Loading...
Logo TinLit
Read Story - Bee And Friends 2
MENU
About Us  

Seusai menyemangatinya. Vitto pun menghilang sementara Bee melanjutkan menulisnya. Selain menulis, ia biasanya membersihkan rumah seperti biasa, memberi pakan tujuh kucingnya—yang ada di rumah dan di penggilingan padi seraya membersihkan litter box mereka karena itu sudah tanggung jawabnya sebagai majikan. Apalagi menjadi majikan baik seperti dirinya dan Dee. Mereka berdua sejak sedari kecil sangat menyukai kucing—cat lovers. Ia dan Dee akan merawat dengan sebisanya walaupun tidak pernah membawa kucing-kucingnya ke dokter hewan. Bagi mereka, mereka sangat ingin membawanya ke dokter hewan yang jarak dari rumah agak jauh. Mereka paham, dari segi finansial saja tidak cukup untuk membiayai ketujuh kucing mereka. Bee menyebut dirinya sebagai "Majikan Miskin."
Kalaupun ada sedikit uang, ia sebisa mungkin akan membeli kebutuhan kucing-kucingnya. Terutama obat-obatan yang dibutuhkan. Dari segi memang dirinya terbilang kurang. Namun apa daya. Bila memiliki rezeki lebih, ia akan membelikannya dan sisanya akan digunakan untuk tabungan esok atau kasarnya mendesak. Kerap sang ibu meminjam uang padanya hanya untuk membayar gerabah yang dibeli, uang itu kurang. Dengan enggan, Bee akan meminjamkannya biar tidak ikhlas. Dan di kemudian hari uang itu ditukar kembali. Berbanding jauh dengan ketiga adik sepupunya yang uang tidaklah butuh alias bisa dicari. Dengan menjentikan jemari. Walaa!
Seperti Harry Potter mengancungkan tongkat sihirnya dengan menggumamkan mantra Reparo ke barang yang rusak dan rapuh, lalu barangnya dalam sekejap kembali utuh dan baru. Apa pun keinginan mereka bisa terpenuhi dan memilikinya secara utuh. Barang atau sesuatu yang diinginkan. Barang malah sekalipun, ketiga adik sepupunya mampu untuk membeli dengan bermodal meminta kepada sang papa. Ia? Meminta? Jangan untuk meminta, pasti tidak akan dituruti. Uang saja ia berhemat, apalagi meminta kepada orangtuanya? Pasti dari pembaca Wattpad ada yang pernah, sering, atau pun mirip dengannya? Kalau iya, acungkan tangan kalian ke atas. Untuk uang yang ia dapatkan dari honor dari cerpennya saja tidak cukup. Pernah, mencoba mencari pekerjaan di internet, tetapi yang diminta D3 (Diploma 3) dan S1 (Sarjana 1). D1, di tempatnya pun tidak banyak, jarang sekali ditemui. Paling D1 hanyalah pangkat paling terendah. Mungkin diterima sebagai office girls, bakal terima.

Ia iri. Iri terhadap saudara-saudaranya. Bisa sekolah sampai tinggi. Di Universitas terkenal. Universitas negeri maupun swasta.

Aku enggak mungkin bisa seperti mereka. Seusaha apapun itu aku enggak bisa seperti mereka, pikirnya.

Masih beruntung dapat menjenjang sekolah yang tinggi, tapi tidak tinggi amat sih. Cuma berpangkat D1 ia seakan bersyukur kepada Tuhan dirinya bisa melanjutkan sekolah. Tunduklah, lihatlah mereka yang masih di bawahmu. Yang sama sekali tidak bisa sekolah karena keterbatasan biaya. Yang sekolahnya hanya lulusan SMK dan SMA, kepingin kuliah saja juga tidak bisa. Apalagi seorang anaknya yang dari lahir sudah terkenal pintar, mendapatkan beasiswa. Sah-sah saja. Asalkan giat dan tekun. Bukan seorang anak yang tidak ingin sekolah dengan alasan tidak betah dan sampai dua bulan tidak pernah masuk, tidak merasakan keluarganya yang mengurusinya jatuh-bangun! Menghabiskan berjuta-juta biaya yang dikeluarkan orangtuanya. Coba? Kalian berpikir, apakah itu saat disayangkan! Sangat disayangkan!

"Untungnya aku sekolah enggak sampai kayak begitu," gumamnya, mengelus dada.

