandangan isi kamar bisa terlihat dengan jelas. Itu adalah kamar yang sangat luas dengan warna hitam dan emas sebagai warna dominan menghiasi. Tempat tidur berada tepat di tengah kamar dan perempuan itu dengan diam terduduk diatasanya. Rantai yang melilit kaki mungilnya terlihat sangat jelas.
Ia tak memiliki sehelai kain apapun di tubuhnya sekarang. Kulitnya sangat putih ke titik pucat apalagi disandingkan dengan rambut hitamnya yang sangat panjang hingga menyentuh kasur ketika ia dalam posisi duduk.
Tubuhnya tidak semulus yang dipikirkan ketika melihat bahwa itu putih, ada beberapa lebam dan memar biru ungu di tubuhnya, tetapi bekas gigitan yang terlihat mulai pudar lebih memenuhi di kulit perempuan itu.
Pria itu menikmati pemandangan tubuh dirinya terlebih dahulu sebelum membawanya kedalam pangkuan.
Suara rendah dan berat pria itu terdengar seperti nyanyian kematian di telinganya, "Apakah kau merindukanku, Rosetta sayang? Sudah seminggu lebih ketika terakhir kali aku mengunjungi kamarmu." Seru pria itu dengan lembut di telinganya ketika tangannya dengan seenaknya meraba tubuh telanjangnya.
Ah, ternyata sudah seminggu berlalu. Pantas saja matanya tak bisa menerima cahaya dengan benar ketika sudah terlalu lama dalam kegelapan.
Tak peduli sudah berapa lama mereka menghabiskan waktu bersama, Rosetta hanya semakin takut dan tak bisa tak gemetaran ketika pria itu meraba-raba tubuhnya.
Ia dengan perlahan mencoba membalas, "... aku kira Tuan sudah melupakan diriku.." Matanya tidak bisa tidak bergetar dan suaranya tidak bisa tidak semakin pelan untuk tiap kata selanjutnya.
Betapa bagusnya jika pria ini melupakan keberadaan dirinya dan tidak datang lagi ke kamarnya.
Tapi, pria itu mendengar ucapan Rosetta dengan makna lain, "Aku sangat minta maaf karena aku tidak bisa menemuimu dalam seminggu ini, sayang. Ada pekerjaan yang harus aku bereskan dan ternyata menghabiskan lebih banyak waktu dari yang kupikirkan. Gadis malang. kau pasti kesepian karena aku tidak menemanimu. Maafkan aku ya sayang, hmm?" Ia dengan mudah melepaskan setelan tuxedo nya dan melemparnya ke lantai.
Sedari awal, pandangan pria itu tak pernah lepas dari perempuan yang sekarang berada di bawahnya. Ia tak bisa menyembunyikan nafsu yang berkobar di matanya, "...Sayang?" Panggilnya memastikan bahwa Rosetta hanya fokus pada dirinya seorang.
"...hmm...?" Lirih Rosetta pelan menatap pria itu dengan tatapan sendu.
"... sudah berapa kali kukatakan jangan panggil aku dengan 'Tuan'." Keluhnya sembari menata sedikit rambut Rosetta yang menutupi wajahnya.
"... Kaizer..? Ah!" Pria itu dengan kesal meremas buah dada Rosetta tiba-tiba dan membuat dirinya terkejut bukan main.
"Panggil namaku, sayang." Pinta pria itu menatap Rosetta dengan agresif.
Matanya masih belum bisa menerima cahaya dengan baik, tetapi berusaha mencoba untuk melihat pria dihadapannya. Hal itu membuat matanya sakit dan bulu matanya bergetar dengan sedikit air mata memenuhi matanya.
Pria itu melihat Rosetta kesusahan dan segera meniup matanya, berharap rasa sakitnya hilang, "Jangan terlalu dipaksakan. Kau sudah sangat lama tidak melihat cahaya, itu wajar, sayang..."
"... Saint..." Lirih Rosetta memanggil nama pria itu.
"Uhm? Ada apa?" Responnya segera dengan penuh antusias.
"Saint,.. aku hanya ingin melihat pria yang tidur denganku" Lanjut Rosetta berkata dengan nada kecil dan terdengar miris.
Tapi, pria itu, Saint, sama sekali tidak peduli pada perasaan Rosetta dan dengan senang berkata, "Tentu saja hanya aku seorang yang bisa menidurimu, sayang. Kau milikku."
Saint.
Nama sesuci itu benar-benar tidak cocok untuk pria dihadapannya ini.
Pria berdarah dingin dan juga kejam.
Saint, sang mafia, salah satu dari 3 penguasa dunia bawah tanah.
=====