HAPPY READING!
Ruangan itu gelap tapi untungnya Bulan masih bisa melihat sekitar. Cewek itu mengenakan seragam sekolahnya menghidupkan lampu dan AC yang ada di kelas.
Bulan meletakan kepalanya di meja mengeluh merasa seluruh badannya remuk baru beberapa minggu pulang larut dan menjaga Mamanya Langit Bulan sudah hampir sekarat. Bagaimana bisa Langit bertahan hidup dengan keadaan seperti itu.
"Lan. Kita udah lama loh enggak belajar bareng." Bulan menatap cowok berpawakan tinggi dengan rambut cepak dan kacamata yang bertengger manis di hidungnya yang mancung. Baru saja datang dan mendatangi meja Bulan. Bintang, cowok satu-satunya yang direstui oleh Nenek untuk menjaga Bulan dan berteman. Alasannya hanya karena kasta mereka sama, orang kaya.
"Besok-besok deh ya, Tang. Gue males belajar sama lo," ucap Bulan tanpa filter. Bintang sih tidak masalah karena sering sekali Bulan menyakiti hatinya seperti itu. Tapi, nanti Bulan juga akan jadi miliknya. Apabila dia bilang ingin menikahi Bulan Neneknya juga sudah pasti setuju.
"Yah, lo ngapain sih akhir-akhir ini. Gue kan kangen belajar sama lo." Bulan sudah capek dan sekarang dia dipaksa untuk mendengarkan celotehan Bintang yang hanya berisi omong kosong. Ingin rasanya Bulan melemparkan cowok itu ke jurang.
"Gue sih enggak. Udah sana pergi." Bulan mengusirnya dengan tidak manusiawi dia mendorong cowok itu dan menelungkupkan kepalanya untuk tidur. Bintang jadi jengkel tapi dia tetap harus bersikap seperti biasanya. Cowok kacamata itu tersenyum lalu pergi dari sana.
Beberapa saat kemudian banyak murid yang masuk termasuk Langit yang baru dateng. Langit lagi ngobrol bareng Angga saat masuk ke dalam kelas gelak tawa Langit membuat Bulan langsung bangun dan menatap Langit yang menuju ke arahnya.
"Lang, sini." Bulan berseru dengan nada tinggi, senang sekali ketika melihat Langit. Langit sendiri langsung bergegas untuk duduk di samping Bulan mereka mengobrol seru dan Bintang melihat itu dengan tatapan tidak suka.
Sejak kapan mereka sangat dekat seperti itu? Bintang menopang dagunya. Kesal setengah mati Bintang tau kalau Langit dan Bulan itu duduk bersebelahan tapi, kenapa mereka begitu dekat?
"Mama gue gimana kemarin?" Bulan mengacungkan jempolnya, lalu menjawab dengan antusias.
"Tante baik banget. Kondisinya perlahan membaik. Dia jadi suka minta dibeliin jus di kantin rumah sakit. Emang enak sih di sana manis nya pas banget lo harus coba sih Lang." Bulan nyerocos panjang lebar sementara Langit mendengarkan dengan pandangan tertarik.
"Jus di sana yang enak apa?" Langit menopang kepalanya menatap Bulan. Cewek dengan rambut pendek ini berpikir lama lalu memberikan jawaban.
"Just for you." Bulan menggombal membuat Langit langsung melunturkan senyumnya menatap Bulan kesal.
"Jawab yang bener." Langit menjitak kepala Bulan membuat Bulan mengaduh sementara Langit menatapnya khawatir. Takut ternyata memang pukulannya sekeras itu.
"Bayar gue pake jus melon." Bulan mengusap kepalanya lalu menatap Langit garang. Cowok itu akhirnya mengangguk seketika saja kepala Bulan tidak ada masalah.
"Lo bohongin gue ya?" Bulan menggeleng menunjukan wajah yang polos.
"Sakit ini. Sakit kok." Bulan memegang kepalanya lagi sambil Langit menggelengkan kepalanya. Langit sudah biasa dengan tingkah laku Bulan yang tidak jelas.
Langit mendengus kesal. Dia paling benci kerja kelompok itu menyita waktunya untuk melakukan pekerjaan ataupun menjaga mamanya.
"Silahkan ya pilih sendiri saja. Satu kelompok tiga orang." Semua langsung ribut saling berebut kelompok Bulan sendiri langsung membooking Langit seperti membooking barang.
