Sebuah jaket berwarna biru laut ditemukan oleh Langit di perpustakaan saat dia hendak belajar, dengan terpaksa karena penjaga perpustakaan yang entah hilang ke mana dan Langit takut jaket itu malah hilang, akhirnya dia mempostingnya di media sosialnya menanyakan siapa pemilik jaket itu.
Read More >>"> Photobox (Memasak) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Photobox
MENU
About Us  

HAPPY READING!


"Jadi, gimana?" tanya seseorang sambil berkacak pinggang sementara orang yang diajak bicara mendongak.

"Ini, baru mau bikin kerangkanya," jawab manusia yang sibuk dengan banyak baut dan tiang-tiang besi.

Sudah sekitar setengah jam dan orang itu belum selesai baru menyelesaikan sebagian kerangka. Terlihat peluh keringar sudha mulai bercucuran padahal sekarang masih lumayan pagi. Matahari belum tampak sepenuhnya.

"Gue bantuin deh. Lo lama banget Lang ngerjain gini doang," cibir seseorang marah-marah kemudian mulai mengambil kerangka lainnya ikut memasangkannya sesuai instruksi.

Cowok yang dipanggil Lang itu hanya menghela napasnya. "Iya, deh gue emang lama. Lo juga enggak sabaran sih. Memang udah selesai ngepel?"

Lawan bicaranya cengegesan. "Udah, orang suruhan nenek yang ngerjain. Gue disuruh duduk aja. Ya, gue bosen gitu." Langit menepuk jidatnya. Padahal tadi manusia di depannya berkata bahwa ingin mengerjakannya karena ingin hidup mandiri.

Ujung-ujungnya dia tidak jadi mengerjakan pekerjaan rumah. Malah mengganggu Langit yang sedari tadi memasang kerangka jemuran yang tidak kunjung selesai.

"Ya, habisnya tadi gue nyapu aja. Sapunya patah," keluh lawan bicara Langit sambil mendengus sebal.

"Beli sapunya murahan banget sekali pakai langsung patah." Lanjut mengomel sambil memeluk tiang yang sudah Langit pasang dengan telaten.

"Lo yang enggak bisa nyapu. Malah nyalahin sapunya. Gue pakai merek itu aja sapunya sampai helai-helai itu udah gundul saking lamanya." Langit menjitak kepala orang di depannya itu dengan kesal.

"Ya, lo ajarin lagi dong cara nyapu yang bener," sahutnya sambil mengelus kepalanya yang sudah dijitak oleh Langit dengan tidak berperasaan.

"Gue udah ngajarin lo hampir lima belas kali loh, Bulan. Lo yang enggak bisa-bisa." Perempuan yang dipanggil Bulan itu mendengus sementara Langit menggelengkan kepalanya heran. Bisa-bisanya orang di depannya ini pintar dalam berbisnis tetapi tidak bisa menyapu.

"Ya, nanti gue coba nyapu lagi. Sekarang ini ajarin gimana masangnya?" tanya Bulan sambil menyodorkan kerangkanya yang sudah terlihat kalau gagal.

Langit menggelengkan kepalanya lalu melepaskan semua baut yang dipasang oleh Bulan dengan sabar. Mengajarinya perlahan hingga Bulan bisa membantu Langit menyelesaikan tiang jemuran itu.

"Kalau tante Rosa tau gue bisa masang ini. Pasti dia bangga." Bulan tersenyum sambil berkacak pinggang menatap hasil karyanya dan Langit.

Langit hanya mengangguk lalu menatap ke arah luar berharap Mamanya melihatnya dari atas sana. Mamanya juga meninggalkan dirinya dengan keadaan bahagia seharusnya tidak ada penyesalan di sana. Tetapi, Langit wajar bukan kalau merasa ada sesuatu yang mengganjal.

Dia melirik ke arah foto pigura yang dipasang di sana. Terlihat wajah bahagia dari Mamanya. Langit tersenyum lalu memalingkan wajahnya mengangkat hasil karyanya dan Bulan untuk diletakan di luar.

Masih banyak yang harus diurus sekarang dan Langit harus bekerja keras untuk menciptakan rumah yang terlihat hidup dan nyaman untuk keluarganya yang harmonis.

Langit berganti mengambil kardus yang berisi kipas angin. Mulai membukanya dan Bulan senantiasa di sebelahnya canda tawa dan helaan napas Langit yang mengisi ruangan kosong itu.

"Bukan gini masangnya. Kerangkanya dulu baru kipasnya." Langit menggelengkan kepalanya sudah lelah. Sementara Bulan hanya cengegesan.

"Ya, gue, kan enggak tau. Lo aja deh yang ngerjain. Gue mau ngisi kulkas aja." Bulan beranjak sudah tidak ingin membantu Langit lagi atau mungkin lebih tepatnya mengacau hasil karya Langit.

