Read More >>"> Are We Friends? (18. Tidak Teraih) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Are We Friends?
MENU 0
About Us  

Kalian tahu? Hubungan pertemanan itu seperti gelas kaca, sekali dia jatuh, dia akan pecah. Kalau sudah begitu, akan sulit untuk menyatukannya kembali kecuali kamu memiliki kemampuan Kintsugi[1]. Namun tidak semua artisan mengerti cara melakukannya. Dan itulah yang sedang terjadi dengan Dinda dan Ryo.

Sejak igauan Ryo malam itu, persahabatan sejoli ini jadi canggung. Padahal, sebelum ini, Ryo yang marah dan sengaja menjauhi Dinda. Sekarang kondisinya terbalik.

Dinda sebenarnya sejak tadi tengah berusaha meperbaiki hubungan mereka dengan tetap berada di sisi Ryo. Karena itulah dia sengaja tetap datang di hari Sabtu untuk menemani Ryo latihan basket. Meskipun begitu, tiga jam kebersamaan mereka tidak membuahkan hasil obrolan yang layak untuk dibanggakan.

Bukannya berbicara dengan Ryo—“Din ….”—Dinda malah memancing orang lain yang datang. Dinda meringis sebentar sebelum mengangguk canggung, tidak tahu darimana kecanggungan yang dia rasakan saat melihat Levi muncul dari sisi kanannya.

Mendapat tanggapan begitu, tentu saja membuat kening Levi mengerut. Terakhir kali bertemu dengan Dinda, rasanya tidak ada masalah yang terjadi. Lalu, kenapa cewek ini bertingkah seperti ini?

“Aku bikin masalah?”

Dinda hanya mengangkat bahunya. Ryo sedang menatap ke arah mereka, dan entah kenapa tatapan itu membuat Dinda bingung harus memberikan reaksi seperti apa kepada Levi. Dia juga sekarang bertanya-tanya apakah dia harus menjelaskan keberadaan Levi di sini kepada Ryo juga atau tidak.

“Klub Musik?”

Dinda melirik ke Levi bingung. “Gimana, Kak?”

“Kak?” Levi menatap Dinda dengan alis terangkat sebelah. “Plis, panggil aku Pasa atau Levi aja. Kamu udah tahu siapa aku.”

Dinda menarik napas saat dilihatnya Ryo mendekat. Dinda baru ingat, dia belum memberi tahu Ryo soal Pasa.

“Kita ke klub musik, sekarang.” Tangan Levi menarik lengan Dinda untuk bangkit dari duduknya. Namun, belum bergerak ke mana-mana, lengan Levi kini tertahan oleh Ryo. “Sudah kuduga akan terjadi lagi.”

Ryo menatap Levi tajam. “Lepas tangan lo.”

Keadaan ini lagi-lagi dilihat oleh orang banyak. Posisi mereka yang di pinggir lapangan mau tidak mau membuat Dinda kembali merasa menjadi tontonan. Tangan Dinda yang bebas, kini berusaha menahan tangan Ryo. “Karena kalian, mungkin dalam tiga minggu ini aku bakal jadi cewek paling tenar sesekolah karena diperebutkan dua cowok basket yang paling populer.”

Levi dan Ryo kini melirik Dinda lalu melihat ke sekitar mereka. Itu berhasil membuat mereka melepaskan tangan cewek itu.

Dinda melirik ke Ryo. “Yo, dia Pasa,” ucap Dinda sambil lalu.

Ryo melirik Dinda dan Levi berulang kali. “Bukannya kamu dan Pasa seumuran?”

“Gue dulu emang pendek, puas lo?” Levi mendengkus lalu melirik ke Dinda. “Kamu kan sekarang anggota klub musik. Kalau kamu enggak coba main alat musik, minggu depan kamu udah langsung dikeluarin, loh.”

Dinda menarik napas yang dalam. Dia tahu Levi benar. “Aku bakal ke klub musik satu jam lagi, Kak.”

“Kak?”

Dinda menggeram mendengarnya. “Iya, Pasa. Aku bakalan ke sana sejam lagi. Belum mulai juga, kan?”

