Loading...
Logo TinLit
Read Story - Asoy Geboy
MENU
About Us  

Hari ini Geboy pulang lebih lambat dari biasanya. Semua gara-gara mendoan panas Abah yang dijadikan barang taruhan gaple. Terlebih lagi tadi seniornya ikut mengimingi bir pletok yang baru dibawa dari kampung. Jelas ia enggak bisa berkutik. Gorengan yang dicocol petis kental dan minuman rempah super-aromatik sangat sayang kalau dilewatkan. Alhasil, azan sudah berbunyi 15 menit lalu, ia baru masuk garasi dan memarkirkan motor.

Saat melepas helm, Geboy menyadari satu hal yang lebih mematikan dari keterlambatan hari ini: mobil Om Pram terparkir rapi di dalam. Kemungkinan cuma ada dua: mobil rumah mogok dan itu hasil meminjam atau memang beliau lagi berkunjung saja seperti biasa. Kalau yang kedua benar terjadi, matilah Geboy karena masih nangkring di luar dan harus melewati ruang tamu. Berbasa-basi bukanlah style-nya, apalagi kalau harus mendengar pidato kebangsaan dari Abi, papanya.

"Persetan, lah."

Geboy mencoba tak acuh, lalu segera masuk rumah. Benar saja, adik dari ibunya itu sedang ngopi santai sambil menghadap berkas yang berserakan. Tentu, makhluk tengil yang terdiri dari gumpalan daging dan seonggok kepintaran level kayangan itu turut serta, seolah mengerti apa yang para orang tua bicarakan. Idih, batin Geboy saat harus menyapa, menyalami, dan menanyakan kabar kerabatnya itu.

"Lho, Boy, baru pulang?" Om Pram tersenyum dan bersikap ramah seperti biasa.

"Iya, Om. Tadi di warung sama anak-anak Senter."

"Oo, kok Randu nggak ikut?" Kini Abi yang bertanya seraya menatap si empunya nama.

Geboy memutar bola matanya malas. Kayaknya mulut papanya itu bisa kering dan rontok kalau enggak melibatkan Randu sekali saja dalam percakapan mereka. Apa spesialnya bocah nerd itu? Gaya rambut terlalu klimis sampai lalat pun bisa kepleset, kawat gigi hitam belum dilepas dari tahun lalu, kacamata kotak enggak banget, dan baju favorit motif kotak-kotak yang dikancing sampai menutupi leher. Sungguh menurunkan pasar anak Teknik Sepeda Motor, bagi Geboy yang amat stereotip kalau berurusan dengan Randu.

"Tadi gabung kok, Om, tapi balik duluan biar bisa belajar. Soalnya Papa bilang mau ngajak ke sini. Takutnya pas pulang udah males terus ketiduran, jadi nyempetin aja."

Hah, Geboy makin mendengkus. Lutut kanannya menekuk dan ia menggaruk pantat berulang kali. Baru juga ditanyakan, sudah muncul satu hal yang enggak bakal related dengan kamus YOLO Geboy. Sekilas ia melirik dan beradu pandang dengan sepupu seumurannya itu, lalu lekas membuang muka. Lama-lama melihatnya cuma bikin mood berantakan.

"Kalau gitu, aku ke atas dulu ya, Om."

"Oh, iya. Istirahat. Jangan lupa makan."

"Makasih, Om."

Geboy berlari-lari kecil menuju lantai dua tanpa menoleh ke arah Abi sama sekali. Ia langsung ke kamar, melempar tas ke kasur, meraih handuk yang tergantung di kapstok, ke kamar mandi, dan mengumpat panjang lebar di balik derasnya keran showerPlaylist dari The Weeknd lumayan jadi teman galaunya malam ini.

Setelah menghabiskan tujuh lagu, Geboy keluar dengan badan dililit handuk. Sayup-sayup ia bisa mendengar perbincangan papanya di bawah yang sangat menggelegar. Sepertinya sengaja agar ia bisa ikut mendengar. Memang unik sekali cara memotivasi ala Bapak Abi yang terhormat ini.

"Boy kemarin juga ikut sih, Ndu. Cuma ya tetep kamu yang dapet."

Salah satu kalimat yang entah sudah berapa kali mampir di telinga Geboy. Ada ratusan macam versi yang sudah ia telan sejak kecil. Papanya itu terlalu sering memamerkan prestasi Randu sampai-sampai Geboy merasa ia adalah korban bayi yang tertukar, seperti sinetron televisi. Tapi, agaknya mustahil kalau dilihat dari betapa mirip tampangnya dengan sang papa. Dari tebal alis, warna dan ketajaman mata, rahang yang tegas, hidung mancung bak prosotan anak TK, sampai sisi samping setara idol Korea pun plek ketiplek kayak foto copy-an.

"Kapan-kapan ke sini lagi, ya. Sendiri aja, nggak usah sama papamu. Temen Om mau ngasih alat-alat baru buat bengkel. Kita bisa main-main."

