Loading...
Logo TinLit
Read Story - Asoy Geboy
MENU
About Us  

Kata 'besok' yang dimaksud Abi sungguhan terjadi. Tapi, tampang Randu jauh lebih kacau dari Geboy yang notabene masih mengenaskan di kasur. Lelaki itu seakan terpaksa ke rumah sakit, terbukti dengan cengkeraman tangan Pram pada pundaknya. Geboy merasa enggak nyaman melihat itu, tapi kakek mereka sudah jauh-jauh datang untuk mendengarkan semuanya.

Singkat, jelas, padat, Randu mengaku sengaja memotong rem Geboy karena berbagai alasan konyol. Ia ingin menyalahkan tekanan yang diterima, tapi keputusan itu bukan perintah, melainkan keinginannya sendiri. Randu punya pilihan buat enggak melakukannya, tapi nyatanya masih terjadi. Itu yang membuatnya enggak memiliki hak untuk membela diri.

Semua orang kecewa, termasuk Geboy, tapi jelas Pram yang merasa paling sakit hati. Alhasil, setelahnya--untuk sementara waktu--Randu dilarang dekat-dekat dengan Geboy. Lelaki itu benar-benar enggak pernah kelihatan. Terlepas dari absen sif menjaga Geboy yang dibuat Komal, ia juga enggak mengikuti kegiatan Geng Senter lagi. Anggota yang satu sekolah di SMK Makmur juga mengatakan jarang berpapasan dengannya. Entah karena enggak masuk atau masuk tapi menjauh. Misterius.

Hari ini adalah hari pertama Geboy kembali ke Warung Abah setelah berminggu-minggu dikurung di rumah sakit. Menggunakan kursi roda yang didorong Komal, ia menghampiri tempat duduk anak-anak lain dan ikut ngopi. Ia masih mencoba biasa saja, meski tahu apa tujuan mereka berkumpul sekarang. Tinggal menunggu para senior untuk membahasnya.

"Lo udah boleh makan ginian, Boy?" tanya salah satu anggota geng.

"Boleh, lah. Kan kaki gue yang sakit, bukan organ dalam. Santai."

"Ngerokok juga, nggak?"

"Woo, kalau itu libur dulu."

Komal sontak tertawa kecil. Ia lantas menuangkan sebotol cola pada gelas berisi es batu milik Geboy. Ia juga menawarkan beberapa gorengan yang masih panas.

"Oiya, kalian ada yang denger kabar Randu, nggak?"

"Kabar apa? Lo yang sepupunya aja nggak tahu, apalagi kita."

"Justru karena gue sepupunya makanya nggak tahu."

Paham dengan situasi yang dimaksud, lelaki yang memakai kacamata pun mengangguk. "Tanya ke Dion aja. Dia yang kemarin di-chat."

Pandangan Geboy langsung tertuju pada nama yang disebutkan. "Dia chat apa?"

"Nanya kapan lo balik ke geng."

"Terus?"

"Udah. Nggak ada lagi."

"Lo nggak nanya dia selama ini ke mana? Kapan dia balik ngumpul sama kita lagi? Atau apa gitu?"

"Buat? Biarin aja kali, Boy. Nggak usah diambil pusing." Komal ikut geregetan.

"Gitu-gitu dia temen kita, anggota Geng Senter, sepupu gue juga. Yang lalu biar jadi pelajaran aja, toh gue nggak kenapa-kenapa dan kejadian kemarin nggak bisa diralat. Gue yakin dia udah nyesel, kok."

"Ck, lo kalau mode ketua gini agak ngeri, ya. Merinding gue. Sok bijak bener. Ngaca dulu-lah minimal, Boy. Lo kenapa-kenapa, itu faktanya."

"Gue oke."

Selain harus terapi agar bisa berjalan dan butuh waktu lama untuk bisa balapan lagi, Geboy merasa baik-baik saja. Satu-satunya hal yang membuat ketar-ketir, panas dingin, dan kalang kabut hanyalah pembahasan senior yang baru saja datang. Ia lekas menarik napas dalam-dalam dan menyambut mereka seadanya.

