Tengtong! Tengtong!
Aku membuka pintu rumah. Dan hanya bisa menghela napas malas saat tahu kalau Reyhan-lah yang ada di depan rumahku sekarang.
“Astaga! Lo ngapain kesi-“
“Hai!” suara itu menyambar memotong kata-kataku.
“Kak Ira?” Aku melongo kaget kala tahu kalau Reyhan juga membawa Kak Ira. Oke bagus, sepasang tunangan sekolah! Cocok! Bawa aja sini, Rey, depan gue!
“Kalian ada apa?” kataku malas.
“Kita gak di suruh masuk nih?” ucap Reyhan.
Aku menghela napas panjang. “Ya udah!” Reyhan dan Kak Ira pun masuk ke dalam rumahku lalu duduk di ruang tamu.
“Siapa, sayang?” suara Ibu menyambar di antara kami.
“Hallo tante,” Kak Ira menyapa Ibu sambil mencium punggung tangan Ibu. Di ikuti pula oleh Reyhan.
“Eh, Mama udah pulang?” tanya Reyhan.
“Sudah, Rey.”
“Heh! Sejak kapan Ibu gue jadi Mama lo?”
“Idih protes aja! Orang Mama juga gak keberatan. Iya gak, Ma?” ucap Reyhan sambil mengedipkan sebelah matanya. Yang di balas dengan senyuman tulus dan belaian lembut Ibu pada Reyhan.
“Dasar!!” ucapku kesal.
“Kalian Makan siang di sini ya. Kebetulan saya lagi masak tuh!” ucap Ibu.
“Asikkk!” Reyhan berseru girang. “Beneran nih, Ma?” Ibu mengangguk. “Boleh ya, Ayy?” kali ini Reyhan melontarkan tanyanya padaku.
Huft! Aku menghela napas panjang. “Kalau pun gue gak ngizinin lo, lo pasti bakalan tetep di sini, Rey!”
“Emang! Wleee!” dia memeletkan lidahnya padaku. Membuatku semakin kesal saja! “Kalau gitu, aku ke dapur dulu. Bantuin Mama. Kalian ngobrol aja, enjoyyyy.”
Eh tunggu deh, maksudnya ngobrol gimana nih?
***
Kak Ira bilang, dua tahun lalu pertunangannya dengan Reyhan sempat menggemparkan seantero sekolah. Itu karena kedua keluarga mereka itu termaksud orang-orang elite di negeri ini. Jadi kedekatan mereka memang sudah banyak menduga pasti akan berjenjang jauh demi semakin memajukan bisnis dari kedua belah pihak keluarga.
Gila kan? Segampang itu mereka menjadikan sebuah hubungan perasaan ke dalam sebuah politik bisnis. Di sini aku sempat rada nyadar diri. Apalah aku yang hanya manusia super biasa-biasa aja. Aku mikir, aku dan Reyhan itu bagaikan bumi dan langit ke tujuh. Sangaaatttttt jauh...
Kirana agak masam membaca tulisan Mama-nya itu. Kirana melihat, ada secuil rasa kecewa dan harapan tinggi yang tak bisa digapai oleh gadis kecil bernama Ayyana kala itu.
Tapi, Kak Ira langsung membuat hatiku berkecambuk di hari itu juga. Saat dia bilang, pertunangan itu hanya sebatas pura-pura. Itu adalah kesepakatannya dengan Reyhan untuk membungkam mulut-mulut cerewet dari kedua orang tuanya. Kata Kak Ira, dia sama sekali tak punya niat untuk menjadikan Reyhan sahabatnya sebagai seseorang. Kak Ira punya kehidupannya sendiri. Dan dia juga punya pilihannya sendiri.
Kak Ira memperlihatkan beberapa foto di dalam ponselnya. Dan aku baru tahu kalau Kak Ira itu ternyata memiliki hubungan spesial dengan Ibrahim Alnino. Gila dong, kalian tahu kan Ibrahim? Itu loh pembalap nasional yang lagi naik daun karena prestasinya di ajang dunia!
“Wow! Masa sih?” ucap Kirana sambil terkekeh.
Terus Kak Ira juga bilang, kalau selama ini Reyhan orang yang cuek dan gak pernah kelihatan deket dengan cewek manapun. Di kelas satu, Reyhan nakalnya kebangetan. Bolak-balik masuk ruang BP. Bolak-balik masuk rumah sakit. Bolak-balik juga di tampar oleh sang Papa di rumahnya karena kenakalannya itu.
