.
.
Diary 8
Pendidikan Seksual itu Tabu!
(Nofap Hari Ke-20)
.
"Apa aku boleh tahu satu hal?" Aku membuka percakapan. Satu ruangan ini diisi oleh tiga orang pemuda yang sedang bersantai, termasuk diriku. Kak Fayruz tengah tidur-tiduran di atas kasur dan Kak Afkar tengah menikmati koneksi internet gratis yang disediakan oleh keluargaku.
"Apa itu?"
Aku terdiam sebentar, sedikit ragu dengan pertanyaan yang ada dalam benakku. "Emm, sebenarnya aku penasaran apa yang membuat kalian menjadi pecandu? Apa kalian juga menonton film dewasa?"
Perhatian kedua orang itu beralih sepenuhnya padaku. Aku langsung menutup mulut rapat-rapat, berharap agar tidak salah berbicara. Apalagi mereka hanya diam menatap dan tidak menjawab pertanyaanku. Tanpa perlu dijelaskan lebih lanjut pun sepertinya mereka tahu apa yang akan dibahas olehku.
"Bagaimana denganmu?" Kak Afkar tersenyum dan balik bertanya.
Aku berbalik dan menyandarkan dada pada sandaran kursi, menopang dagu dengan tangan, dan berusaha mengingat-ingat kejadian yang sudah lama terjadi.
Aku menjawab, "Kalau diingat, sepertinya aku pertama kali melihat hal yang seperti itu saat aku kelas empat SD di hp pamanku, sepupuku yang umurnya setahun di bawahku yang pertama kali mengajakku. Kalau tidak saah aku jadi pecandu setahun setelahnya."
Kak Fayruz sudah tidak peduli lagi dengan buku yang tadi dibacanya, wajah itu sepenuhnya menghadap ke arahku. "Kelas empat? Kalau aku waktu tahun pertama SMP. Aku tidak menyangka jika teman-temanku punya hal-hal yang seperti itu dan menunjukkannya kepadaku diam-diam saat main ke rumahnya. Akhirnya kami juga sering membicarakan hal itu dan banyak yang memang sudah tahu. Bagaimana dengan Kak Afkar?"
Kak Afkar terdiam. Ia menundukkan wajahnya dengan murung lalu menjawab dengan menampilkan senyum miring, "Jauh di bawah kalian. Aku pertama kali melihatnya saat kelas dua SD dan jadi pecandu di kelas enam."
"Eee?" Aku dan Kak Fayruz teriak bersamaan. Kami sama-sama menatap pemuda dengan rambut ikal itu tak percaya. Itu usia yang terlampau muda untuk mengetahui hal-hal tabu seperti itu.
"Ayahku punya kenalan yang pernah menginap di rumah beberapa kali, dia yang menunjukkan hal-hal seperti itu padaku saat orang tuaku tidak ada. Dia bahkan seringkali menunjukkan alat kelaminnya. Kalau diingat-ingat itu benar-benar menyeramkan. Karena terlalu kecil aku jadi tidak tahu kalau itu termasuk pelecehan." Wajah Kak Afkar berubah suram saat ia mengingat masa kelamnya. Ia menarik napas panjang, tetapi raut wajah itu tetap tidak berubah.
Kak Afkar melanjutkan, "Tapi, beberapa teman di grup juga mengatakan mereka pertama kali melihatnya saat TK, ada juga saat SD, tapi sepertinya rata-rata kejadian seperti itu saat mereka SMP, sama seperti Fayruz. Sebentar, coba kutunjukkan postingan anak-anak lainnya. Waktu itu ada yang bertanya seperti dirimu di grup."
--------------------
Saai • 2 Nov
Pengen tahu, nih. Gimana cerita pertama kalian sampai jadi pecandu?
