Loading...
Logo TinLit
Read Story - Asoy Geboy
MENU
About Us  

Kata orang, tresno jalaran soko kulino, tapi mau sesering apa pun Geboy mengganti oli hari ini, ia enggak akan jatuh cinta pada merek murahan yang dipilih mahasiswi kampus sebrang--sebut saja Munaroh. Dilihat dari perawakan mesin dan aroma kepulan asap yang memprihatinkan, ia bisa memastikan motor ini hanya masuk bengkel kalau bermasalah saja. Lelaki berkalung handuk kecil itu pun mendengkus, mengusap keringat yang bercampur dengan debu jalanan--nasib latar pinggiran, lalu beranjak memberi tahu sang pemilik kendaraan kalau urusan sudah selesai.

"Kerjamu makin cepet aja, Boy," puji Kang Mus, teknisi senior yang setiap hari request kopi item panas dari warung tetangga, saat mengecek kerjaannya.

"Makasih, Kang."

Dalam hati, Geboy semringah dan pengin bilang, "Ya iyalah, Geboy gitu, lho."

Tapi, enggak jadi. Ia ingat kalau anak buah rekan papanya ini suka adu mekanik kalau bocah SMK sepertinya keseringan sesumbar. Terbukti waktu teman tongkrongannya ikut belajar di sini minggu lalu, satu jam mereka habiskan dengan pamer kelihaian dalam membongkar motor. Mau nimbrung pun percuma, track record Geboy belum sejauh itu. Bisa bermain-main setiap pulang sekolah saja sudah bersyukur. Ia banyak menjumpai berbagai masalah yang dapat dijadikan bekal di lapangan.

"Lanjut kerjain yang itu ya, Boy."

"Masalahnya apa, Kang?"

"Platinanya. Coba lo cek lagi aja."

Lelaki berambut agak gondrong dan sedikit basah itu berdiri lalu menghampiri Vespa 2-tak yang sejak siang nangkring di garasi. Ia meneliti dari bodi depan hingga samping karena merasa mengenalinya. Dari plat, warna, sampai posisi lecet yang ada di dekat setir.

"Lah, ini yang kapan hari masalah di busi nggak, sih, Kang?"

"Ho'oh. Masih inget aja lo. Biasalah. Skuter ginian banyak rewelnya."

"Buset. Keluar-masuk udah kayak banyak modal. Punya lo, ya?"

"Bukan, punya Ayang. Makanya baik-baik pegangnya. Jangan sampai lecet. Entar gue diputusin."

"Iya, deh."

Geboy menghabiskan sebotol zero coke sebelum memperbaiki skuter tawon yang katanya sering overheat sampai mogok berkali-kali. Masalah yang sering terjadi pada vespa klasik itu sudah jadi langganannya, jadi enggak heran kalau ia dipercaya demikian. Geboy memang pernah menunggangi PX 150 saat akhir SMP, tepatnya pas masih amatiran naik motor. Jadi, perawatan beginian lumayan di luar kepala.

Seperti dugaan, kerenggangan platina di motor ini enggak tepat. Geboy pun menyetel ulang jarak konektor minus dan plus sekitar 0,5 milimeter. Harus ideal, tegasnya. Karena kalau kurang, mesinnya bisa mudah batuk. Kalau lebih, percikan apinya enggak bisa bekerja secara maksimal.

"Beres, Kang!"

Lelaki di awal 20-an segera mendekati Geboy dan menepuk pundaknya. "Cepet banget. Emang nggak ada obeng lo, Boy."

"Nggak susah kok, Kang."

"Baguslah. Kerja lo sejauh ini mantep banget. Nggak kalah sama kesayangan bos yang itu tuh … sape, gue lupa. Anak SMK Makmur. Sepupu lo kan, ya?"

Raut muka Geboy berubah drastis. Alis tebalnya sontak mengerut dan ia juga menghela napas kasar. Jangan lagi! Ia menggerutu dalam hati. Tadi pagi ia sudah sarapan laporan nilai semester yang dibandingkan karena selisih 1 angka.