"Sehat, Boy?"

"Seperti yang lo lihat, Bang."

Aco memanggil para anggota Geng Senter untuk berkumpul melingkar, mengelilingi meja Geboy. Suasana yang semula hangat penuh tawa seketika berubah serius. Komal yang semula di samping sahabatnya kini beralih ke pinggir, membiarkan Geboy sendirian menghadapi senior dan anak-anak lain.

Telapak tangan Geboy mulai basah. Bola matanya bergerak liar, berusaha menghindari tatapan Aco yang rasanya percuma saja. Ia lantas mengalihkan gugup itu lewat cengkeraman pada paha, tapi tetap enggak berbuat banyak. Ia pun menghela napas panjang lalu memejamkan mata sejenak. Setelahnya ia mengangguk yakin dan mengedarkan pandangan, melihat anggota Geng Senter yang juga menatapnya dengan senyuman tipis. Mereka masih menginginkannya, bukan?

"Oke, biar nggak basa-basi langsung aja." Rendra memulai percakapan. "Seperti yang kita tahu, Geboy nggak berhasil memenuhi tantangannya sebagai ketua karena kalah di LKS anak otomotif. Itu sama aja menyalahi moto kita kalau ketua haruslah pemenang. Jadi di sini gue mau menjembatani kalian buat bahas ini, mengingat kita juga nggak punya calon baru. Buat yang ada saran bisa ngomong ke forum."

"Nanya dulu, Bang." Lelaki yang berdiri paling ujung mengangkat tangan. "Maksud lo yang perlu dipertimbangkan di sini apaan? Tentang Boy stay jadi ketua sesuai masa yang berlaku atau kita pilih ketua lagi alias ganti periode, gitu?"

Rendra mengangguk. "Kind of."

"Sori, Bang. Sebelum ke sana, gue mau nyela bentar," ucap Komal. "Kalau ngomongin moto, bukannya Boy masih memenuhi klasifikasi? Dia bisa menang lawan sakitnya dan kumpul lagi sama kita. Kalau mau, dia udah mundur dan pasrahin jabatan ini ke gue atau ke siapa pun. Tapi Boy pilih bela-belain ke sini, padahal jalan aja belum bisa. Ya jadi gue sih yang repot, tapi nggak apa-apa. Oh, jangan lupa juga, dia juga masih ngecek dan sering follow up beberapa proyek pas di RS. Tanya aja sama anak-anak kalau nggak percaya. Iya, kan?"

Semuanya serempak mengangguk. Itu memang fakta. Komal merasa puas melihatnya. Geboy hanya tersenyum haru.

"Oke, tanggung jawab lo gue acungin jempol, tapi tentang keharmonisan geng gimana?"

Komal mengerutkan kening. "Maksud, Bang Ren?"

"Anggota kalian nggak lengkap."

Skak, Geboy menunduk. Ia enggak bisa berkutik kalau itu yang dibawa-bawa karena ia memang gagal. Lelaki itu pun mengangkat kepala, hendak mengiakan dan meminta senior berbuat hal terbaik demi geng, tapi langkah kaki dan suara dari samping kanan menghalanginya.

"Lengkap kok, Bang."

"Ndu?" panggil Geboy lirih. Pandangannya sontak mengikuti arah gerak lelaki itu.

"Jadi sekarang udah nggak ada masalah, kan? Nih, gue ke sini karena Boy yang minta. Gue mau ke sini karena segan sama dia sebagai ketua gue. Aman?"

Komal refleks menggaruk rambutnya. Usai mendapat testimoni itu, para senior dan anggota menyepakati bahwa Geboy akan tetap menjadi ketua mereka.

"See, bener kan kata gue. Lomba ini tuh ridiculous banget kalau dijadiin tolok ukur seseorang pantas jadi ketua atau nggak." Dagu Komal terangkat saat mengatakannya.

"Bener, karena kepemimpinan nggak bisa diukur dengan 'prestasi akademik' semata. Skill ginian nggak sembarangan orang bisa punya." Aco menambahkan.