Perempuan itu sibuk mengeluarkan semua belanjaannya. Belanja bulanan yang sepertinya terlalu banyak untuk dua orang. Bulan menarik kantong plastik pertama yang berisi banyak botol minuman. Menatanya di bagian bawah secara berurutan. Langit yang melihatnya langsung menegur.

"Udah ya, jangan beli minuman kayak gitu lagian Enggak sehat tau." Bulan yang sedang asik menata tidak mendengarkan omelan Langit yang terus berlanjut.

"Itu juga. Beli banyak banget cokelat. Nanti giginya bolong loh, besok belinya maksimal dua." Langit terus menegur sampai cokelat yang dimasukan ke dalam kulkas kandas.

"Lang, ini ayam mentahnya gimana kok ada airnya." Bulan berlari ke arah Langit sambil memegang jijik wadah ayam yang sepertinya bocor.

Langit buru-buru meletakan barangnya dan berjalan menghampiri Bulan. Mengambil ayamnya agar tidak lebih banyak air yang mengucur.

"Kamu enggak pernah lihat ayam mentah?" Bulan menggeleng membuat Langit pasrah. Langit meletakan ayamnya di meja dapur dan mengambil pel untuk membersihkan ceceran darah yang tadi tidak sengaja Bulan tumpahkan.

Setelahnya Langit dengan telaten membuka plastik yang menutupinya mengambil telenan dan pisau. Memotongnya hingga muat masuk ke dalam kotak. Sebelumnya dia cuci hingga bersih dan selesai.

"Gini doang enggak bisa," ucap Langit setelah memasukan ayamnya ke dalam lemari pendingin.

"Ya, belum pernah megang. Biasanya megang yang ada di piring tuh, yang udah mateng." Bulan mendengus dan melipat tangannya di depan dada. Kesal setengah mati karena Langit meremehkan dirinya.

"Ya, udah. Laper enggak?" tanya Langit dan mata Bulan langsung berbinar.

"Sekarang kita masak sekalian kamu belajar." Bulan cemberut dan akhirnya pasrah. Dia mulai mengeluarkan sayur mayur yang pastinya dipilih oleh Langit tadi. Berbeda dengan cokelat, ciki, dan minuman botol yang dibeli Bulan. Langit lebih memilih untuk mengambil sayuran hijau dan satu ayam dada utuh sebagai pelengkap.

Langit dengan cekatan segera memotong sebagian sayuran dan mencucinya. Dengan posisi Bulan yang memegang pisau dan Langit dibelakangnya. Cowok itu meminta Bulan untuk memotong tipis. Wortel pertama dengan potongan sebesar kaki gajah malah dicincang hingga halus oleh Bulan.

Padahal Langit tadi memilih wortel itu lama diantara wortel yang menurut dia sudah tua dan dengan mudahnya Bulan mencincangnya halus begitu saja.

"Enggak gitu Bulan. Gini." Tangan Langit langsung memegang tangan Bulan mengarahkan tangannya hingga potongan itu terpotong sempurna. Melihat potongan yang sempurna Bulan jadi senang sekali. Dia merasa dia bisa memasak semua makanan yang ada di dunia.

"Nah, gitu. Coba ya. Aku mau bikin kaldunya dulu." Langit melepaskan Bulan dengan pisaunya dan Bulan langsung memotong secara perlahan. Bahkan ketika Langit sudah selesai membuat kaldu, Bulan masuk senantiasa dengan satu wortelnya.

Memang sih hasilnya rapi tetapi, kalau motongnya lama bisa-bisa besok baru makan. Akhirnya Langit meminta Bulan untuk berhenti. Meminta Bulan untuk mencicipi kaldunya.

"Disuruh ini, disuruh itu. Kelamaan salah motongnya enggak sesuai salah. Terserah deh." Bulan cemberut tidak menyukai Langit karena seolah apapun yang dia lakukan selalu salah dimatanya.

Langit meringis kalau Bulan sudah ngambek biasanya akan marah-marah sepanjang hari. Langit meletakan pisaunya dan memeluk Bulan yang sedang mengaduk kuah kaldu untuk dia ambil sedikit.

"Iya, maaf ya. Tadi kamu bilang laper. Kasian dong kalau nanti kelamaan kamu keburu kena maag. Maaf ya," Bulan berhenti mengomel dan cemberut. Dia berbalik menatap Langit dan menangkup wajahnya gemas.

"Lain kali enggak boleh gitu!" Bulan menarik kedua pipi Langit dan dijawab dengan anggukan susah payah dari cowok yang ditarik pipinya.

Langit bahagia, walaupun rumah tangganya terkesan belum terlihat mandiri dan masih banyak yang harus dipelajari, setidaknya Bulan yang galak sekarang sudah menjadi miliknya.
 


