Read More >>"> Gino The Magic Box (Bab 17: Pasti Bisa (End)) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Gino The Magic Box
MENU
About Us  

"Kamu enggak apa-apa, kan?" kata Virgo, meraih muka Ayu."Mana yang sakit?"

Ayu menutup mukanya yang sakit."Saya enggak apa-apa."

"Ngapain kamu di depan pintu?"

"Saya... Saya..."

Virgo segera tahu."Kamu nguping, ya, tadi?"

Ayu terdiam.

Virgo tertawa."Benar, kan? Kamu mau menemui Rangga dulu?"

"Memang saya mau menemui abang."

"Bagaimana skripsimu?"

Virgo menunggu.

"Saya lulus, Bang," kata Ayu.

"Kamu lulus?" Virgo tidak percaya."Beneran kamu lulus?!"

"Ya, saya lulus, Bang," Ayu membenarkan."Abang senang bukan kalau saya lulus?"

"Woow, Ayu, kamu hebat!" puji Virgo senang.

Dua kali pemuda tinggi ini memujinya. Ayu merasakan senang. Namun, teringat dia pernah menyindirnya waktu itu, hatinya kembali terasa sakit. Apakah ia mau memaafkan pemuda yang sudah menjadi kekasihnya kini? Bahkan, Rangga enggan memberikan maaf kepadanya. Atau hatinya yang sakit rasa sakitnya hanya ia simpan?

"Kenapa?"

"Enggak, kok, Bang," kata Ayu, menutupi.

"Bener, nih?" Virgo memastikan."Ya sudah, sebelum pulang, kamu temui abangmu, beritahu berita bahagia
ini," suruhnya.

Ayu melewatinya. Masuk ke dalam ruangan. Menghampiri abangnya. Virgo mendengar dari luar ruangan, mendengar Rangga tampak bahagia.

"Beneran, Ay?!" seru Rangga.

"Iya, Bang."

"Wah, adikku hebat!" Rangga berdiri, memeluknya erat.

Virgo tersenyum. Melihat Rangga melepas pelukannya, membiarkan adiknya keluar dari ruangan.

"Kalau begitu kita pulang," ajak Virgo.

"Lho, Abang nganterin saya pulang?"

"Iya. Karena abangmu memberikan perintah untuk mengantarmu pulang dan menitipkanmu kepada saya."

"Abang yang ngomong begitu?"

"Begitulah pesannya. Ayo, kita
pulang," ajak Virgo.

Mereka berjalan menghampiri area parkir khusus mobil melayang. Menghampiri satu mobil di antara mobil-mobil yang terpakir rapi. Menghampiri mobil berwarna cokelat kinclong. Ayu membuka pintu, masuk duluan disusul Virgo di sebelah kanan. Menyalakan mesin, dan mobil melayang pun melaju melayang keluar dari area parkir menuju gerbang. Mereka di sapa oleh dua robot satpam yang sedang berjaga. Berbelok, melaju ke arah jalan raya.

"Sebelum pulang, mau enggak saya ajak?" tawar Virgo.

"Ke mana?"

"Ke suatu tempat pokoknya."

Ayu perasaannya mulai muncul tidak enak, bercampur takut, pikirannya muncul pikiran macam-macam. Virgo seketika tahu, kenapa gadis mungil ini mendadak diam."Hahaha. Enggak usah takut begitu," katanya, fokus mengemudi."Kita ke tempat nongkrongan yang lagi nge-hits. Saya baru browsing di internet dan tempat itu banyak dikunjungi pengunjung. Tapi, saya belum pernah ke sana."

Mobil melayang melesat ke arah jalan, yang mana jalan itu belum pernah dilalui. Jalan tersebut adalah jalan pintas. Ayu tampak bingung melihat setiap jalan di hadapannya.

"Kamu jarang keluar rumah, ya?"

"Jarang sekali," kata Ayu.

"Apa Rangga selalu melarangmu?"

"Abang enggak pernah melarang saya."

"Terus?"

"Sayanya saja yang enggak suka keluar jalan-jalan. Apalagi itu sekadar nongkrong atau beli buku di toko buku."

"Kamu suka mengurung diri di kamar?"

"Ya, saya suka mengurung diri di kamar."

"Kamu enggak bosan apa?"

"Bosan sih bosan. Tapi saya sudah terbiasa."

"Misalnya ya, misalnya. Kalau saya ajakin jalan, kamu mau? Kayak sekarang ini."

Ayu menimbang-nimbang. Mereka resmi menjadi sepasang kekasih, tetapi ia sendiri jarang hang out bersama. Memang, ia menembak Virgo duluan. Keluar bersama kekasih itu menurutnya bukanlah hal wajib. Akan menolak, ia takut pemuda ini marah.