---- Komentar -----
|| Mazid
Waktu itu masih kelas 2, karna denger dari orang, gua cari di YouTube dan nemu, jadi gua tonton (waktu itu YouTube gak seketat sekarang).
|| Fadli
Dari game. Gue ngikutin apa yang ada di game dulu waktu kecil.
|| Ryan
Andai waktu SMP gak pindah ke kelas yang isinya anak-anak mesum.
|| Si Gamtenk
Gua gara-gara diajarin sama temen gua waktu SMP.
|| Topik Opik
Jujur pas masih SD dulu pernah saking jadulnya, bahannya dari koran yang ada foto vulgarnya, gak tau kenapa lihat itu terus terangsang. Dulu juga pernah waktu nonton film horor indo yang artisnya pakai baju ketat banget, karena dulu KPI belum terlalu ketat.
|| Langit Biru
Andai dulu waktu SMP sebelum kecanduan udah tau bahaya bokep dan coli.
|| Rafly Syamsudin
Gue malah gara-gara di pondok ditunjukin video macam-macam sama senior.
|| Si Pendosa
Tahu dari teman waktu SMP, terus gua coba terus keterusan sampai sekarang 🥺.
|| Moh Anwar
Awal kenal pas gak sengaja nonton salah satu acara di stasiun TV, artisnya seksi-seksi, posisi gua pas itu sambil tengkurap (bisa dibilang coli tindih) dan sampai sekarang kalo liat yang seksi dikit bawaannya pengen relapse terus 😣.
|| BBudy SeTiYa
Dikenalin temen gue. Anj****!
|| Raja K
Diajakin nonton bokep pas kelas 1 SD waktu pertama lihat badan gua panas saking kaget campur takut, tapi terus sering nonton diam-diam bareng teman-teman yang lain.
Lihat balasan lain ...
----------------------
Aku bergidik saat membacanya. Aku tak menyangka jika penyebab candu itu bermacam-macam. Jumlah komentarnya saja sampai 400 komentar dan menadapatkan reaksi sebanyak 600 lebih, mungkin aku akan membacanya saat ada waktu senggang nanti.
"Sampai ada yang tahu film dewasa waktu kelas satu. Bukannya itu hal yang tabu, ya? Maksudku, rasanya tidak mungkin jika anak usia enam atau tujuh tahun melihat hal itu."
Kak Afkar menghela napas panjang dan menggeleng. "Elzar, kamu tidak tahu dunia luar, ya? Mungkin orang-orang bilang jika hal-hal seperti itu tidak boleh didengar atau diketahui oleh anak-anak, tetapi faktanya sudah banyak yang tahu hal itu di usia muda karena rasa penasaran yang tinggi."
"Oh, oh!" Kak Fayruz duduk dengan tegak, lalu berseru. "Apa itu seperti semakin kita larang, orang semakin jadi penasaran?"
Mataku melebar dan paham dengan apa yang sedang dibicarakan Kak Fayruz.
Kak Afkar mengangguk. "Kemungkinan besar seperti itu. Ini mungkin hal yang tidak mungkin, tetapi aku pernah melihat sebuah video yang pernah viral. Kalian tahu apa isinya?" Tatapan Kak Afkar berubah serius, membuatku dan Kak Fayruz menelan ludah perlahan dan menahan napas. "Dua bocah laki-laki dan satu bocah perempuan sedang berhubungan intim. Ditambah lagi mereka masih terlihat seperti anak SD kelas dua."
Kami terdiam. Tidak tahu lagi apa yang harus mereka katakan, semua isi otakku menghilang mendengar fakta mengejutkan itu. Rasanya tidak mungkin ada anak-anak yang melakukan hal ekstrem di luar pengetahuan orang tuanya.
Kak Afkar melanjutkan, "Maksudku, coba lihatlah! Di negara yang menganggap pendidikan seksual adalah hal yang tabu malah terlihat kacau seperti ini. Kadang karena terlalu tabu, mereka malah tidak mengajarkan apa pun kepada anak mereka, seolah-olah menyuruh mereka untuk mencari tahu sendiri jika sudah besar nanti."
Aku dan Kak Fayruz tetap bergeming. Kenyataan memang pahit dan kami juga adalah salah satu dari korbannya.
