Read More >>"> Story Of Chayra (Empat puluh empat) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Story Of Chayra
MENU
About Us  

"Jadi dia menghilang gitu aja, Ra?" pekik Valya, sambil meletakkan cangir berisi teh hangat.

"Ya gitu."

"Lo, udah coba hubungin?"

"Udah. Gua chat, telepon, DM gak satu pun dibalas." Valya mengusap punggung Chayra perlahan. Berusaha menenangkan temannya itu.

"Terakhir dia bilang, dia sibuk."

Kini mata Chayra berkaca-kaca. Air pun tumpah dari kelopak mata. Tidak sanggup menahan rasa sesak di dadanya.

"Gua, salah apa ya?"

'Kak Alditya, kamu ke mana?'

Valya memilih tidak menjawab. Valya menentangkan tangan, ia siap memeluk tubuh Chayra. Chayra pun langsung lebur ke dalam pelukan Valya. Teman yang saat ini sangat ia percayai untuk urusan curhat.

"Jangan sedih lagi ya, Ra. Gua selalu ada."

Perkataan Valya membuat hati Chayra berdesir. Ia semakin memeluk erat tubuh Valya. Hanya itu yang bisa Chayra lakukan.

Beberapa detik kemudian Chayra dan Valya mengubah posisi seperti awal. Valya masih menatap Chayra serius. Sesekali Chayra mengusap air mata yang masih berlinang di pipinya.

"Di minum dulu Ra, teh nya."

Chayra mengangguk. Ia memegang cangkir teh dengan kedua tangan, lalu meminumnya sampai habis.

"Nanti lo jadi ke perpus?" tanya Valya disela keheningan.

"Jadi."

"Mau gua temenin?"

"Engga usah Val. Gua bisa sendiri kok."

"Gak apa-apa kalau mau ditemenin."

"Engga, makasih Val. Gak mungkinkan lo ke kampus lagi. Kalau gua kan sekalian balik."

"Beneran, Ra?"

Chayra menepuk pundak Valya berusaha meyakinkan.

"Iya. Gua gak apa-apa, jangan khawatir ya! Ya udah gua mau ke perpus ya?"

"Serius lo? Mata lo masih keliatan kaya orang nangis."

"Gak apa-apa deh. Kalau nanti-nanti, keburu ke sorean."

Tangan Chayra meraih tas yang letakkan tepat di dekatnya. Usai mengenakan tas ia,
lalu berdiri di depan cermin yang telah tersedia. Sedikit merapikan rambut yang terlihat berantakan. Ia kemudian keluar kamar Valya memakai sepatu sneakers berwarna putih.

"Gua pamit ya, Val."

"Iya. Hati-hati, Ra."

***

 

Langkah kaki Chayra keluar dari gedung perpustakaan. Setelah mengembalikan buku yang minggu lalu ia pinjam untuk belajar UAS Geografi Regional Indonesia. Mereka bilang Chayra ambisius, tetapi bagi Chayra ini bukanlah ambisius. Namun, lebih kepada menjadi orang yang lebih tekun agar bisa mencapai apa yang ia inginkan.

Chayra sekali lagi memandang ponselnya. Terus memikirkan Alditya yang tidak kunjung ada kabar.

Hari ini ia memutuskan untuk pergi menemui Alditya menuju Fakultas Komunikasi. Tempat di mana Alditya berada.

Chayra menyapu pandangan pada lobi Fakultas Komunikasi. Biasanya Chayra melihat Alditya bergerumul dengan teman-temannya. Mengisap rokok dan meminum kopi di sana.

Manik mata Chayra memincing ketika menemukan seseorang yang ia cari. Ketika ingin menghampiri cowok itu, Chayra membelalak. Cowok itu terlihat sedang bersama seorang cewek, yang ia lihat tempo hari saat dirinya dan Tafila berteduh di bawah terowongan.

Chayra semakin membelalak kala Alditya terlihat semakin akrab. Dan sekarang yang Chayra lihat, Alditya merangkul cewek itu.

Perlahan Chayra memundurkan langkah. Tiba-tiba sebuah tempat sampah yang tidak Chayra sadari keberadaannya tersengol. Membuat tempat sampah tersebut terjatuh. Untung saja isi di dalam tempat sampah itu hanya sedikit. Tidak membuat sampah-sampah berserakan akibat Chayra tabrak.

'Kenapa ketika sudah menetapkan. Gua malah dijatuhkan?' rintih Chayra.

Chayra berlari tidak tentu arah. Ia tidak tahu ingin ke mana, yang jelas ia hanya ingin berlari. Tidak ingin melihat Alditya. Beberapa kali Chayra menabrak orang. Namun, ia berusaha tidak memedulikan hal itu.