"Saya mau," cicitnya."Misal Bang Rangga tanya Abang ngajakin saya bagaimana?"

"Dia tahu kalau kamu menyukai saya."

"Misalnya enggak diizinin?"

"Saya akan membujuknya terus. Dia terlalu protektive padamu. Terlalu mengkhawatirkanmu. Selama enggak ada dia, sayalah yang akan menjagamu," ujar Virgo.

Menjaganya katanya?

"Dia bercerita, selesai wisudamu pada bulan ini, pada bulan berikutnya, dia akan ikut seminar."

"Benarkah, Bang?" Ayu memainkan jemarinya seperti Hinata malu kepada Naruto.

"Selama kamu bersama saya, kamu akan tetap aman. Itu tempatnya," tunjuk Virgo.

Mobil melayang berbelok ke salah satu gedung di mana ada area parkir. Mobil berhenti di samping mobil melayang berwarna putih. Tampak gadis cantik bersama sang pacar masuk ke dalam. Akan beranjak dari situ. Pintu terbuka otomatis. Mereka turun. Melangkah keluar. Ayu menoleh, menatap gedung di samping gedung khusus area parkir. Gedung itu bertuliskan huruf kapital "SWEET MOTEL".

"Hah?!" Melirik Virgo dengan muka sudah merona. Perasaannya antara berdebar dan takut.

"Hm?" Virgo ikut mendongak. Membaca tulisan di gedung sebelah."Oh, kita ke situ," tunjuk Virgo dengan telunjuknya ke tempat lain bermodel mirip kafe. Dia tersenyum menggoda."Atau kita ke sana saja." Mendekati Ayu.

Ayu salah tingkah. Jantung berdebar. Rasa takutnya kian bertambah. Apa yang harus dilakukannya sekarang? Jika mereka melakukan, apa yang akan dikatakan ke Rangga?

Virgo akan merangkulnya, sebelum Ayu menghindarinya."Jangan!"

Virgo mengernyitkan alis.

"Apa maksudmu dengan 'jangan'?"

"Sa-saya... Belum siap!"

Virgo membelalakkan mata. Apa yang sedang dipikirkan gadis mungil ini?

"Belum siap katamu?" Meraih tangan Ayu. Menariknya lalu merangkulnya erat. Kembali menggodanya."Kita akan ke sana. Di sana pastinya kamu senang."

Ayu tidak bisa berkutik sekarang. Cowok ini ternyata memiliki sifat yang dimiliki kebanyakan kaum adam lainnya. Sifat mesumnya muncul! Ia pasrah. Dalam hati ia meminta maaf akan kebodohannya menerima cowok yang merangkulnya erat. Masih dengan senyum menggoda, Virgo mengajaknya ke arahnya menuju tempat itu, membawanya entah ke mana. Ayu hanya bisa menutup mata. Ia merasa bersalah pada dirinya sendiri juga kepada abangnya. Terdengar suara hiru-pikuk keramaian.

"Kita sampai," kata Virgo.

Ayu membuka mata. Virgo mengajaknya ke arah kursi kosong.

"Bagaimana? Kamu suka tempatnya?"

Ayu menatap sekeliling tempat itu. Di depan ada papan gantung bertuliskan Bukan tempat itu. Melainkan tempat yang dimaksud Virgo. Nama tempat itu bernama Dreame of Mini. Kafe kekinan. Banyaknya pengunjung yang rata-rata kalangan kaum muda sedang mengobrol dan menyantap makanan yang dipesan. Kafe itu besar. Ada dua tempat yang disediakan untuk para pengunjung. Di luar maupun di dalam.

"Kamu duduk saja. Saya mau pesan makanan dulu di sana," Virgo beranjak meninggalkannya ke depan untuk mengantri. Ia menggeser kursi, duduk, melihat Virgo sudah ditatap oleh para gadis dengan pandangan kagum. Ia sudah melihat biasa kekasihnya dikagumi oleh para gadis. Menunggunya memesan makan dan minuman. Terbayang dirinya sewaktu terkurung di bola hitam. Misalnya ia tetap di sana dan Virgo tidak menyelamatkannya, mungkin kampus milik keluarganya meledak. Membayangkan dirinya tidak bisa menghentikan Gustov. Membuatnya kembali tidak bersemangat.

"Aku lemah," katanya pelan."Aku memang bodoh."