Senyum ceria muncul di wajah Levi. “Oke. Aku siap-siap dulu,” ucap Levi sebelum meninggalkan Dinda dan Ryo serta anggota klub basket yang protes karena, lagi-lagi, mereka akan latihan tanpa Sang Kapten.

“Din?”

“Iya, aku memang belum cerita ke kamu kalau aku udah mastiin dia memang Pasa.”

“Kenapa?”

“Karena kamu ngomong sesuatu yang bikin aku kesal.”

“Kapan?”

“Pas kita berantem soal mayfly.”

Ryo melongo mendengar kata-kata itu. “Tapi setelah itu kamu bisa ….”

Dinda memotong ucapan Ryo. “Setelah itu kamu sakit, terus kamu cerita soal orang tuamu yang mau cerai, terus kamu … kamu … kamu ….”

Ryo menarik napas dalam-dalam lalu membuangnya dengan keras. “Kenapa aku ngerasa kita semakin jauh aja, ya, Din.”

“Mungkin, karena kita udah makin dewasa,” ucap Dinda sambil membereskan barang-barangnya. Dia kemudian berkata, “Aku ke klub musik dulu,” sebelum meninggalkan Ryo yang termenung di pinggir lapangan basket.

***

 

Dinda melangkahkan kakinya dengan malas ke ruangan klub musik. Sebenarnya, kalau tidak ada masalah antara dia dan Levi atau Ryo, datang ke klub musik hari ini mungkin akan terasa lebih menyenangkan. Dia bisa memainkan alat musik pilihannya, memperkenalkan dirinya dengan lebih mudah ke depan seluruh anggota klub musik.

Seakrang, Dinda agak ragu. Terlebih setelah apa yang dia lakukan di pertemuan pertamanya di klub musik. Semua pecinta musik pasti tahu, meninggalkan ruangan di tengah acara bukanlah hal yang baik. Itu sama saja dengan tidak menghargai tuan rumah. Dan itulah yang Dinda lakukan saat itu.

Dinda menarik napas dalam-dalam sebelum mengetuk pintu ruangan klub musik. Begitu pintu diketuk, Dinda melirik ke dalam. “Permisi, saya ….”

“Ayo, Dinda masuk dulu,” ucap seorang cowok yang dikenali Dinda sebagai ketua klub. “Kamu belum kenal saya, kan? Pasti kamu juga lupa, deh. Kamu kenapa enggak bilang kamu Dinda?”

Dinda menatap si ketua klub dengan bingung. Apakah Dinda pernah bertemu dia sebelumnya?

“Dia pasti lupa, sih, Bam. Mana ada yang ingat cowok berkacamata kayak kita di kelas Miss Baya,” ucap satu orang cowok lagi yang tiba-tiba mendatangi si ketua klub.

Dinda memperhatikan dua cowok itu satu per satu sambil melirik Levi meminta pertolongan. Mereka ada di kelas Miss Baya juga?

Si ketua klub mengulurkan tangannya. “Aku Ibam, pianis berkacamata putih. Dulu aku suka pakai kemeja hitam. Aku partneran sama dia,” Ibam menunjuk teman di sebelahnya, “kami dapet karya pop dari Letto yang Ruang Rindu.”

Teman di sebelah Ibam melambaikan tangan ke Dinda. “Gue Haris. Partner Ibam. Gue main biola.”

Ibam dan Haris? Kenapa Dinda tidak pernah mendengar nama itu?

“Padahal kita berdua ingat kamu, loh!”

Dinda mengerutkan keningnya. “Gimana bisa?”

“Proposal si Pasa waktu itu kan fenomenal banget!” balas Haris sambil tertawa yang diikuti oleh Ibam juga. “Udah kayak mau ngajak nikah aja. Kita masih godain dia sampai sekarang soal itu, loh.”

Dinda meringis. Ternyata kejadian itu bikin dia diingat sama anak-anak di kelas Miss Baya. Entah Dinda harus merasa senang atau sedih. Dia melirik ke arah Pasa yang kini tengah tersenyum ke arahnya.

“Lo pada juga disuruh berhenti enggak bisa, jadi mendingan gue biarin aja, kan?” balas Levi kemudian.

“Halah, lo juga seneng kan diinget-ingetin mulu soal itu. Abisnya, selain ama Dinda, lo cupu si sama cewek!” Haris menjulurkan lidahnya yang disambut Pasa dengan mendelikkan matanya.