Air mata mulai keluar dari pelupuk mata Chayra. Dan ia pun perlahan menyekanya dengan jemari. Tidak bisa ditahannya lagi. Dengan perasaan yang benar-benar kacau serta patah. Tentunya siapa yang bisa menahan itu.

Alditya memang sulit untuk ditebak. Dan Chayra tidak pernah mengerti mengapa ia bisa menjatuhkan hati terlalu dalam pada Alditya. Yang jelas-jelas orang baru di hidupnya.

Cinta memang tidak pernah bisa ditebak. Seperti sikap Alditya terhadap Chayra.

Andai Chayra tahu jika mencintai Alditya akan menimbulkan rasa sakit yang begitu dalam, ia akan menjauhi Alditya lebih awal.

Tetes air hujan turun sedikit membasahi baju yang Chayra kenakan. Air hujan yang turun dari langit sana menjadi saksi bisu kesedihan Chayra. Setiap tetesnya menyeruak menengelamkan Chayra dalam tangisan yang lebih lama.

***

 

"Sayang ayo cepetan!"

"Kita mau ke mana sih, Ma?"

"Mau lamaran!"

"Hah?" Chayra berhenti dan menarik tangannya dari genggaman Namira.

"Kamu tuh serius banget sih!"

"Terus kita mau ke mana dong, Ma?"

Namira memiliki tak menjawab pertanyaan Chayra— anaknya. Namira meminta Chayra mempercepat langkah kakinya untuk bisa cepat sampai di tempat tujuan. Dikarenakan langit sudah hampir mengelap.

"Permisi ... Assalamualaikum ..." Namira mengetukkan kunci pagar berwarna hitam itu dengan mengebu.

"Maaa, pelan sedikit. Kaya mau nagih hutang aja," cetus Chayra. Ia malu, sebab beberapa orang yang lewat sempat memperhatikan Namira.

"Assalamualaikum, permisi Jeng?!"

Tak lama seorang wanita paruh baya keluar dari dalam rumah. Ia berjalan membukakan pintu pagar rumahnya.

Namira pun memeluk wanita itu sangat erat. Seperti sudah lama tidak berjumpa. Sementara Chayra hanya terdiam melihatnya penuh tanya.

"Eh Jeng. Akhirnya mampir juga!" ungkap wanita itu semringah. Namira tertawa renyah.

"Ayo, masuk kalau gitu!"

Wanita itu mengamit punggung Namira masuk rumah. Namira meninggalkan Chayra begitu saja. Seakan lupa telah mengajak anak satu-satunya itu. Chayra hanya bisa berdecak dan mengikuti dari belakang masuk ke dalam rumah yang ia tidak tahu rumah siapa.

"Ya ampun. Repot-repot banget, pake di bawain kue!"

"Ah engga kok, Jeng. Sekalian nyicipin kue buatan saya," tukas Namira.

"Makasih lho, Jeng. Sebentar saya mau siapkan minum dulu ya." Namira mengangguk.

Chayra menyenggol lengan Namira. Sedikit bergeser untuk bisa lebih dekat dengan mamanya.

"Ma, ini rumah siapa sih?" tanya Chayra penasaran.

"Rumah teman kamu."

"Teman? Siapa, Ma?"

Tidak lama wanita yang Chayra tidak ketahui datang membawa nampan berisi dua cangkir teh hangat. Ia pun meletakkan cangkir tersebut tepat di depan Namira dan Chayra. Setelah itu ia duduk.

"Ini, Anin bukan?" tanya wanita itu pada Namira. Namira tersenyum, lalu mengangguk.

"Lho ... Sudah besar ya? Cantik lagi." Namira menyikut lengan Chayra. Agar ia menyalami wanita itu.

"Kamu pasti bingung saya siapa ya?"

"I—i"

"Iya, Tante. Tante siapa?"

"Tante, mamanya Ila. Kamu inget gak?"

Kening Chayra tampak berkerut. Dunia terasa berhenti sejenak. Lidah Chayra terasa membeku sulit untuk berkata.

Ila? Anak itu? Dia kembali?

"Tante—"  Ada jeda yang terjadi begitu lama. Bibir Chayra pun melekuk dan tersenyum manis. "Tante Mita?"

Wanita itu mengangguk pasti. Chayra tidak bisa menyembunyikan wajah keterkejutannya. Ia terlihat sangat senang.

"Kamu masih ingat Ila, kan?" harap Mita.

"Ingat dong, Tante!"

"Syukur lah, tante kira kamu lupa."

Lupa? Mana mungkin, melupakan orang yang sangat berarti dalam hidupnya.

"Lalu Ila ke mana, tante?"

Mita melirik jam di dinding yang terpasang di ruang tamu. Ia pun berkata, "Dia masih di kampus, kalau jam segini."