Sela beberapa jam, Virgo kembali dengan membawa minuman cokelat dingin di tangan kanan dan makansn berupa cokelat di tangan kiri. Menghampiri meja, menggeser kursi, duduk. Dia tahu Ayu kembali memasang wajah sedih.

"Nanti saya cium lagi lho," katanya, meletakkan minuman dan makanan yang dipesan.

"Saya enggak bersedih, kok," tepis Ayu.

"Itu barusan apa?"

Ayu tidak berani menjawab.

"Ayo, diminum dulu. Minuman ini enak, lho." Virgo menggesernya minuman cokelat itu ke hadapan Ayu. Diiringi makanannya yang dipesan adalah brownies rasa cokelat."

Ayu menerimanya. Mengaduk-aduknya menggunakan sedotan. Mencoba meminumnya dengan menyeruputnya pelan."Enak!"

"Benar, kan, enak."

Virgo ikut menyeruput minumannya.

"Kamu pikir saya mau ke tempat tadi?"

Ayu langsung gugup.

"Kalau kamu mau, ayo kita ke sana. Katanya di tempat bayarnya murah."

Aduh, topik ini lagi. Apakah pemuda tampan yang saling berhadapan dengannya hanya ingin menggodanya saja? Ayu tidak habis pikir.

"Kenapa Abang mau ke tempat tadi? Bukannya malah mengajak saya ke sini?"

"Kamu mau ke tempat tadi?"

Sekali lagi Ayu gugup.

"Sa-saya hanya tanya..."

Virgo menahan tawa.

"Ya, ampun Ayu, saya cuma bercanda. Kalau benar-benar ingin melakukannya kita harus resmi
dulu," ucap Virgo, mengaduk-aduk minumannya.

Jantung Ayu tambah berdebar.

"Saya ingin mengajakmu sekaligus refreshing. Mumpung saya sedang free mengajar hari ini."

Ayu kembali menyeruput minumannya. Handpone di dalam tas berdering. Buru-buru membuka tas, meraih benda pipih di tangannya. Terpampang tulisan Abang Rangga Calling... Mengangkatnya,"Iya, Bang?"

"Kamu sudah pulang?" sahut suara Rangga dari seberang.

"Belum..."

"Belum? Kamu ke mana memangnya?"

"Ke tempat..." Menghentikan kalimatnya. Menatap sekeliling kafe."Ke kafe dekat gedung SWEET itu
apa... Halo, Abang?" Dari seberang, suara Rangga tampak terganggu."Halo, Abang? Bisa dengar aku?"

"Mungkin sinyalnya terganggu."

Ayu mencoba mematikan sambungan. Akan menghubunginya kembali, Rangga kembali meneleponnya.

Abang Rangga calling...

Ia mengangkatnya. Sambungan kembali normal."Halo, Abang! Aku lagi di dekat kafe itu lho dekat
motel..." Berhenti menjawab,"nama kafenya ini Dreame of Mini." Melihat ke arah papan gantung.

"Dreame of—apa?"

"Dreame of Mini, Bang. Dekatnya Sweet Motel," ujar Ayu.

"Dekatnya apa—Sweet Motel?"

"Iya, Bang. Kami di sana sekarang."

"Yang benar saja kamu? Dia ngajakin kamu ke tempat kayak begituan?!" suara Rangga berseru terkejut.

"Jangan salah paham dulu! Kami benar-benar di kafe, kok!" Buru-buru Ayu membenarkan, menjauhkan handpone dari telinganya karena suara abangnya yang meninggi.

Rangga di sana hanya berdesis. Langsung mematikan sambungannya.

Tut!

"Halo, Abang? Halo?" Ayu menatap layar kembali. Sambungan sudah terputus."Yah, dimatiin."

"Kenapa?"

"Bang Rangga marah. Dia kira kita ini ke gedung sebelah..." Muncul kekhawatiran berlebih."Kita pulang, yuk... Saya takut Bang Rangga marah..."

"Biarin saja. Biar saya yang bertanggung jawab. Dia cuma salah paham," kata Virgo."Nih, makan lagi. Sudah, enggak usah dipikirin. Saya yang ngomong."

Ayu meraih brownies cokelat lagi. Menyantapnya pelan. Tapi, hatinya tambah resah.

"Kamu percaya sama saya, kan?"

Ayu menatap pemuda itu, ragu-ragu.

"Kalau kamu percaya sama saya, mungkin abangmu akan luluh. Dia seperti itu mungkin khawatir kamu dalam bahaya."

"Iya, kali," Ayu menyantap brownies-nya separo.