“Wah, lo jangan buka aib, dong!”

“Hah?” Dinda melirik Pasa tidak percaya. “Kapten basket paling populer di sekolah cupu sama cewek? Kok agak kontradiktif, sih?”

Ibam dan Haris sontak tertawa mendengar pertanyaan polos Dinda. “Kecupuannya yang bikin dia populer, Din!”

Dinda hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar hal itu. Sepertinya dugaannya salah, mungkin klub musik tidak sepenuhnya menyeramkan.

“Eh, udah-udah. Kalian berdua katany mau denger Dinda main piano lagi, jadi enggak?”

“Jadi, dong!” ucap Ibam dan Haris serentak.

“Kita berdua itu udah nunggu lama buat denger kamu main piano. Di kelas Miss Baya dulu, kamu salah satu jagoan kita tahu, Din. Makanya pas ….”

Pasa langsung berdeham untuk menghentikan ucapan Ibam.

“Sorry, aku kelepasan.”

Dinda tersenyum mendengarnya.

“Anak-anak udah nunggu di dalam. Siap buat performance?” tanya Ibam kepada Dinda.

Dinda mengangguk “Cuma kemampuanku udah berkarat, Kak. Sejak … sejak itu, aku enggak latihan lagi.”

“Kalau gitu, mulai dari dasar, ya. Perform TTLS aja.”

TTLS adalah singkatan dari Twinkle Twinkle Little Star, lagu yang pasti jadi lagu paling pertama dikuasai oleh siapa pun yang bermain alat musik.

Dinda mengangguk. Di kepalanya sudah terbayang interpretasi seperti apa yang akan dia tampilkan untuk lagu itu. Tapi rencana itu buyar saat terlinganya menangkap obrolan dari beberapa anak klub musik.

“Ini Dinda yang HTS-an sam Ryo anak basket itu, kan?”

“Iya. Eh, tahu, enggak sih lo, si Eca kemarin nembak Ryo dan ditolak. Katanya dia udah punya pacar. Eca bilang, diam-diam si Ryo pacaran sama Dinda.”

“Mana dia deket banget sama Kak Levi lagi, ya.”

“Iya. Terus, udah ada tiga cewek yang bilang mau mundur karena dia. Ryo tuh kayak tergila-gila gitu. Bilangnya sih sobatan, Cuma ya nempel ke mana-mana. Apalagi Kak Levi sama Ryo ….”

“Ladies,” Levi menatap tiga anak klub musik yang sedang mengobrol itu, membuat Dinda ikut menoleh ingin tahu apa yang ingin dilakukan oleh Levi, “aku rasa, klub musik udah sepakat enggak akan berubah jadi klub gosip. So, if you know where are we right now, can you please behave?”

Ketiganya mengangguk canggung dan melirik tidak enak kepada Dinda.

Kini, interpretasi Twinkle-Twinkle Little Star Dinda berubah.

Tangannya mulai bergerak menari di atas tuts tuts piano. Bunyi-bunyi not panjang yang membuat pendengarnya merasa jauh dari apa pun yang dimimpikannya. Pelan, sendu, kemudian perlahan semakin jauh … jauh … jauh …. Hingga akhirnya ditutup dengan kegamangan.

Lagu anak-anak yang tadinya ceria, melalui interpretasi Dinda menjadi sebuah lagu yang bertanya-tanya, jenis hubungan seperti apakah yang dia inginkan bersama Ryo. Seperti diamond in the sky yang jauh dan tidak teraih serta kenapa hubungan mereka jadi seperti ini, up above the world so high.

Seiring tuts terakhir menghilang dari pendengaran, air mata Dinda menetes. Dia ingin Ryo mendengar permainannya tadi. Dia ingin Ryo ada di sini. Tapi, jika Ryo ada di sini, Dinda mungkin akan menghalangi apa pun yang Ryo inginkan dalam hidupnya. Sementara, Dinda belum tahu apa yang dia inginkan untuk kehidupannya sendiri. Dan karena itu, hubungan mereka menjauh. Ryo sudah menjadi bintang yang tidak teraih oleh Dinda.

