Ya, nama pemuda itu bernama Argya Musyaffa. Semenjak kecil, ia memiliki cita-cita ingin menjadi seorang manga artist profesional dan ingin mewujudkannya walau profesi yang ditekuninya itu terbilang sangat susah, terbilang dari kata cukup. Ia bekerja paruh waktu menjadi penjaga warnet di sebuah warnet di kotanya. Acap kali diejek oleh keluarganya sendiri namun diam-diam mencoba melamar pekerjaan sebagai asisten editor di sebuah penerbit besar yang nyasar melalui media sosial. Dengan tekad kuat, melamarkan diri ke sana, bertemu dengan teman-teman baru, mencari pengalaman baru dari pekerjaannya yang sekarang. Lama kelamaan dirinya merasakan betah sekaligus nyaman di sana bahkan kemampuan menggambarnya pun diapresiasi oleh para seniornya. Keluarganya telah menyadari ia memiliki pekerjaan baru, yang mengcukupi. Terutama oleh Nurin dan Diandra, editor seniornya. Selain itu, dirinya semakin giat mengasah bakat menggambarnya, berharap dari karya yang diciptakannya bisa mendapatkan serialisasi.