Hari tambah siang. Sinar teriknya matahari menambah panasnya hari ini. Selesai membayar pesanan dan keluar dari kafe, mereka beranjak menuju gedung area parkir. Mereka menaiki mobil melayang, melesat keluar menuju jalan raya. Setengah jam, mobil melesat menuju kawasan perumnas elit. Perumnas elit—Alexiz Perumahan. Mobil melayang masuk, berhenti tepat ada robot satpam yang berjaga. Memeriksa SIM dan KTP milik Virgo, selesai memeriksa, mereka diperbolehkan melanjutkan melaju lagi. Berbelok ke salah satu blok—Blok B, menelusuri setiap rumah-rumah elit. Sampai di gerbang besar. Virgo memberhentikan mobil.

"Terima kasih, ya, Bang," ucap Ayu.

"Sama-sama," jawab Virgo."Lain hari kita jalan-jalan lagi."

"Ya. Saya keluar dulu," pintu terbuka otomatis. Ayu keluar dari mobil melayang. Berbalik ke pagar. Otomatis pagar terbuka lebar. Memperlihatkan Gino dan Rangga yang melipat kedua tangan di dada. Ekspresi keduanya memancarkan ekspesi tidak suka.

"Eh, Abang? Tuan Gino?"

"Masuk ke dalam. Abang mau bicara sama dia," ujar Rangga.

Ayu takut. Mengangguk, melangkah masuk.

"Bocah Sialan," sahut Gino,"bisa turun sebentar?"

Virgo yang segera tahu, turun dari mobil melayang, menghampiri mereka.

"Bisa jelaskan kenapa kalian tadi pergi? Maksudku, mengajak Ayu barusan?"

"Sepertinya dari ekspresimu, kamu sama sekali enggak percaya sama aku," jawab Virgo."Aku akan menceritakannya tapi jangan disela sedikitpun. Aku tahu ini cuma salah paham." Dia kemudian menceritakannya panjang-lebar tanpa ada pemotongan cerita sedikitpun dari keduanya. Ayu, belum beranjak masuk, mendengar percakapan mereka di balik pintu garasi.

"Begitu ceritanya," Virgo selesai dengan ceritanya."Makanya, kamu harus percaya sama aku!"

"Jika kamu melakukannya terhadap master saya," kata Gino, memajukan mukanya seperti buku monster,"saya akan menghukummu!" ancamnya.

"Hei, tenanglah kotak... Saya enggak akan berbuat macam-macam dengan Ayu."

"Beneran?" Rangga memastikan.

"Beneran!"

"Hei, kamu panggil saya kotak?!" Gino tidak terima.

"Maaf, saya enggak tahu nama
Anda..."

"Dengar, ya, Bocah Sialan, nama saya adalah Gino! PANGGIL SAYA TUAN GINO!"

"Ah, ya, kotak eh Tuan Gino..."

"Terima kasih kamu sudah mengantarkan adikku pulang."

Virgo mengangguk.

Gino dan Rangga berbalik, otomatis pagar tertutup kembali. Ayu melihat abang dan kotak ajaibnya kembali masuki ke rumah, buru-buru memasuki rumah, berbelok menuju tangga, menuju ke arah kamarnya, masuk.

Untunglah, Bang Rangga enggak marah, batinnya.

Keesokan paginya, tidak ada masuk ke kampus dan bebas, Ayu bangun pagi dan sehabis sarapan, ia seperti biasa, berlatih bersama Gino menggunakan senjata sihir. Walau dikatakan sudah lulus, ia meluangkan waktu liburnya untuk latihan mengontrol sihir lanjut menggunakan senjata sihir hingga dirinya merasa kelelahan. Ada sedikit perubahan, dirinya bisa menggunakan senjata sihir tanpa Gino. Dari tangannya muncul semacam tombak yang ujungnya tajam di tengahnya ada berbentuk hati—Valkyrie Heart. Betapa senangnya dirinya memiliki senjata sihir miliknya sendiri. Tombak itu jika dilihat awalnya seperti belati kecil. Namun, jika ingin dalam mode menyerang, akan mengubah bentuknya menjadi seukuran tombak pada umumnya.

"Saya berhasil!!" serunya bahagia.

Di sampingnya Gino ikut senang. Melihat masternya tampak sedikit kelelahan,"Kamu mau lanjut atau istirahat dulu, nih?"

"Lanjut!"

"Memangnya enggak lelah? Lihat, kamu mulai kelelahan tahu."

"Enggak apa, Tuan Gino! Saya ingin berlatih lagi hingga bisa!"

"Hmm, baiklah. Kamu masih sanggup?"

"Ya, saya masih sanggup!"

