VITTO membuyarkan lamunannya."Sudahlah, Bee, kalau mereka seperti itu, sekali itu diubah, kamu kepingin mengubah mereka, tetap saja. Terpenting sekarang, kamu pikirin untuk masa depanmu. Kamu sebagai saudara, hanya membantu, kan? Enggak lebih."
Dipikir-pikir omongannya VITTO Gabrille ini benar. Ya, sekarang yang dipikirkan adalah masa depannya, bukan orang lain! Ia dan Dee, hanya sekadar membantu menampung ketiga anak almarhum tantenya.
"Tapi, apakah mereka akan berbalik atau berbalas budi kepadamu-kepada keluargamu, Bee?" tanya VITTO.
Bee terdiam. Seperti apa yang ditanyakan VITTO. Apakah ketiga adik sepepunya itu akan bila nantinya berbalas budi padanya? Atau malah sebaliknya?
"Aku enggak tahu, TO..."
"Apa kamu pernah berpikiran seperti itu?"
"Pernah. Bahkan itu sering."
"Ketiga adik sepupumu itu berbalas budi padamu, sebalik bagaimana?"
"Dilihat dulu, deh."
VITTO ikut terdiam."Sebaliknya, ketiga adik sepupumu itu enggak membalaskan budi, kamu menyesal?"
"Enggak."
"Akan apa terjadinya mereka bertiga enggak berbalas budi padamu. Aku sebenarnya kasihan sama kamu. Kamh di sini malah banyak disusahkan. Terlebih disusahkan oleh saudara-saudaramu yang lain... Bee, kamu jangan terus-terusan dibodohi seperti ini! Kamu cewek yang bisa diandalkan. Semua bisa kamu kerjakan. Kamu gadis yang baik. Ramah sama setiap orang. Dibaliknya kamu malah digunjingkan..." VITTO tidak terima."Aku ngomong kayak begini, ini demi kebaikanmu. Bukan aku, melainkan Keke sama Vitto besar pun sama."
"Iya. Aku ngerti. Aku harus lebih pintar daripada mereka," kata Bee,"lebih pintar dengan caraku, dan usahaku sendiri."
"Betul. Kamu berusaha. Teruslah menulis kalau kamu mempunyai kemampuan maupun hobi. Jangan menyerah. Kalau mereka tetap seperti itu terhadapmu, apa akan terjadi bila kamu berhasil dan membuka mata mereka," VITTO melototkan kedua matanya lebar.
"Jangan melotot kayak begitu," Bee tertawa menatapnya."Kamu kayak Yamato Anbu, deh, kalau melotot."
VITTO masih melototkan kedua matanya."Kamu enggak takut kalau aku melotot kayak begini?"
"Hahaha. Enggaklah!" Bee tertawa,"malah terlihat lucu daripada menyeramkan."
Pemuda berambut berduri itu mengedipkan kedua mata. Tidak melotot lagi."Vitto Besar pernah melotot kayak begitu ke Keke."
"Terus dia takut?"
"Enggak takut dia. Malah ditonjok mukanya sama Keke dengan sekali pukul."
Bee meringis. Membayangkan wajah manis Vitto ditonjok sekali pukul oleh adiknya sendiri."Aww, pasti sakit..."
"Sakit pastinya. Sampai luka lebam biru-biru. Dia memang kuat kayak Shiva. Vitto Besar sampai dibawa ke rumah sakit gara-gara itu."
"Dia baik-baik saja, kan?"
"Seperti yang kamu tahu. Dia enggak berani masuk. Mukanya ditutupi sama topeng musang."
"Jadi Anbu, dong!"
VITTO teringat."Sudah ya, aku balik dulu. Besok-besok aku ke sini lagi. Kamu yang baik-baik di sini. Ada masalah lagi, cerita pada kami. Pasti kamu akan mendengarkan, menghiburmu," pamitnya, melambaikan tangan pada Bee, seluruh tubuhnya disinar cahaya. Menghilang.
Bee belum bisa rebahan jika tugas rumah yang diembannya belum terselesaikan. Ia keluar dari kamar, berjalan ke dapur untuk menjemur pakaian.
**
Dee bercerita, selesai dengan acara bersih-bersih rumah dan segala macam hal di rumah telah terselesaikan, Bee mendengarkan Dee bercerita tentang adik sepupu perempuan mereka di penggilingan padi.
"Aku lihat-lihat, semakin hari dia lengket dengan pacarnya, Kak Bee," ceritanya.
"Biar enggak kamu ceritakan aku sudah tahu."
"Kayak omongannya Ibu waktu itu," tambah Dee.
"Yang Ibu waktu itu telepon sama Bunda?"
"Iyalah."