"Oke, Om, makasih banyak."

Geboy mengusap wajah kasar. Ia enggak tahu apa-apa tentang kabar kiriman barang itu. Kalau kata 'temen', besar kemungkinan rekan papanya yang baru saja mendirikan bengkel di daerah selatan. Tapi, sisanya ia benar-benar baru mendengarnya tadi.

Lelaki yang kini mengenakan kaus hitam oblong dan celana selutut itu beranjak mengambil modul matematika. Ia kembali duduk di depan meja belajar dan menyelesaikan persoalan yang bahkan belum dibahas di kelas. Mau sok pintar dulu, pikirnya. Kalau memang pengin lebih maju dari Randu, sudah seharusnya ia selangkah di depan seperti ini, bukan?

"Aw! Sat!"

Saking semangatnya, Geboy sampai tertusuk pinggiran pensil. Bahan kayu yang kemarin ia kikir menggunakan silet itu seakan tengah membalas dendam. Sensasi perih dari goresan kecil itu makin menjadi sebab tangannya sering lembap. Geboy pun lantas turun, hendak mencari mamanya guna meminta plester luka.

Sayang, di meja makan ada papanya juga.

"Ma, ada plester, nggak?"

"Luka lagi?" tanya Tyas, wanita berambut pendek yang mengenakan daster.

"Iya. Punyaku abis." Geboy menunjuk pelipisnya yang masih ada tambalan gara-gara menabrak pajangan ban.

"Mama ambil dulu. Kamu duduk, gih. Emang udah makan?"

"Masih kenyang."

"Ya udah, tunggu sebentar."

Geboy mengangguk. Kikuk, ia masih mematung di bawah tangga. Selangkah pun ia enggak mendekat. Satu meja makan dengan papanya hanya mengantar ke sesi acara '101 Alasan Randu lebih baik dari Geboy' yang cukup muncul saat sarapan saja. Kalau malam begini, biasanya Geboy meminta mamanya mengantar makanan ke atas--dengan dalih mau fokus belajar--atau membeli saja dari luar sebelum pulang. Misal enggak sempat, lebih baik puasa sampai pagi. Simpel.

"Ini," ucap Tyas sambil memberikan plester yang disimpan di kotak P3K. "Kok kamu masih berdiri aja? Ikut duduk."

"Nggak, Ma. Mau lanjut nugas aja."

"Eh, bentar."

Geboy menelan ludah. Ia menatap lengan kiri yang ditahan mamanya. "Kenapa, Ma?"

"Gimana buat lomba kompetensi-nya? Kamu dipilih, nggak?"

"I-iya."

"Syukurlah. Emang pinter anak Mama."

Satu … dua … tiga ….

"Paling juga kalah. Tadi Randu bilang kalau dia jadi perwakilan SMK Makmur di ajang itu."

Lagu lama, batin Geboy. "Makasih ya, Ma."

"Boy!"

Belum sampai selangkah, anak itu kembali bergeming tanpa membalikkan badan. Geboy menunggu ucapan papanya sebelum naik dan mengunci pintu rapat-rapat.

"Kalau Papa ngomong tuh direspons."

Geboy menarik napas dalam-dalam. "Emang Papa mau aku ngomong apa?"

Abi menelan kunyahannya lalu berdecak. "Nggak jadi. Nggak usah. Lagian nggak ada yang bisa kamu jawab, kan. Papa tinggal nunggu kabar aja kalau Randu jadi ketua gengmu yang baru."

"Mas, jangan doain gitu, ah. Boy udah berusaha banget lho buat jadi pemimpin Senter."

"Nggak apa-apa, Ma." Geboy mengusap lengan mamanya kemudian enyah dari sana.

Sepanjang anak tangga ke kamar, anak semata wayang itu terus mengepalkan tangan hingga kukunya meninggalkan jejak merah yang dalam dan mengerikan. Deru napasnya juga tak karuan sampai keringat dingin bercucuran di sekitar leher dan pelipis. Raut muka Geboy makin kacau saat papanya berteriak 'kabur saja terus' yang terdengar sampai kamar. Semua makin menyebalkan saat ponselnya terus berdering, berisi spam ucapan selamat atas terpilihnya Geboy dan Randu sebagai perwakilan sekolah masing-masing. Bahkan ada yang menyebutkan untuk pertama kalinya dalam sejarah Geng Senter, perebutan ketua bisa saja kembali terjadi karena kandidat sebelumnya sama-sama berkompetisi lagi di sini.

"Sial! Gue rantai lama-lama tuh anak biar nggak kebanyakan gaya. Heran!"

🔗

How do you feel about this chapter?