"Randu, Kang."

"Nah, iya. Dia. Si Randu. Itu juga jago banget lho, Boy. Anak Senter juga kan, ya?"

"Iya. Seangkatan."

"Ngeri. Geng lo dari dulu terkenal sama anggotanya yang pinter-pinter. Iri gue. Keren lo bisa gabung, jadi ketuanya lagi."

Geboy tersenyum paksa. Sebuah pujian memang, tapi ia telanjur bad mood gara-gara nama titisan syaiton di dalam percakapan mereka. Ia pun beranjak ke depan bengkel, mencuci muka di wastafel dekat pohon mangga, lalu mengganti kaus oblongnya dengan yang baru.

"Udah jam segini, gue cabut ke pangkalan dulu ya, Kang."

"Oke, hati-hati. Makasih ya bantuannya."

"Siap."

Geboy segera menuju pujaan hatinya, yaitu Honda CB 100 yang didapat setelah berhasil menjadi Ketua Geng Senter, perkumpulan remaja pengguna motor klasik di daerah ini. Ia lekas membelah jalan dengan motornya ke arah selatan sekitar 15 menit karena enggak macet. Setelah sampai ke Warung Abah--tongkrongan mereka, ia melepas helm dan menyalami anggota yang sudah menghadap kopi masing-masing.

"Baru dari bengkel, Boy?" tanya salah satu dari lima orang yang mengelilingi sepiring gorengan.

"Iya, nih. Belum rame, ya."

"Paling bentar lagi. Jidat lo kenapa, btw?"

Mendengar itu, Geboy refleks mengusap keningnya. "Kepentok ban yang dipajang Kang Mus. Taruh barang nggak kira-kira."

Sontak yang ada di sana terkekeh hingga memukul-mukul meja. Geboy hanya bisa nyengir dan menutupi goresan kecil di atas alis yang masih merah dan mengeluarkan darah. Enggak ada plester luka, belanya kalau disangka berniat estetik memamerkan itu. Wajah putih mulusnya kini enggak cuma beradu dengan tetesan oli, tapi juga jejak aksinya di sana-sini, seperti di pipi kiri, atas bibir, pelipis kanan, dan sekarang jidatnya. Tapi menurut Geboy, justru dengan begitu ia makin terlihat lakik dan garang.

"Muka udah kayak kain rombeng buat bersihin jok motor, tau nggak lo?" ejek si kribo yang mengunyah mendoan.

"Ck, yang penting laku."

"Pasti lo grasak-grusuk lagi nih, makanya nggak lihat-lihat ada ban segede bagong masih ditabrak."

"Nggak juga."

"Ngaku ae lah, Boy. Kayak kita nggak tau kebiasaan lo aja."

Geboy enggak mau ambil pusing. Ia memilih memesan es kopyor dan mi instan nyemek ke Abah, lalu balik lagi ke meja.

"Eh, gimana tentang LKS? Lo kepilih, nggak?"

"Jelas." Geboy menyeringai bangga.

"Syukurlah. Bisa bahaya kalau ketua kita nggak maju mewakili sekolah."

"Ya langsung out lah, Ngabs."

"Betul itu."

Senyum Geboy diiringi perasaan lega yang luar biasa. Tadi di sekolah, ia dipanggil salah satu guru dan dijelaskan mengenai Lomba Kompetensi Siswa Kategori Perawatan dan Perbaikan Sepeda Motor yang akan diadakan sebentar lagi. Tentu ia tahu, mengingat Geng Senter mewajibkan setiap ketua untuk memenangkan ajang bergengsi di dunia SMK itu. Layaknya moto mereka, "ketua haruslah pemenang", jadi enggak lucu kalau jangankan menang, ikut saja enggak sampai. Syukurlah, Geboy enggak lengser konyol gara-gara ini.