[ Fin ]

Hallo, terima kasih sudah mengikuti cerita Photobox sampai di sini.

Cerita photobox sudah benar-benar selesai sampai di sini ✨

Sampai bertemu di cerita-ceritaku yang lain 👋

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Shymphony Of Secret
367      272     1     
Romance
Niken Graviola Bramasta “Aku tidak pernah menginginkan akan dapat merasakan cinta.Bagiku hidupku hanyalah untuk membalaskan dendam kematian seluruh keluargaku.Hingga akhirnya seseorang itu, seseorang yang pernah teramat dicintai adikku.Seseorang yang awalnya ku benci karena penghinaan yang diberikannya bertubi-tubi.Namun kemudian dia datang dengan cinta yang murni padaku.Lantas haruskah aku m...
Cinta dan Rahasia
416      312     0     
Short Story
Perasaan tak mudah untuk dipendam. Ketahuilah, manusia yang ‘kuat’ adalah manusia yang mampu mengekspresikan perasaanya. Itu semua wajar. Manusia akan merasakan senang bila mendapatkan kebahagiaan dan sedih bila harus kehilangan.
Into The Sky
400      257     0     
Romance
Thalia Adiswara Soeharisman (Thalia) tidak mempercayai cinta. Namun, demi mempertahankan rumah di Pantai Indah, Thalia harus menerima syarat menikahi Cakrawala Langit Candra (Langit). Meski selamanya dia tidak akan pernah siap mengulang luka yang sama. Langit, yang merasa hidup sebatang kara di dunia. Bertemu Thalia, membawanya pada harapan baru. Langit menginginkan keluarga yang sesungguhnya....
My Teaser Devil Prince
5753      1387     2     
Romance
Leonel Stevano._CEO tampan pemilik perusahaan Ternama. seorang yang nyaris sempurna. terlahir dan di besarkan dengan kemewahan sebagai pewaris di perusahaan Stevano corp, membuatnya menjadi pribadi yang dingin, angkuh dan arogan. Sorot matanya yang mengintimidasi membuatnya menjadi sosok yang di segani di kalangan masyarakat. Namun siapa sangka. Sosok nyaris sempurna sepertinya tidak pernah me...
Heliofili
1894      951     2     
Romance
Hidup yang sedang kami jalani ini hanyalah kumpulan berkas yang pernah kami tandatangani di kehidupan sebelumnya— dari Sastra Purnama
Manuskrip Tanda Tanya
4335      1443     1     
Romance
Setelah berhasil menerbitkan karya terbaru dari Bara Adiguna yang melejit di pasaran, Katya merasa dirinya berada di atas angin; kebanggaan tersendiri yang mampu membawa kesuksesan seorang pengarang melalui karya yang diasuh sedemikian rupa agar menjadi sempurna. Sayangnya, rasa gembira itu mendadak berubah menjadi serba salah ketika Bu Maya menugaskan Katya untuk mengurus tulisan pengarang t...
Too Late
7306      1875     42     
Romance
"Jika aku datang terlebih dahulu, apakah kau akan menyukaiku sama seperti ketika kau menyukainya?" -James Yang Emily Zhang Xiao adalah seorang gadis berusia 22 tahun yang bekerja sebagai fashionist di Tencent Group. Pertemuannya dengan James Yang Fei bermula ketika pria tersebut membeli saham kecil di bidang entertainment milik Tencent. Dan seketika itu juga, kehidupan Emily yang aw...
Cinta Datang Tanpa Menyapa
735      474     2     
Short Story
Setelah Reina menolong Azura, dia mendapat kesempatan untuk kuliah di Jepang. Kehidupanya selama di Jepang sangat menyenangkan sampai hari dimana hubungan Reina dengan keluarga Azura merenggang, termasuk dengan Izana.salah satu putra Azura. Apa yang sebenarnya terjadi? dan mengapa sikap Izana berubah?
The Bet
15342      2369     0     
Romance
Di cerita ini kalian akan bertemu dengan Aldrian Aram Calton, laki-laki yang biasa dipanggil Aram. Seperti cerita klise pada umumnya, Aram adalah laki-laki yang diidamkan satu sekolah. Tampan? Tidak perlu ditanya. Lalu kalau biasanya laki-laki yang tampan tidak pintar, berbeda dengan Aram, dia pintar. Kaya? Klise, Aram terlahir di keluarga yang kaya, bahkan tempatnya bersekolah saat ini adalah mi...
Sebuah Kisah Tentang Dirinya
931      530     0     
Romance
Setiap orang pernah jatuh cinta dan mempunya ekspetasi tinggi akan kisah percintaannya. Namun, ini adalah kehidupan, tak selalu berjalan terus seperti yang di mau