"Itu ... sangat miris," komentar Kak Fayruz pada akhirnya dan aku hanya bisa menelan salivanya tanpa berbicara sepatah kata pun.
Kak Afkar terus berkomentar, "Kebanyakan orang-orang yang masih awam enggan untuk membicarakan hal ini kepada anak-anaknya. Bahkan untuk menyebutkan alat kelamin pun, mereka akan menggunakan kata-kata yang ambigu sebagai julukannya. Padahal hal tersebut tidak diperbolehkan dalam dunia psikologi anak."
Aku menundukkan kepalanya. Aku sendiri juga hampir saja mencabuli seorang gadis asing hanya karena nafsu. Lidahku saat ini terasa kelu, aku ingin menyimpan masa lalu seorang diri tanpa diketahui oleh siapa pun.
Kak Fayruz menyalakan ponsel yang dibawanya, menuliskan kata-kata yang mengganjal dalam pikirannya. "Kupikir pendidikan seksual hanya mencakup informasi mengenai alat kelamin dan cara merawatnya, penyakit-penyakit, dan dampak dari pergaulan bebas."
"Memangnya bukan itu saja?" Aku mengerutkan alisnya. Aku ingat jika itu adalah pelajaran yang kudapatkan saat kelas 3 SMP. Aku mencoba mengingat-ingat apa saja yang sudah kudapatkan selama bersekolah. "Kalau tidak salah aku pernah dapat pelajaran tentang tanda-tanda akil balig di SD dulu, sepertinya di kelas 3 atau 4."
Kak Fayruz menatap layarnya dan mengamati kalimat di sana satu per satu dengan cepat. "Di sini tertulis jika pendidikan seksual termasuk larangan untuk masuk ke kamar orang tua tanpa izin, tidak menganggap hubungan seksual sebagai hal yang buruk—bagi pasangan suami istri tentunya, menutup beberapa bagian tubuh, larangan tidur tertelungkup—"
"Tidak boleh tidur tertelungkup? Itu dilarang dan masuk pendidikan seksual?" potongku tak percaya.
"Beberapa komentar juga berkata jika mereka menjadi candu setelah tidur tertelungkup, kan?" ungkap Kak Afkar.
Aku menatap Kak Afkar dengan mata melebar. "Ah, benar juga. Bagaimana bisa seperti itu, ya?"
Kak Afkar menatap sengit. "Mereka berkata ada cara untuk mendapatkan kepuasan dengan tidur tertelungkup, biasanya dikenal dengan rancap tindih. Sebentar, aku carikan postingannya."
Pemuda itu mengutak-atik laptopnya, mencari cerita pengalaman orang lain yang pernah melakukan hal itu di grup mereka. Setelah menemukannya, ia menyalin tautan dan mengirimkannya padaku dan Kak Fayruz.
------------------------
Antonifato • 10 Juli
#curhat
Sejak kelas 4 SD saya candu yang namanya rancap tindih, lebih tepatnya 10 tahun yang lalu. Ya, saya kecanduan hal itu selama 10 tahun, bahkan sampai detik ini saya sangat sulit untuk berhenti dari kebiasaan buruk tersebut.
Sejak kecil, saya tidak pernah melakukan masturbasi dengan metode normal seperti kebanyakan orang dan selalu pakai metode masturbasi tindih. Di sini saya ingin berbagi kepada kalian.
Berikut ini dampak negatif masturbasi yg paling terasa dalam hidup saya :
a. Egonya sangat tidak terkontrol dan gampang emosian.
b. Nggak bisa ngatur nafsu.
c. Pikiran selalu dipenuhi dengan hal jorok.
d. Susah berinteraksi.
e. Gagap ketika berbicara sama orang lain.
f. Nggak percaya diri.
Bagi yg penasaran apa itu rancap tindih, lebih baik hentikan rasa penasaranmu. Karna awal mula terjadinya kecanduan, itu berasal dari rasa penasaran.
Terima kasih.
--- Komentar ---
|| Andikangen
Gw biasanya jd bisa rancap tindih waktu nonton sambil rebahan biasakan kalo nonton sambil duduk aja biar gak rancap tindih.