"Lo harus sama gue. Enggak mau tau." Langit bahkan belum berbicara apapun. Bintang mendekati meja mereka berdua meminta untuk satu kelompok. Bulan ingin menolak tapi Langit mengangguk dengan ragu.
"Enggak apa-apa sih Tang. Tapi emang lo enggak satu kelompok sama Juan?" Langit menunjuk Juan yang berada di dekat sana dengan mengobrol bersama teman satu kelompok Bintang biasanya.
"Enggak. Juan udah sama kelompok lain. Gue join enggak apa-apa kan?" Langit mengangguk sementara Bulan cemberut. Bintang seperti lintah ingin menganggu terus menerus. Menyebalkan.
"Lang. Gimana kalau kita kerja kelompoknya di cafe tempat lo manggung aja?" Bulan bertanya dengan antusias tidak ingin melihat Bintang yang duduk di sebelahnya.
"Deadlinenya bukannya masih lama? Kenapa enggak hari selasa aja? Gue free hari itu." Langit menjawab sementara Bulan menggeleng tidak setuju.
"Ogah. Gue kan mau denger lo nyanyi lagi," ucap Bulan sambil menatap Langit meminta untuk disetujui.
"Terserah deh terserah." Bulan mengepalkan tangan di udara mengucapkan kata yes tanpa bersuara.
Dunia serasa milik berdua. Mereka bercanda tawa dan Bintang hanya diam. Kesal sekali rasanya.
"Lo yakin mau nungguin gue manggung? Nanti gue malah enggak ngerjain loh?" Langit dengan gitar yang sudah bertengger di bahunya mendatangi Bulan dan Bintang yang sudah duduk di salah satu meja dekat Langit berada.
"Enggak apa-apa. Santai. Lo nanti gue kasih tugas yang lain aja." Bulan menjawab sambil mengacungkan jempolnya dan Langit akhirnya pergi untuk mengisi suara di cafe yang hari ini sudah lumayan ramai.
Bulan tersenyum lalu melihat ke arah Langit bersorak menyemangati dengan gerak-gerik. Membuat Langit tersenyum lalu mulai memainkan gitarnya.
"Bulan. Ayo kita ngerjain." Bintang tidak mau terus diabaikan akhirnya dia mulai berbicara.
Bulan menatap Bintang dengan kesal. Walaupun akhirnya dia ikut membuka bukunya dan mulai membagi tugas. Langit menatap Bulan terlihat bahwa dua insan itu malah tertawa tanpa melihatnya bahkan buku yang harusnya di perhatikan malah sudah ditutup. Langit kesal, kenapa Bulan tidak melihat ke arahnya.
Langit menyelesaikan lagunya dan pergi dari sana merapikan peralatan musik mereka dan Langit langsung menyambar tas yang tadi berada di sebelah Bulan. Pergi dari sana tanpa berucap apapun.
Bulan yang masih tertawa daritadi terkejut melihat Langit meninggalkan dirinya bersama Bintang yang melambaikan tangannya lalu tertawa dalam hati. Saingannya berkurang.
"Siapa suruh Lang lo mau ngerebut Bulan dari gue. Enggak bakal bisa," batin Bintang lalu mengajak Bulan untuk beberes saja.
"Kayaknya ada masalah deh Langitnya. Gue mau ngejar dia dulu." Bulan langsung berdiri dan tangannya langsung dicekal oleh Bintang.
"Kata lo Langit ada masalah. Ya udah, jangan diganggu dulu." Bulan mengingat tentang dulu. Saat Bulan dibentak Langit karena mengikutinya. Cewek yang rambutnya diberi ikat satu di tengah itu akhirnya menyetujui ucapan Bintang.
Setelah mereka pulang, Bulan mencoba untuk menelepon Langit menanyakan apa yang terjadi. Apakah mamanya sakit atau mamanya kumat lagi. Tapi, dia tidak mendapat respon apapun. Bulan mencoba mengirimkan pesan yang beruntun.
Tidak ada satupun yang dijawab bahkan dibacapun tidak. Saat Bulan ingin mengirimkan pesan lagi. Bulan sudah di blokir membuat cewek itu memukul kasurnya kesal.
Awas saja Langit. Besok gue cincang lo jadi bakso!