0 1 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Bumi yang Dihujani Rindu
8024      2413     3     
Romance
Sinopsis . Kiara, gadis bermata biru pemilik darah Rusia Aceh tengah dilanda bahagia. Sofyan, teman sekampusnya di University of Saskatchewan, kini menjawab rasa rindu yang selama ini diimpikannya untuk menjalin sebuah ikatan cinta. Tak ada lagi yang menghalangi keduanya. Om Thimoty, ayah Kiara, yang semula tak bisa menerima kenyataan pahit bahwa putri semata wayangnya menjelma menjadi seorang ...
To the Bone
204      186     1     
Romance
Di tepi pantai resort Jawel palace Christian mengenakan kemeja putih yang tak di kancing dan celana pendek seperti yang iya kenakan setiap harinya “Aku minta maaf tak dapat lagi membawa mu ke tempat- tempat indah yang ka sukai Sekarang kamu kesepian, dan aku benci itu Sekarang kamu bisa berlari menuju tempat indah itu tanpa aku Atau kamu bisa mencari seseorang pengganti ku. Walaupun tida...
Bus dan Bekal
3192      1476     6     
Romance
Posisi Satria sebagai seorang siswa sudah berkali-kali berada di ambang batas. Cowok itu sudah hampir dikeluarkan beberapa kali karena sering bolos kelas dan lain-lain. Mentari selalu mencegah hal itu terjadi. Berusaha untuk membuat Satria tetap berada di kelas, mendorongnya untuk tetap belajar, dan melakukan hal lain yang sudah sepatutnya seorang siswa lakukan. Namun, Mentari lebih sering ga...
Orange Haze
513      355     0     
Mystery
Raksa begitu membenci Senja. Namun, sebuah perjanjian tak tertulis menghubungkan keduanya. Semua bermula di hutan pinus saat menjelang petang. Saat itu hujan. Terdengar gelakan tawa saat riak air berhasil membasahi jas hujan keduanya. Raksa menutup mata, berharap bahwa itu hanyalah sebuah mimpi. "Mata itu, bukan milik kamu."
ARMY or ENEMY?
14707      4169     142     
Fan Fiction
Menyukai idol sudah biasa bagi kita sebagai fans. Lantas bagaimana jika idol yang menyukai kita sebagai fansnya? Itulah yang saat ini terjadi di posisi Azel, anak tunggal kaya raya berdarah Melayu dan Aceh, memiliki kecantikan dan keberuntungan yang membawa dunia iri kepadanya. Khususnya para ARMY di seluruh dunia yang merupakan fandom terbesar dari grup boyband Korea yaitu BTS. Azel merupakan s...
Depaysement (Sudah Terbit / Open PO)
3947      1605     2     
Mystery
Aniara Indramayu adalah pemuda biasa; baru lulus kuliah dan sibuk dengan pekerjaan sebagai ilustrator 'freelance' yang pendapatannya tidak stabil. Jalan hidupnya terjungkir balik ketika sahabatnya mengajaknya pergi ke sebuah pameran lukisan. Entah kenapa, setelah melihat salah satu lukisan yang dipamerkan, pikiran Aniara dirundung adegan-adegan misterius yang tidak berasal dari memorinya. Tid...
Acropolis Athens
5403      2033     5     
Romance
Adelar Devano Harchie Kepribadian berubah setelah Ia mengetahui alasan mendiang Ibunya meninggal. Menjadi Prefeksionis untuk mengendalikan traumanya. Disisi lain, Aram Mahasiswi pindahan dari Melbourne yang lamban laun terkoneksi dengan Adelar. Banyak alasan untuk tidak bersama Aram, namun Adelar terus mencoba hingga keduanya dihadapkan dengan kenyataan yang ada.
I love you & I lost you
6851      2458     4     
Romance
Kehidupan Arina berubah 180 derajat bukan hanya karena bisnis ayahnya yang hancur, keluarganya pun ikut hancur. orang tuanya bercerai dan Arina hanya tinggal bersama adiknya di rumah, ayahnya yang harus dirawat karena mengalami depresi berat. Di tengah hancurnya keluarganya, Arina bertemu kembali dengan teman kecilnya, Arkan. Bertemunya kembali mereka membuka sebuah lembaran asmara, namun apa...
LATHI
1934      787     3     
Romance
Monik adalah seorang penasihat pacaran dan pernikahan. Namun, di usianya yang menginjak tiga puluh tahun, dia belum menikah karena trauma yang dideritanya sejak kecil, yaitu sang ayah meninggalkan ibunya saat dia masih di dalam kandungan. Cerita yang diterimanya sejak kecil dari sang ibu membuatnya jijik dan sangat benci terhadap sang ayah sehingga ketika sang ayah datang untuk menemuinya, di...
Tulus Paling Serius
9812      1066     0     
Romance
Kisah ini tentang seorang pria bernama Arsya yang dengan tulus menunggu cintanya terbalaskan. Kisah tentang Arsya yang ingin menghabiskan waktu dengan hanya satu orang wanita, walau wanita itu terus berpaling dan membencinya. Lantas akankah lamanya penantian Arsya berbuah manis atau kah penantiannya hanya akan menjadi waktu yang banyak terbuang dan sia-sia?