Dulu, sewaktu masih SMA, menginjak kelas satu, pernah di benaknya, berpikiran ke sana—tidak betah dan ingin betah. Dipikir ulang, ibunya yang bersusah payah banting tulang bersama ayahnya membiayai mulai dari mendaftar, membeli seragam dan atribut hingga membayar SPP-nya yang ditotal hampir satu juta. Bayangkan uang segitu bisa untuk membiayai sekolahnya. Sekolahnya memang dulu terkenal di masa tahun 90-an. Sekolah yang ia belajar adalah sekolah bekas ibunya dulu. Dulu, muridnya ribuan. Seiring tahun ke tahun, sekolahnya yang berdomisili di Kota Kepanjen. Di masa kelas satu hingga kelas tiga akhir, ia menjalani hari-harinya seperti murid sekolahan pada umumnya. Sebisa mungkin bersosialisasi. Bersosialilasi dengan penghuni sekolah, membuatnya tidak merasa suka. Bukannya tidak merasa suka, di kelas, teman-temannya kerap mengolokinya. Ada yang bilang anak mama, kayak anak kecil, dan ada yang bilang, ia berkenalan dengan seorang cowok dari media sosial, terutama masih boming-boming-nya handpone BBM dan Twitter. Apa salahnya ia berkenalan dengan seorang cowok, dari ranah jauh, berbaik hati berteman dan berkenalan dengan. Selama ia kuliah,sampai ia lulus, putus kontak dengannya. Menjadi pengangguran sampai sekarang, teringat ia masih memiliki teman dari SMA dulu dari Twitter. Sekadar iseng, ia pernah memutuskan untuk mencari temannya lewat akun Twitter barunya. Setelah ketemu, beranjak mencarinya lewat akun Instagram-nya. Tak heran, namun yang ada kaget, ternyata, teman yang selama ini sudah putus kontak dengannya berhasil ia temukan! Tanpa menunggu, langsung meng-chat lewat DM. Alhasil, tanpa diduga, besoknya, temannya membalas DM-nya! Menanyakan kabarnya. Berlanjut meminta nomor WhatssAp, yah, dia sudah menikah, Bee jarang kontak dengannya agar menjaga jarak. Tunggu dulu, nomornya masih disimpannya. Kadang kala menanyakan kabar. Sekarang, temannya itu melanjutkan kuliah yang mengambil S2. Hebat, kan? Setelah lulus, temannya itu langsung diterima kerja di pabrik pembuatan cokelat di Kota Jember. Ia mengakui, selama berteman, temannya itu ternyata sepintar Hermione Granger. Sinar muncul bersinar di belakangnya. Sinar itu memperlihatkan sosoknya yang mungil dan wajahnya yang imut.

"Hallo, Bee!" sapanya. Menghampirinya. Duduk di atas kursi kayu.

"Hai," jawabnya.

"Kamu habis ngapain?"

"Tuh, habis nyapu-nyapu. Selepannya kotor."

Sehabis dari rumah, Bee dan adik kembarnya berangkat menuju penggilingan padi. Seperti biasa mereka membukanya. Memberi pakan dan air matang untuk keempat kucingnya dari rumah. Ketujuh kucingnya sengaja sebagian ia letakkan di penggilingan padi. Karena di tempat itu, sering sekali banyaknya tikus. Dulu, sang ayah memelihara seekor anjing. Dua anjing. Seiring memeliharanya, yang ada dalam keadaan mati akibat diracun orang. Mirip yang dialami dua kucingnya, Aming dan Albus Dumbledore. Sangat disayangkan, kedua kucing jantan mereka yang sangat disayangi telah mati. Albus Dumbledore, mati di dalam kandang di samping rumah. Mereka memberinya susu beruang. Naas, tidak tertolong. Pamannya pernah menawarkan untuk membawa si Albus ke dokter, dengan membiayainya. Ia dan adik kembarnya menolak dengan halus. Tidak ingin merepotkan atau ikut campur, terlebih itu meminta, membelikan kepada paman mereka. Sementara Aming, yang beberapa hari masih sehat dan bermain di penggilingan padi, sempat bermanja pada Bee (ia mengelus kepalanya). Keesokannya di depan rumah sering tercium seperti bau bangkai. Saat menjemur pakaian, ia mengira bangkai tikus. Namun besok-besoknya saat menyapu di samping rumah, tercium bau bangkai itu. Penasaran, memeriksa dan mencari asal baunya. Ternyata, saat ditemukan, ia menemukan kucing berbulu hitam-putihnya yang memiliki tompel di bawah hidung sudah menjadi bangkai. Sontak ia berteriak menangis mengetahui kucingnya telah mati mengenaskan dengan wajah yang tidak dikenali lagi  dengan perut menggembung membesar.

Khalisya menatap keempat kucing milik Bee melahap makanannya.

"Mereka kelaparan," katanya.

"Memang mereka kelaparan," jawab Bee melanjutkan menyapunya.

"Bee," masih menatap keempat kucing."Katanya Bang Vitto, kamu enggak nge-chat lagi ya, sama temanmu yang suka kucing itu?"

"Enggak lagi."

"Katanya Bang Vitto lagi, kamu ngerawat kucing-kucingmu sebisa, semampumu."

"Iya."

"Seandainya aku bisa membantu dari segi finansial... Tapi, itu enggak mungkin... Aku—kami itu cuma karakter fiktif, walau ada uang, uang itu juga fiktif..."

Bee tersenyum."Iyalah. Aneh kamu!"