Valkyrie Heart-nya menghilang kemudian kembali mengontrol daya sihirnya. Dengan semangat membara, ia kembali berlatih menggunakan senjata sihir. Ada rasa lega yang membuncah. Rasa bahagia itu, semua kembali dengan normal. Di sisi lain ada rasa bahagia di mana ia mendapatkan sosok yang dulu dikaguminya. Berharap, setelah ini hingga seterus, mungkin ia bisa mahir menggunakan senjata sihir dan menjadi seorang penyihir yang selama ini diidamkannya.

                          End

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Di Hari Itu
418      295     0     
Short Story
Mengenang kisah di hari itu.
Dessert
867      443     2     
Romance
Bagi Daisy perselingkuhan adalah kesalahan mutlak tak termaafkan. Dia mengutuk siapapun yang melakukannya. Termasuk jika kekasihnya Rama melakukan penghianatan. Namun dia tidak pernah menyadari bahwa sang editor yang lugas dan pandai berteman justru berpotensi merusak hubungannya. Bagaimana jika sebuah penghianatan tanpa Daisy sadari sedang dia lakukan. Apakah hubungannya dengan Rama akan terus b...
My Halloween Girl
994      527     4     
Short Story
Tubuh Kevan bergetar hebat. Ia frustasi dan menangis sejadi-jadinya. Ia ingat akan semalam. Mimpi gila itu membuatnya menggila. Mimpi itu yang mengantarkan Kevan pada penyesalan. Ia bertemu dengan Keisya dimimpi itu. “Kev, kau tahu? Cintaku sama besarnya denganmu. Dan aku tak akan membencimu,”. Itu adalah kata-kata terakhir Keisya dimimpinya. Keisya tak marah dengannya. Tak membencinya. Da...
Gray November
2380      914     16     
Romance
Dorothea dan Marjorie tidak pernah menyangka status 'teman sekadar kenal' saat mereka berada di SMA berubah seratus delapan puluh derajat di masa sekarang. Keduanya kini menjadi pelatih tari di suatu sanggar yang sama. Marjorie, perempuan yang menolak pengakuan sahabatnya di SMA, Joshua, sedangkan Dorothea adalah perempuan yang langsung menerima Joshua sebagai kekasih saat acara kelulusan berlang...
Surat Terakhir untuk Kapten
541      387     2     
Short Story
Kapten...sebelum tanganku berhenti menulis, sebelum mataku berhenti membayangkan ekspresi wajahmu yang datar dan sebelum napasku berhenti, ada hal yang ingin kusampaikan padamu. Kuharap semua pesanku bisa tersampaikan padamu.
Between the Flowers
450      245     1     
Romance
Mentari memilih untuk berhenti dari pekerjaanya sebagai sekretaris saat seniornya, Jingga, begitu menekannya dalam setiap pekerjaan. Mentari menyukai bunga maka ia membuka toko bersama sepupunya, Indri. Dengan menjalani hal yang ia suka, hidup Mentari menjadi lebih berwarna. Namun, semua berubah seperti bunga layu saat Bintang datang. Pria yang membuka toko roti di sebelah toko Mentari sangat me...
KataKu Dalam Hati Season 1
3521      1057     0     
Romance
Terkadang dalam hidup memang tidak dapat di prediksi, bahkan perasaan yang begitu nyata. Bagaikan permainan yang hanya dilakukan untuk kesenangan sesaat dan berakhir dengan tidak bisa melupakan semua itu pada satu pihak. Namun entah mengapa dalam hal permainan ini aku merasa benar-benar kalah telak dengan keadaan, bahkan aku menyimpannya secara diam-diam dan berakhir dengan aku sendirian, berjuan...
Mendadak Pacar
7805      1547     1     
Romance
Rio adalah seorang pelajar yang jatuh cinta pada teman sekelasnya, Rena. Suatu hari, suatu peristiwa mengubah jalannya hari-hari Rio di tahun terakhirnya sebagai siswa SMA
Bulan di Musim Kemarau
344      234     0     
Short Story
Luna, gadis yang dua minggu lalu aku temui, tiba-tiba tidak terlihat lagi. Gadis yang sudah dua minggu menjadi teman berbagi cerita di malam hari itu lenyap.
Mr.Cool I Love You
80      69     0     
Romance
Andita harus terjebak bersama lelaki dingin yang sangat cuek. Sumpah serapah untuk tidak mencintai Andrean telah berbalik merubah dirinya. Andita harus mencintai lelaki bernama Andrean dan terjebak dalam cinta persahabatan. Namun, Andita harus tersiksa dengan Andrean karena lelaki dingin tersebut berbeda dari lelaki kebanyakan. Akankah Andita bisa menaklukan hati Andrean?