"Gue udah yakin sih, Boy, kalau lo yang bakal dipilih. Secara di SMK Sentosa nggak ada yang lebih jago dari lo. Kita-kita masih jauh, lah. Kurang fasilitas juga dari rumah."

"Dia jadi ketua nggak tanpa alasan, kan."

Geboy manggut-manggut. "Thanks. Moga aja lancar sampai entar."

"Amin, deh."

"Jangan santai dulu, Boy."

Komal, sahabat plus teman sebangku Geboy, berjalan dari belakang sambil membawa dua mangkuk mi. Ia lekas meletakkannya di meja, lalu kembali untuk mengambil kaleng kerupuk, dan duduk lagi di depan ketuanya dengan serius.

"Maksud lo apa, Mal?" Geboy mengerutkan kening.

"Gue denger kabar kalau si Randu jadi perwakilan sekolah sebelah," ucapnya sedikit berbisik.

"Njir, sumpah?" Bukan Geboy, melainkan si kribo yang amat antusias.

"Iya, ngapain juga gue ngibul. Lagian kenapa harus heran? Kan dia sama jagonya kayak Boy. Lebih jago dia malah, kalau boleh jujur."

"Asem lo, Mal!" Geboy melempar kacang asin ke muka lelaki itu.

Komal tertawa. "Sori. Becanda doang."

"Tapi gue setuju."

"Cuk!"

Geboy lekas menoyor kepala belakang kawannya yang baru saja menimpali Komal. Lagi, ia kini menekuk muka dan menyeruput mi malas-malasan. Kuah kental dari perpaduan telur kocok dan berbagai saus jadi enggak ada rasanya. Selera Geboy sudah porak-poranda.

"Lo mesti serius nih, Boy. Tau sendiri kan kalau tuh anak ngincar posisi ketua dari lama. Kemarin kalah dari lo karena kita-kita nggak suka sama sifatnya yang sengak dan sok pinter itu."

"Iya, males banget dipimpin sama orang yang merasa paling tinggi begitu."

"Bener. Pinter sih, tapi kerja sama timnya nggak banget."

Komal setuju dengan pendapat teman-temannya. "Tapi nggak bisa dipungkiri kalau skill-nya jauh lebih lumayan dari kita. Jadi gimana, Boy?"

Geboy mendengkus. Tangan kirinya mengepal kuat hingga gigi ikut bergeretak. Ia lantas menatap para anggotanya yang tengah menunggu respons.

"Gue nggak akan kalah dari dia."

***

How do you feel about this chapter?