"Misalkan ada uang, kami bakal membantumu, kok. Jangan untuk membantu, kami akan selalu menemanimu. Kamu pastinya masih sebal karena temanmu itu memberi saran, tapi kamu enggak pernah mendengar saran darinya. Bang Vitto bilang, kamu mendengar saran dari temanmu dan temanmu tahu kamu kekurangan dari segi finansial. Kami akan menyemangatimu. Kamu mau menulis, kamu kirimkan ke penerbit besar atau mencari usaha yang lain sekiranya cocok buat kamu kuasai."

"Enggak apa-apa. Sudah cukup kalian menyemangatiku. Apalagi menemaniku setiap hari."

"Kamu enggak sendirian! Masih ada kami yang menemanimu! Biar saja saudara-saudaramu atau orang lain yang mengataimu enggak memiliki teman."

Bee masih menyunggingkan senyumnya. Di kala ia sendirian, masih ada teman yang masih menerima dan menemaninya hingga kini.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Jelita's Brownies
4148      1593     11     
Romance
Dulu, Ayahku bilang brownies ketan hitam adalah resep pertama Almarhum Nenek. Aku sangat hapal resep ini diluar kepala. Tetapi Ibuku sangat tidak suka jika aku membuat brownies. Aku pernah punya daun yang aku keringkan. Daun itu berisi tulisan resep kue-kue Nenek. Aku sadar menulis resep di atas daun kering terlihat aneh, tetapi itu menjadi sebuah pengingat antara Aku dan Nenek. Hanya saja Ib...
Titip Salam
3786      1454     15     
Romance
Apa kamu pernah mendapat ucapan titip salam dari temanmu untuk teman lainnya? Kalau pernah, nasibmu hampir sama seperti Javitri. Mahasiswi Jurusan Teknik Elektro yang merasa salah jurusan karena sebenarnya jurusan itu adalah pilihan sang papa. Javitri yang mudah bergaul dengan orang di sekelilingnya, membuat dia sering kerepotan karena mendapat banyak titipan untuk teman kosnya. Masalahnya, m...
My Story
575      325     1     
Short Story
there’s always a first for everything, but will it always end up good or
Rewrite
9187      2670     1     
Romance
Siapa yang menduga, Azkadina yang tomboy bisa bertekuk lutut pada pria sederhana macam Shafwan? Berawal dari pertemuan mereka yang penuh drama di rumah Sonya. Shafwan adalah guru dari keponakannya. Cinta yang bersemi, membuat Azkadina mengubah penampilan. Dia rela menutup kepalanya dengan selembar hijab, demi mendapatkan cinta dari Shafwan. Perempuan yang bukan tipe-nya itu membuat hidup Shafwa...
KILLOVE
4464      1398     0     
Action
Karena hutang yang menumpuk dari mendiang ayahnya dan demi kehidupan ibu dan adik perempuannya, ia rela menjadi mainan dari seorang mafia gila. 2 tahun yang telah ia lewati bagai neraka baginya, satu-satunya harapan ia untuk terus hidup adalah keluarganya. Berpikir bahwa ibu dan adiknya selamat dan menjalani hidup dengan baik dan bahagia, hanya menemukan bahwa selama ini semua penderitaannya l...
Kembali Utuh
780      466     1     
Romance
“Sa, dari dulu sampai sekarang setiap aku sedih, kamu pasti selalu ada buatku dan setiap aku bahagia, aku selalu cari kamu. Begitu juga dengan sebaliknya. Apa kamu mau, jadi temanku untuk melewati suka dan duka selanjutnya?” ..... Irsalina terkejut saat salah satu teman lama yang baru ia temui kembali setelah bertahun-tahun menghilang, tiba-tiba menyatakan perasaan dan mengajaknya membi...
A Missing Piece of Harmony
229      182     3     
Inspirational
Namaku Takasaki Ruriko, seorang gadis yang sangat menyukai musik. Seorang piano yang mempunyai mimpi besar ingin menjadi pianis dari grup orkestera Jepang. Namun mimpiku pupus ketika duniaku berubah tiba-tiba kehilangan suara dan tak lagi memiliki warna. Aku... kehilangan hampir semua indraku... Satu sore yang cerah selepas pulang sekolah, aku tak sengaja bertemu seorang gadis yang hampir terbunu...
Rose The Valiant
4244      1433     4     
Mystery
Semua tidak baik-baik saja saat aku menemukan sejarah yang tidak ditulis.
I Hate My Brother
457      321     1     
Short Story
Why my parents only love my brother? Why life is so unfair??
Bye, World
7812      1839     26     
Science Fiction
Zo'r The Series: Book 1 - Zo'r : The Teenagers Book 2 - Zo'r : The Scientist Zo'r The Series Special Story - Bye, World "Bagaimana ... jika takdir mereka berubah?" Mereka adalah Zo'r, kelompok pembunuh terhebat yang diincar oleh kepolisian seluruh dunia. Identitas mereka tidak bisa dipastikan, banyak yang bilang, mereka adalah mutan, juga ada yang bilang, mereka adalah sekumpul...