Lihat balasan lain ...
-----------------------------
Aku tidak bisa berkata apa-apa dan beralih dari layar ponselnya. "Aku tidak tahu jika ada yang seperti ini."
"Biasanya hal ini terjadi pada anak kecil yang tidur tengkurap, lalu merasa ada sesuatu yang nikmat saat tidak sengaja menggesekkan alat kelaminnya," jelas Kak Fayruz. Ia dengan cepat segera berselancar di dunia internet dan mencari tahu hal yang sedang dibahas. "Oh, bahkan ada kasus buku cerita anak yang secara tidak langsung mengajarkan anak tentang tancap tindih."
"Beberapa orang mengatakan jika itu sangat berbahaya, tetapi aku belum menemukan jurnal ilmiahnya. Di sini tertulis jika masturbasi dengan cara seperti itu akan membuat alat kelamin bengkak dan membengkok," lanjut Kak Afkar dengan jarinya yang tak berhenti mencari informasi.
"Ternyata memang banyak yang harus dibahas dalam pendidikan seksual, ya?"
Kak Fayruz mengangguk pada pernyataanku. "Tetapi dari sini sudah ada beberapa sekolah yang mulai mengajarkan pendidikan seksual dengan baik, bahkan mulai dari PAUD meski belum merata di seluruh Indonesia. Sepertinya sekolah yang memiliki kualitas bagus juga sudah mengajarkannya pada anak kecil, seperti batas-batas tubuh yang tidak boleh dilihat oleh orang lain, bagian yang boleh disentuh oleh orang lain, meminta izin saat menyentuh anggota tubuh teman, menanamkan konsep laki-laki dan perempuan, juga batasan lainnya, termasuk mahram dan non-mahram untuk yang beragama islam."
Mata kak Afkar yang memiliki warna cokelat terang itu berbinar. "Wah, kau tahu banyak, ya?"
Kak Fayruz tertawa mendengarnya. "Oh, semuanya tertulis di web ini, kok. Aku iseng saja membuka pendidikan seksual untuk anak kecil yang seharusnya. Dan ternyata memang mengganti nama alat kelamin dengan kata-kata ambigu seperti burung, boo-boo, atau yang lainnya juga dilarang. Tetapi juga ajarkan pada anak untuk tidak membicarakan hal ini jika tidak ada kepentingan di muka umum."
Raut muka Kak Fayruz berubah saat membacakan sebutan-sebutan aneh yang ada di sana. Ia jadi speechless sendiri saat membacanya. Ia ingat saat kecil dulu orang tua, guru, dan orang lain selalu menggunakan kata-kata seperti itu untuk menyebutkan bagian-bagian intim mereka.
"Ternyata memang tidak boleh, ya?"
"Iya, di sini juga tertulis: pelaku pedofilian biasanya mengincar anak-anak yang tidak mengerti dengan anggota vital mereka. Anak yang paham akan hak dan keselamatan tubuh mereka akan susah dibohongi karena mengerti dengan kejahatan yang dilakukan oleh orang lain," tambah Kak Fayruz.
"Iya, pendidikan seksual itu juga penting dalam memberi pemahaman bagaimana cara anak-anak menjaga alat reproduksi mereka dari pelecehan serta tahu batasan pergaulan dan berpacaran. Jika mereka tidak tahu, mereka biasanya akan diam saat mengalami pelecehan seksual karena mereka tidak paham," jelas Kak Afkar.
"Kalau begitu banyak yang harus diubah dalam pandangan masyarakat Indonesia, ya? Aku jadi harus belajar banyak hal untuk ke depannya," renungku.
Masa kecil yang seharusnya diberi pelajaran seperti itu sudah terlewatkan, generasi di bawahku tidak boleh mengalami hal yang sama denganku jika tidak ingin anak-anak lain menjadi pelaku atau korban dari kejahatan seksual.
.
.
Bersambung
.
⚠️ Semua nama dan tanggal yang ada dalam cerita sudah diganti untuk menjaga rahasia mereka.