"Kalau sudah bucin mau diapakan? Memang Naga Mahendra Putra apa?"
"Wis, jarna wae, Kak. Aku sajane ora seneng karo pacare. Padahal sadurunge arep mlebu kuliah, arep ke kost-an, wis janji karo Ibu. Kok iki malah mblenjani janji?"
Ingkar janji. Setiap orang mestinya sering atau pernah mengalami diingkari oleh orang. Kita sudah janji, janganlah untuk mengikari. Sebaliknya, orang itu mempunyai janji terhadap kita, orang itu mengingkari janji kita. Sebal, kan? Pastinya pembaca di sini sebal ataupun jengkel. Sama yang dialami oleh Bee. Pernah, ia memberikan pesan pada adik sepupu perempuannya itu. Saat akan pergi kuliah atau ke kembali kost.
"Jangan pacaran dulu, Ca. Belajar yang rajin," pesan Bee.
"Iya, Mbak."
Hanya kata iya. Dibalik kata iya, semua berbanding terbalik-berbanding 360. Kata iya, menjadi ingkar. Apa akan terjadinya diingkar? Adik sepupunya memang sudah kuliah, sudah dewasa. Tapi, dari segi pemikiran sangat jauh dengan Bee. Bee mengerti akan keadaan sekitarnya. Seperti kata Khalisya, ia peka.
"Ala, Dee, njarna wae. Sing penthing dudu awake dhewe," kata Bee.
Dulu, masih sekolah adik sepupunya, pernah berpacaran dengan kakak kelasnya sewaktu SMP. Lama berpacaran, putus. Sewaktu ia dan Dee di sana, ke Balikpapan, menginap di rumah almarhum tantenya semasih hidup. Pacarnya pernah berkunjung ke rumahnya. Ia dan Dee memutuskan mengurung diri di dalam kamar adik sepupunya. Pembicaraan adik sepupu dan sudah menjadi mantan pacarnya itu masih terdengar di lantai atas. Mantan itu bekerja sebagai tukang resparasi komputer dan laptop. Mantan pacarnya malu ada sang papa datang, dan pernah tidak berkunjung ke rumah, kata si adik sepupu bungsunya. Alasannya, takut ada barang berharga di rumahnya (barang-barang mahal). Kata ayah Bee, yang mana pacar baru adik sepupunya, sama sekali tidak dikenalkannya. Apalagi dengan Bee. Salah satu dari keluarga, mempunyai orang baru atau orang yang belum dikenal, maka dia akan mengenalkannya. Aneh. Benar-benar aneh. Bee dulu mempunyai teman kuliah, ia akan mengenalkannya kepada ibu dan bapaknya. Sudah seharusnya sang anak, memiliki teman atau seseorang yang disukai berkunjung ke rumah, di keluarga harus saling mengetahui agar tidak salah paham. Diingat, mirip sekali dengan mantan pacar Dee sewaktu SMA dulu. Mantan pacarnya itu soal muka, tidak terlalu tampan. Berkulit cokelat, dan berbadan bongsor mirip gentong pasir Kazekage Kelima, Sabaku no Gaara. Semenjak Dee berpacaran, cowok itu suka sekali mampir, ujung-ujungnya apel. Tunggu dulu! Apel sih apel, tapItu ejekan dari Bee untuknya alih-alih dirasa menjengkelkan. Dari dulu ia sangat merasa ifeel terhadapnya. Dibahas tetang mantan pacarnya, Dee membalas,"Halah, aku cuek saja. Buktinya dia sudah menikah? Apa urusanku sama dia?" dengan mulut maju.
Bee, memang sempat berpacaran. Berpacaran dengan cowok dari Medan, umurnya masih dibawahnya. Sekitar SMA kelas tiga dan hubungannya pupus setelah ia mencoba chat di LINE. Di chat-nya yang berisi:
Kita sudah enggak melanjutkan hubungan lagi.
Bee membacanya terkejut, segera ditepisnya pikiran buruk. Ia tidak membalas, membiarkannya. Sesekali membuka LINE, hanya sekadar mengganti foto atau background saja terkadang sama sekali tidak pernah. Berbeda sekali dengan saudara-saudaranya yang lain, mengumbar-ngumbar kemesraan dan setiap hang out berfoto selfie ria. Tak ayal dijadikan foto profile di WhatssAp. Jangankan ia? Bee sangat jarang atau bahkan tidak pernah memamerkan kemesraan! Karena ia tidak punya kekasih! Apa akan terjadinya bila ia punya kekasih? Jones atau istilahnya Jomblo Ngenes! Seorang pengangguran! Apakah ada seorang kekasih yang selama ini ditunggu-tunggunya?