0 0 1 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Sebelas Desember
5331      1585     3     
Inspirational
Launa, gadis remaja yang selalu berada di bawah bayang-bayang saudari kembarnya, Laura, harus berjuang agar saudari kembarnya itu tidak mengikuti jejak teman-temannya setelah kecelakaan tragis di tanggal sebelas desember; pergi satu persatu.
Gantung
857      547     0     
Romance
Tiga tahun yang lalu Rania dan Baskara hampir jadian. Well, paling tidak itulah yang Rania pikirkan akan terjadi sebelum Baskara tiba-tiba menjauhinya! Tanpa kata. Tanpa sebab. Baskara mendadak berubah menjadi sosok asing yang dingin dan tidak terjamah. Hanya kenangan-kenangan manis di bawah rintik hujan yang menjadi tali penggantung harapannya--yang digenggamnya erat sampai tangannya terasa saki...
START
329      223     2     
Romance
Meskipun ini mengambil tema jodoh-jodohan atau pernikahan (Bohong, belum tentu nikah karena masih wacana. Hahahaha) Tapi tenang saja ini bukan 18+ πŸ˜‚ apalagi 21+πŸ˜† semuanya bisa baca kok...πŸ₯° Sudah seperti agenda rutin sang Ayah setiap kali jam dinding menunjukan pukul 22.00 Wib malam. Begitupun juga Ananda yang masuk mengendap-ngendap masuk kedalam rumah. Namun kali berbeda ketika An...
Potongan kertas
1038      549     3     
Fan Fiction
"Apa sih perasaan ha?!" "Banyak lah. Perasaan terhadap diri sendiri, terhadap orang tua, terhadap orang, termasuk terhadap lo Nayya." Sejak saat itu, Dhala tidak pernah dan tidak ingin membuka hati untuk siapapun. Katanya sih, susah muve on, hha, memang, gegayaan sekali dia seperti anak muda. Memang anak muda, lebih tepatnya remaja yang terus dikejar untuk dewasa, tanpa adanya perhatian or...
Percayalah , rencana Allah itu selalu indah !
180      138     2     
True Story
Hay dear, kali ini aku akan sedikit cerita tentang indahnya proses berhijrah yang aku alami. Awal mula aku memutuskan untuk berhijrah adalah karena orang tua aku yang sangat berambisi memasukkan aku ke sebuah pondok pesantren. Sangat berat hati pasti nya, tapi karena aku adalah anak yang selalu menuruti kemauan orang tua aku selama itu dalam kebaikan yaa, akhirnya dengan sedikit berat hati aku me...
Toko Kelontong di Sudut Desa
6212      2253     3     
Fantasy
Bunda pernah berkata pada anak gadisnya, bahwa cinta terbaik seorang lelaki hanya dimiliki oleh ayah untuk anaknya. Namun, tidak dengan Afuya, yang semenjak usia tujuh tahun hampir lupa kasih sayang ayah itu seperti apa. Benar kata bundanya, tetapi hal itu berlaku bagi ibu dan kakeknya, bukan dirinya dan sang ayah. Kehidupan Afuya sedikit berantakan, saat malaikat tak bersayapnya memutuskan m...
Dandelion
543      358     1     
Inspirational
Masa lalu yang begitu menyakitkan, membuatnya terpuruk. Sampai pada titik balik, di mana Yunda harus berjuang sendirian demi sebuah kesuksesan. Rasa malas dan trauma dari masa lalu ditepis demi sebuah ambisi yang begitu berat. Memang, tidak ada yang bisa mengelak dari masa lalu. Namun, bisa jadi masa lalu itu merupakan cambukan telak untuk diri sendiri. Tidak masalah pernah terpuruk dan tertin...
Bimbang (Segera Terbit / Open PO)
6688      2173     1     
Romance
Namanya Elisa saat ini ia sedang menempuh pendidikan S1 Ekonomi di salah satu perguruan tinggi di Bandung Dia merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara dalam keluarganya Tetapi walaupun dia anak terakhir dia bukan tipe anak yang manja trust me Dia cukup mandiri dalam mengurus dirinya dan kehidupannya sendiri mungkin karena sudah terbiasa jauh dari orang tua dan keluarganya sejak kecil juga ja...
Mr.Cool I Love You
161      143     0     
Romance
Andita harus terjebak bersama lelaki dingin yang sangat cuek. Sumpah serapah untuk tidak mencintai Andrean telah berbalik merubah dirinya. Andita harus mencintai lelaki bernama Andrean dan terjebak dalam cinta persahabatan. Namun, Andita harus tersiksa dengan Andrean karena lelaki dingin tersebut berbeda dari lelaki kebanyakan. Akankah Andita bisa menaklukan hati Andrean?
I'm not the main character afterall!
1504      789     0     
Fantasy
Setelah terlahir kembali ke kota Feurst, Anna sama sekali tidak memiliki ingatan kehidupannya yang lama. Dia selama ini hanya didampingi Yinni, asisten dewa. Setelah Yinni berkata Anna bukanlah tokoh utama dalam cerita novel "Fanatizing you", Anna mencoba bersenang-senang dengan hidupnya tanpa memikirkan masalah apa-apa. Masalah muncul ketika kedua tokoh utama sering sekali terlibat dengan diri...