Geboy tersenyum lebar. "Makasih semuanya. Gue bakal mengusahakan yang terbaik buat Geng Senter."

"Sembuh dulu, Boy. Setelah itu lo boleh ngapain aja." Rendra menepuk-nepuk pundak Geboy lalu pamit membeli kopi.

Randu yang melihat kehangatan itu lantas mengendap-endap hendak menginterupsi. Ia lekas menyapa Geboy dan mengajak menepi, mau membicarakan sesuatu. Tentu Geboy manggut-manggut, asal sang sepupu itu mau mendorong kursi rodanya.

"Boy," Randu memanggil setelah tiba di tempat sepi, "gue minta maaf atas segalanya. Gue tahu ini bullshit, lo boleh nggak percaya. Tapi gue capek mimpi buruk dan pengen pergi dari sini dengan tenang."

"Slow, gue udah maafin lo, kok. Tapi maksud omongan lo apaan? Lo mau pergi?"

"Iya, gue pindah sekolah ke Bogor, yang berarti gue left dari Geng Senter juga."

"Hah? Kenapa?" Tiba-tiba Geboy teringat sesuatu. "Papa gue yang minta, ya?"

"Nope. Gue pindah karena sekolah yang menyarankan. Mereka udah tahu kasus lo. Daripada di-DO secara nggak hormat, kan."

"Tapi kenapa harus Bogor? Jauh amat."

"Mungkin biar gue jauh dulu dari lingkungan lo sampai dewasa dan bisa mikir baik-buruknya gimana."

"Tapi kita nggak salah, btw. Papa lo sama papa gue yang bikin gara-gara."

"It's ok," Randu tersenyum kaku, "namanya anak, udah biasa kan hidup di bawah ekspektasi orang tua? Gue bersedia, kok."

Geboy enggak menjawab lagi. Ia kehabisan kata-kata.

"Udah, gitu aja yang mau gue omongin. Lo cepet sembuh, ya. Sekali lagi sori, sori banget."

"Lo juga cepat sembuh ya, Ndu. Hatinya."

"Thanks."

Randu segera mendorong Geboy ke tempat semula, berkumpul dengan anak-anak lain juga Kira, gadis yang lima menit lalu tiba setelah diundang Komal. Ia lalu berpamitan dan meminta maaf satu per satu, termasuk pada senior dan Abah. Kemudian ia pergi mengendarai motor hingga enggak terlihat lagi.

Geboy tersenyum kesekian kali. Ia kembali menghabiskan waktu bersama Komal dan anak Geng Senter. Bebannya kini jauh berkurang. Gelak tawa yang memenuhi warung lantas menghangatkan hati. Suasana ini selalu berhasil menaikkan level kebahagiaannya. Melihat sekeliling saja sudah membuktikan bahwa ia enggak pernah sendirian.

Karena mau se-mlehoy apa pun hidupnya, Geboy akan menjalaninya dengan asoy.

