Loading...
Logo TinLit
Read Story - With You
MENU
About Us  

Karina akan ke perpusatakaan seperti biasa jika ada banyak tugas yang harus dikerjakannya. Ponsel Karina bergetar sedari tadi tapi belum dia buka karena fokusnya ada di depannya saat ini mencari buku sosiologi. Tapi karena tak kunjung menemukan bukunya, Karina akhirnya membuka ponselnya, ternyata notif dari akun instagramnya. Ada banyak komentar buruk yang dia dapat di postingan terakhir yang dia pos. Foto terakhir itu adalah fotonya yang sedang berfoto di bawah sinar matahari ketika menikmati siang hari di Perancis setelah pemotretan selesai. Ternyata ada banyak akun kosongan yang sengaja memprovokasi beberapa pihak untuk membuatnya terlihat buruk.

“Apaan sih?! Ini akun siapa coba?” Karina menggerutu sambil mematikan fitur kolom komentarnya.

Karina lalu memasukkan ponselnya ke dalam saku. Ketika dia mendongak ke atas, dia menemukan buku sosiologi yang dicarinya. Rak itu terlalu tinggi untuk Karina. Dia melihat ke sebrang, ada laki-laki yang sedang membaca buku. Karina lalu berjalan menghampiri laki-laki itu.

“Hallo!” Karina menyapa laki-laki yang membelakanginnya ini. Begitu menengok dia terkejut karena laki-laki itu adalah Jeno. Jeno tersenyum sambil menutup buku yang tadi dibacanya.

“Karina! Ada apa?” tanya Jeno berbasa-basi.

“Aku boleh minta tolong nggak?” tanya Karina ragu-ragu.

“Boleh. Ada apa?”

“Bisa ambilin buku di rak sana nggak Jen? Aku ga nyampe.” Karina meringis sambil menunjuk rak yang dia maksud.

Jeno diam tapi laki-laki itu melangkah menuju ke arah rak yang ditunjuk Karina. Karina menunjuk buku yang diinginkannya lalu Jeno meraih buku itu dengan mudah. “Kamu sering ke perpustakaan?”

“Nggak juga sih Jen. Paling kalau lagi banyak tugas baru ke sini. Lagipula aku jarang ke sekolah.”

“Kenapa? Pantes aku nggak pernah melihat kamu.” Jeno ikut mendudukkan dirinya pada meja yang sudah ditempati Karina sebelumnya.

“Aku sering keluar kota untuk pemotretan gitu.”

Jeno menganggukkan kepalanya. Dia lalu berdiri dan meninggalkan Karina. Karina hanya tersenyum melihat punggung Jeno yang menjauh dari tempat duduknya. Karina membuka buku sosiologi dan mulai mencari jawaban yang dia butuhkan utnuk menjawab soalnya.

Ketika Karina berhasil menemukan satu jawaban untuk soal pertama, Jeno kembali datang dan duduk di depannya seperti sebelumnya. Hanya saja Jeno membawa buku, laptop, beserta tas dan jaket yang dibawanya. Karina menelan ludahnya tidak mengerti dengan apa yang dilakukan Jeno saat ini.

“Aku boleh duduk di sini kan?” tanya Jeno sambil menata barang-barangnya.

Karina mengangguk dibalik buku yang kini dia angkat agak ke atas untuk menyembunyikan wajahnya yang terasa memanas. Pipinya pasti sekarang terlihat berwarna kemerahan karena perlakuan manis Jeno.

Tidak ada pembicaraan di antara keduanya. Selain karena perpustakaan harus dalam keadaan hening, mereka juga sibuk dengan tugas masing-masing. Karina yang sibuk menyalin jawaban yang dia dapatkan dari buku dan Jeno yang sibuk mengetik tugas essainya.

Jeno meletakkan kacamatanya lalu menatap Karina. Bertepatan dengan itu Karina meletakkan bolpoinnya ke atas meja. Tugas mereka sudah selesai. Perpustakaan juga sudah sepi, penghuninya sudah tidak sebanyak saat pertama kali mereka ke sini.

“Sudah selesai?” tanya Jeno dengan wajahnya yang terlihat sayu karena kelamaan menatap laptop.

“Iya.” Karina tersenyum manis lalu memasukkan buku-bukunya.

Mereka berdua keluar dari perpustakaan tepat jam lima sore. Karina berjalan bersisihan di samping Jeno. Tinggi badan mereka tidak terlalu jauh tapi Jeno terlihat lebih tinggi.

“Kamu nggak takut sama Vanessa dan temen-temennya?” tanya Jeno membuka pembicaraan di antara mereka setelah melewati dua kelas yang tentu sudah tidak ada orang.

“Takut sih sebenernya, karena ya... akukan nggak kenal sama mereka. Aku juga jarang bergaul sama yang lain. Jadi ya agak kaget juga tiba-tiba mereka dateng gitu aja.”

“Kalau mereka bikin lah lagi, bilang aja sama aku.” Jeno mengambil bolpoin yang ada disaku tas ranselnya. Dia lalu menarik tangan Karina dan menuliskan nomor whatsapp miliknya. “Kamu dijemput?”