Chayra menghembuskan napas lesu. Raut wajah kekecewaan tercetak jelas pada Chayra.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
WALK AMONG THE DARK
733      392     8     
Short Story
Lidya mungkin terlihat seperti gadis remaja biasa. Berangkat ke sekolah dan pulang ketika senja adalah kegiatannya sehari-hari. Namun ternyata, sebuah pekerjaan kelam menantinya ketika malam tiba. Ialah salah satu pelaku dari kasus menghilangnya para anak yatim di kota X. Sembari menahan rasa sakit dan perasaan berdosa, ia mulai tenggelam ke dalam kegelapan, menunggu sebuah cahaya datang untuk me...
My Teaser Devil Prince
5415      1315     2     
Romance
Leonel Stevano._CEO tampan pemilik perusahaan Ternama. seorang yang nyaris sempurna. terlahir dan di besarkan dengan kemewahan sebagai pewaris di perusahaan Stevano corp, membuatnya menjadi pribadi yang dingin, angkuh dan arogan. Sorot matanya yang mengintimidasi membuatnya menjadi sosok yang di segani di kalangan masyarakat. Namun siapa sangka. Sosok nyaris sempurna sepertinya tidak pernah me...
The Past or The Future
392      310     1     
Romance
Semuanya karena takdir. Begitu juga dengan Tia. Takdirnya untuk bertemu seorang laki-laki yang akan merubah semua kehidupannya. Dan siapa tahu kalau ternyata takdir benang merahnya bukan hanya sampai di situ. Ia harus dipertemukan oleh seseorang yang membuatnya bimbang. Yang manakah takdir yang telah Tuhan tuliskan untuknya?
LINN
11308      1685     2     
Romance
“Mungkin benar adanya kita disatukan oleh emosi, senjata dan darah. Tapi karena itulah aku sadar jika aku benar-benar mencintaimu? Aku tidak menyesakarena kita harus dipertemukan tapi aku menyesal kenapa kita pernah besama. Meski begitu, kenangan itu menjadi senjata ampuh untuk banggkit” Sara menyakinkan hatinya. Sara merasa terpuruk karena Adrin harus memilih Tahtanya. Padahal ia rela unt...
Premium
RESTART [21+]
4456      2137     22     
Romance
Pahit dan getir yang kurasa selama proses merelakan telah membentuk diriku yang sekarang. Jangan pernah lagi mengusik apa yang ada di dalam sini. Jika memang harus memperhatikan, berdirilah dari kejauhan. Terima kasih atas semua kenangan. Kini biarkan aku maju ke depan.
PALETTE
483      251     3     
Fantasy
Sinting, gila, gesrek adalah definisi yang tepat untuk kelas 11 IPA A. Rasa-rasanya mereka emang cuma punya satu brain-cell yang dipake bareng-bareng. Gak masalah, toh Moana juga cuek dan ga pedulian orangnya. Lantas bagaimana kalau sebenarnya mereka adalah sekumpulan penyihir yang hobinya ikutan misi bunuh diri? Gak masalah, toh Moana ga akan terlibat dalam setiap misi bodoh itu. Iya...
Bukan kepribadian ganda
8442      1605     5     
Romance
Saat seseorang berada di titik terendah dalam hidupnya, mengasingkan bukan cara yang tepat untuk bertindak. Maka, duduklah disampingnya, tepuklah pelan bahunya, usaplah dengan lembut pugunggungnya saat dalam pelukan, meski hanya sekejap saja. Kau akan terkenang dalam hidupnya. (70 % TRUE STORY, 30 % FIKSI)
Mari Collab tanpa Jatuh Hati
2437      1239     2     
Romance
Saat seluruh kegiatan terbatas karena adanya virus yang menyebar bernama Covid-19, dari situlah ide-ide kreatif muncul ke permukaan. Ini sebenarnya kisah dua kubu pertemanan yang menjalin hubungan bisnis, namun terjebak dalam sebuah rasa yang dimunculkan oleh hati. Lalu, mampukah mereka tetap mempertahankan ikatan kolaborasi mereka? Ataukah justru lebih mementingkan percintaan?
Camelia
539      291     6     
Romance
Pertama kali bertemu denganmu, getaran cinta itu sudah ada. Aku ingin selalu bersamamu. Sampai maut memisahkan kita. ~Aulya Pradiga Aku suka dia. Tingkah lakunya, cerewetannya, dan senyumannya. Aku jatuh cinta padanya. Tapi aku tak ingin menyakitinya. ~Camelia Putri
Marry Me
414      287     1     
Short Story
Sembilan tahun Cecil mencintai Prasta dalam diam. Bagaikan mimpi, hari ini Prasta berlutut di hadapannya untuk melamar ….