 

[1] Seni menyatukan barang-barang yang sudah pecah dan menjadikannya kembali berfungsi

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Dear Vienna
354      269     0     
Romance
Hidup Chris, pelajar kelas 1 SMA yang tadinya biasa-biasa saja sekarang jadi super repot karena masuk SMA Vienna dan bertemu dengan Rena, cewek aneh dari jurusan Bahasa. Ditambah, Rena punya satu permintaan aneh yang rasanya sulit untuk dikabulkan.
Nightmare
417      285     2     
Short Story
Malam itu adalah malam yang kuinginkan. Kami mengadakan pesta kecil-kecilan dan bernyanyi bersama di taman belakang rumahku. Namun semua berrubah menjadi mimpi buruk. Kebenaran telah terungkap, aku terluka, tetesan darah berceceran di atas lantai. Aku tidak bisa berlari. Andai waktu bisa diputar, aku tidak ingin mengadakan pesta malam itu.
SEMPENA
3229      1108     0     
Fantasy
Menceritakan tentang seorang anak bernama Sempena yang harus meraih harapan dengan sihir-sihir serta keajaiban. Pada akhir cerita kalian akan dikejutkan atas semua perjalanan Sempena ini
Cerita Si Jomlo
427      279     5     
Short Story
Kelamaan jomlo, membuat aku punya banyak cerita menarik tentang statusku itu. Salah satunya saat menghadiri acara resepsi pernikahan. Ingin tahu seperti apa cerita si jomlo ini? Yuk, baca....
Dapit Bacem and the Untold Story of MU
6711      2008     0     
Humor
David Bastion remaja blasteran bule Betawi siswa SMK di Jakarta pinggiran David pengin ikut turnamen sepak bola U18 Dia masuk SSB Marunda United MU Pemain MU antara lain ada Christiano Michiels dari Kp Tugu To Ming Se yang berjiwa bisnis Zidan yang anak seorang Habib Strikernya adalah Maryadi alias May pencetak gol terbanyak dalam turnamen sepak bola antar waria Pelatih Tim MU adalah Coach ...
Kesempatan
18503      2944     5     
Romance
Bagi Emilia, Alvaro adalah segalanya. Kekasih yang sangat memahaminya, yang ingin ia buat bahagia. Bagi Alvaro, Emilia adalah pasangan terbaiknya. Cewek itu hangat dan tak pernah menghakiminya. Lantas, bagaimana jika kehadiran orang baru dan berbagai peristiwa merenggangkan hubungan mereka? Masih adakah kesempatan bagi keduanya untuk tetap bersama?
Guru Bahasa
330      212     0     
Short Story
Pertama kali masuk pesantren yang barang tentu identik dengan Bahasa Arab, membuatku sedikit merasa khawatir, mengingat diriku yang tidak punya dasar ilmu Bahasa Arab karena sejak kecil mengenyam pendidikan negeri. Kecemasanku semakin menjadi tatkala aku tahu bahwa aku akan berhadapan dengan Balaghah, ilmu Bahasa Arab tingkat lanjut. Tapi siapa sangka, kelas Balaghah yang begitu aku takuti akan m...
Call Me if U Dare
4369      1424     2     
Mystery
Delta Rawindra: 1. Gue dituduh mencuri ponsel. 2. Gue gak bisa mengatakan alibi saat kejadian berlangsung karena itu bisa membuat kehidupan SMA gue hancur. 3. Gue harus menemukan pelaku sebenarnya. Anulika Kusumaputri: 1. Gue kehilangan ponsel. 2. Gue tahu siapa si pelaku tapi tidak bisa mengungkapkannya karena kehidupan SMA gue bisa hancur. 3. Gue harus menuduh orang lain. D...
Aku Benci Hujan
5677      1611     1     
Romance
“Sebuah novel tentang scleroderma, salah satu penyakit autoimun yang menyerang lebih banyak perempuan ketimbang laki-laki.” Penyakit yang dialami Kanaya bukan hanya mengubah fisiknya, tetapi juga hati dan pikirannya, serta pandangan orang-orang di sekitarnya. Dia dijauhi teman-temannya karena merasa jijik dan takut tertular. Dia kehilangan cinta pertamanya karena tak cantik lagi. Dia harus...
Gara-gara Televisi
1770      812     47     
Short Story