Karina secara reflek mengangguk ketika dia kaget mendengar suara Jeno yang kembali membawanya ke kenyataan. Entah kenapa apaun yang dilakukan Jeno membuat dirinya terpesona. Tangan Jeno yang besar dan terasa sangat hangat membuatnya ingin berlama-lama menggenggam tangan itu. Sayang sekali dia bukan siapa-siapanya Jeno.

“Karina!” Ajun-kakak Karina yang menjemputnya kini berjalan mendekat ke arah Karina dan Jeno. Ajun ingin tahu siapa yang bersama dengan adiknya itu. Seperti yang Ajun tahu, Karina jarang sekali bergaul dengan teman sekolahnya.

Jeno dan Karina menoleh ke arah Ajun. Begitu Ajun sudah dekat dengan tempat adiknya, Ajun tersenyum lebar. Dia lalu memeluk Jeno dan menepuk pundak laki-laki itu. “Lama nggak ketemu Jen.”

“Wah aku nggak tahu ternyata Kak Ajun kakaknya Karina,” kata Jeno setelah acara perlukan mereka selesai.

“Gimana kamu bisa tahu kalau kamu aja nggak pernah keluar dari kamar.” Ajun tertawa dengan keras.

Sebaliknya dengan Karina yang kini hanya bisa terbengong melihat keakraban yang terjadi antara Jeno dan juga kakaknya. Kemarin ayahnya yang terlihat bercengkarama dengan Jeno, sekarang Kakaknya. Apa hanya dirinya yang tidak mengenal Jeno? Kalau tahu Jeno kenal dengan keluarganya harusnya jalan untuk leih dekat dengan Jeno itu mudah. Kenapa juga tidak dari dulu mereka dikenalkan sih?

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Surat Terakhir untuk Kapten
616      445     2     
Short Story
Kapten...sebelum tanganku berhenti menulis, sebelum mataku berhenti membayangkan ekspresi wajahmu yang datar dan sebelum napasku berhenti, ada hal yang ingin kusampaikan padamu. Kuharap semua pesanku bisa tersampaikan padamu.
Sebuah Jawaban
407      295     2     
Short Story
Aku hanya seorang gadis yang terjebak dalam sebuah luka yang kuciptakan sendiri. Sayangnya perasaan ini terlalu menyenangkan sekaligus menyesakkan. "Jika kau hanya main-main, sebaiknya sudahi saja." Aku perlu jawaban untuk semua perlakuannya padaku.
The Hidden Kindness
406      285     2     
Fan Fiction
Baru beberapa hari menjadi pustakawan di sebuah sekolah terkenal di pusat kota, Jungyeon sudah mendapat teror dari 'makhluk asing'. Banyak sekali misteri berbuntut panjang yang meneror sekolah itu ternyata sejak ada siswi yang meninggal secara serius. Bagaimana cara Jungyeon harus menghadapi semua hal yang mengganggu kerja di tempat barunya? Apakah ia harus resign atau bertahan?
Langit Jingga
2806      993     4     
Romance
"Aku benci senja. Ia menyadarkanku akan kebohongan yang mengakar dalam yakin, rusak semua. Kini bagiku, cinta hanyalah bualan semata." - Nurlyra Annisa -
365 Hari, Aku Bertanya pada Kalian?
617      390     3     
Short Story
Aku akan menceritakan kisahku pada kalian semua. Tidak, tidak. Aku tidak meminta belas kasihan kalian. Wanita seperti ku tidak perlu dikasihani oleh kalian. Karena setelah mendengar ceritaku ini, mungkin kalian akan memberiku kalimat penyemangat yang terdengar basi dan empat menit kemudian kalian sudah melupakanku. Jadi, aku tidak perlu itu semua. Aku hanya ingin bertanya kepada kalian, Apak...
REZA & DIAN
596      355     0     
Short Story
Sahabat adalah orang yang ada kapanpun dan dimanapun kita berada. Sahabat adalah orang yang akan memberikan maafnya apabila kita berbuat salah.
Under The Moonlight
2278      1112     2     
Romance
Ini kisah tentang Yul dan Hyori. Dua sahabat yang tak terpisahkan. Dua sahabat yang selalu berbagi mimpi dan tawa. Hingga keduanya tak sadar ‘ada perasaan lain’ yang tumbuh diantara mereka. Hingga keduanya lupa dengan ungkapan ‘there is no real friendship between girl and boy’ Akankah keduanya mampu melewati batas sahabat yang selama ini membelenggu keduanya? Bagaimana bisa aku m...
Usai
450      306     1     
Short Story
Jika rasamu berlabuh pada pria selain aku, aku pamit.
Sending My Love To Heaven
772      410     6     
Short Story
Untukmu, lelaki yang pernah membuat hidupku berwarna. Walau hanya sementara.
Tidak Ada Senja Untuk Hari Ini
242      203     1     
Short Story
Senja memberi nyawa dan imajinasi bagi Ferdian. Tidak ada hari yang terlewati tanpa menatap senja. Dan, Jika aku punya pacar, dia juga harus suka dengan senja, katanya. Apakah cita-citanya akan tercapai?