***

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Kanvas Putih
156      136     0     
Humor
Namaku adalah Hasywa Engkak, yang berarti pengisi kehampaan dan burung hitam kecil. Nama yang memang sangat cocok untuk kehidupanku, hampa dan kecil. Kehidupanku sangat hampa, kosong seperti tidak ada isinya. Meskipun masa depanku terlihat sangat tertata, aku tidak merasakannya. Aku tidak bahagia. Wajahku tersenyum, tetapi hatiku tidak. Aku hidup dalam kebohongan. Berbohong untuk bertahan...
My World
756      513     1     
Fantasy
Yang Luna ketahui adalah dirinya merupakan manusia biasa, tidak memiliki keistimewaan yang sangat woah. Hidup normal menyelimutinya hingga dirinya berusia 20 tahun. Sepucuk surat tergeletak di meja belajarnya, ia menemukannya setelah menyadari bahwa langit menampilkan matahari dan bulan berdiri berdampingan, pula langit yang setengah siang dan setengah malam. Tentu saja hal ini aneh baginya. I...
Lenna in Chaos
7073      2100     1     
Romance
Papa yang selingkuh dengan anggota dewan, Mama yang depresi dan memilih tinggal di desa terpencil, seorang kakak perempuan yang kabur entah ke mana, serta kekasih yang hilang di Kalimantan. Selepas kerusuhan demonstrasi May Day di depan Gedung Sate, hidup Lenna tidak akan pernah sama lagi. Sewaktu Lenna celaka di kerusuhan itu, tidak sengaja ia ditolong oleh Aslan, wartawan media sebelah yang...
Take It Or Leave It
6122      1985     2     
Romance
"Saya sadar...." Reyhan menarik napasnya sejenak, sungguh ia tidak menginginkan ini terjadi. "Untuk saat ini, saya memang belum bisa membuktikan keseriusan saya, Sya. Tapi, apa boleh saya meminta satu hal?" Reyhan diam, sengaja menggantungkan ucapannya, ia ingin mendengar suara gadis yang saat ini akhirnya bersedia bicara dengannya. Namun tak ada jawaban dari seberang sana, Aisyah sepertinya masi...
Photobox
6289      1583     3     
Romance
"Bulan sama Langit itu emang bersama, tapi inget masih ada bintang yang selalu ada." Sebuah jaket berwarna biru laut ditemukan oleh Langit di perpustakaan saat dia hendak belajar, dengan terpaksa karena penjaga perpustakaan yang entah hilang ke mana dan Langit takut jaket itu malah hilang, akhirnya dia mempostingnya di media sosialnya menanyakan siapa pemilik jaket itu. Jaket itu milik Bul...
Premium
Antara Aku Pelangi & Hujan
16539      1608     0     
Romance
Zayn bertemu dengan seorang gadis yang sedang menangis di tengah derasnya hujan dan tanpa sadar Zayn tertarik dengan gadis tersebut Ternyata gadis tersebut membawa Zayn pada sebuah rahasia masa lalu yang di lupakan Zayn Membawanya pada sesuatu yang tidak terduga
Call Kinna
6927      2225     1     
Romance
Bagi Sakalla Hanggra Tanubradja (Kalla), sahabatnya yang bernama Kinnanthi Anggun Prameswari (Kinna) tidak lebih dari cewek jadi-jadian, si tomboy yang galak nan sangar. Punya badan macem triplek yang nggak ada seksinya sama sekali walau umur sudah 26. Hobi ngiler. Bakat memasak nol besar. Jauh sekali dari kriteria istri idaman. Ibarat langit dan bumi: Kalla si cowok handsome, rich, most wante...
Cinta di Sepertiga Malam Terakhir
7067      1626     1     
Romance
Seorang wanita berdarah Sunda memiliki wajah yang memikat siapapun yang melihatnya. Ia harus menerima banyak kenyataan yang mau tak mau harus diterimanya. Mulai dari pesantren, pengorbanan, dan lain hal tak terduga lainnya. Banyak pria yang datang melamarnya, namun semuanya ditolak. Bukan karena ia penyuka sesama jenis! Tetapi karena ia sedang menunggu orang yang namanya sudah terlukis indah diha...
Gray November
3759      1296     16     
Romance
Dorothea dan Marjorie tidak pernah menyangka status 'teman sekadar kenal' saat mereka berada di SMA berubah seratus delapan puluh derajat di masa sekarang. Keduanya kini menjadi pelatih tari di suatu sanggar yang sama. Marjorie, perempuan yang menolak pengakuan sahabatnya di SMA, Joshua, sedangkan Dorothea adalah perempuan yang langsung menerima Joshua sebagai kekasih saat acara kelulusan berlang...
ETHEREAL
1816      801     1     
Fantasy
Hal yang sangat mengejutkan saat mengetahui ternyata Azaella adalah 'bagian' dari dongeng fantasi yang selama ini menemani masa kecil mereka. Karena hal itu, Azaella pun incar oleh seorang pria bermata merah yang entah dia itu manusia atau bukan. Dengan bantuan kedua sahabatnya--Jim dan Jung--Vi kabur dari istananya demi melindungi adik kesayangannya dan mencari sebuah kebenaran dibalik semua ini...