Aku jadi ngerasa sedih ngedenger itu semua L
Kirana menghela napas panjang. Diteguknya air minum yang sedang mejeng manja di depannya. Sebelum dia kemudian melanjutkan kembali membaca buku harian itu.
Terus Kak Ira juga cerita. Kalau Reyhan itu orang yang kesepian. Di sekolah, dia cuma mau deket sama Radit dan satu orang lagi temennya, aku lupa nama orangnya siapa. Keylash, Kailash, Kai... ah pokoknya aku lupa siapa namanya. Yang jelas, satu temennya Reyhan itu tuh, hadir dari keluarga biasa sama kaya aku. Dan saking gak sukanya, Papa Reyhan ngelihat Reyhan deket dengan cowok itu, cowok itu sampai-sampai di keluarkan dari sekolah tanpa alasan yang gak jelas gitu!
Gila ya, sebegitu superiornya kah Papa Reyhan sampai-sampai bisa mengeluarkan orang dengan mudahnya? Papanya Reyhan jahat ya?
Semenjak itu, kata Kak Ira, Reyhan jadi gak pernah lagi terlibat perkelahian di sekolah. Dia jadi agak selow. Dia juga jadi cenderung cuek jutek gitu. Walaupun kadang sifat usilnya masih suka keluar kalau dia lagi ngerasa gabut.
Puncaknya pas dia mengajukan diri untuk nyamar jadi murid ospek di sekolah waktu itu. Kak Ira bilang, tadinya Reyhan cuma di tugaskan nyamar itu sehari aja. Tapi ada angin apa dia malah ingin nyamar seminggu full di masa-masa MOPD.
Kata Kak Ira, Kak Radit sempet dibuat kewalahan sama sikap Reyhan yang rada hiperaktif pas MOPD. Sampai akhirnya Kak Radit nyadar sesuatu, kalau Reyhan udah mulai ada perubahan dalam dirinya. Reyhan tertarik sama sesuatu sampai bikin dia betah ngelakuin hal-hal gila pas MOPD. Kata Kak Ira, hal yang menarik buat Reyhan itu adalah... aku!
Masa sih?
Kirana tersenyum kecil. “Apaan sih ini anak? Gak jelas banget! Tapi.... unik!”
Kak Ira juga bilang, hari ini sifat Reyhan yang udah lama terpendam, keluar! Dia nonjok murid seangkatannya gara-gara dia gak suka kalau ada yang bahas soal pertunangan pura-puranya sama Kak Ira. Dia ngira, orang itu yang udah ngadu ke aku soal Reyhan. Huh, padahal mah kan bukan dia Reyhan, bego banget sih kamu!
Kak Ira bilang, Reyhan bener-bener suka sama aku. Dan bilang kalau aku cinta pertamanya Reyhan.
Hatiku mendadak berdebar saat Kak Ira mengatakan itu. Entah apa yang aku pikirkan. Apa aku senang? Bahagia? Takut? Biasa-biasa aja? Atau... ah gak tahu deh bingung!
Tapi ada satu hal yang bikin aku penasaran, bagaimana caraku menghadapi Papa Reyhan kalau aku benar-benar suka sama Reyhan setelah apa yang udah aku tahu tentang Reyhan. Apa aku akan sanggup? Apa aku akan disingkirkan juga oleh Papa Reyhan karena aku tak masuk golongan mereka untuk menjadi teman?
Aku hanya bisa berdoa semoga hatiku tak akan bertahut pada cinta yang salah dan akan menyusahkan aku di kemudian hari. Ya, semoga!
Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Kirana menutup buku harian itu. Lalu menyimpannya kembali di dalam tasnya. Di hempaskan tubuhnya di atas tempat tidurnya. Dia menatap langit-langit kamarnya yang dipenuhi dengan hiasan bintang-bintang.
Kirana jadi penasaran, kisah yang seperti apa lagi yang akan dia ketahui di buku harian mamanya? Kirana jadi penasaran, bagaimana pada akhirnya seorang Ayyana memutuskan pilihannya? Kirana sudah tak sabar ingin segera tahu kelanjutan cerita itu.
Sampai suara seseorang menyahutnya dari luar kamar,
“Sayang udah malem! Tidur!”
Kirana tersenyum lebar tanpa menyahuti ucapan itu. Kirana memejamkan matanya dalam sambil berucap sendirian, “Selamat tidur, Mama...”
Wow spechless
Comment on chapter Bab 6 : Bagian 1