Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sampai Kau Jadi Miliku
MENU
About Us  

"Matilah aku" kata Rena dalam hati.

Al adalah tipe orang yang akan membalas perbuatan orang lain dengan setimpal atau bahkan lebih. Pernah dia ditumpahi es teh dan Al membalas dengan menyiramkan sisa minuman itu ke badan tersangka. Pernah juga buku Al dijatuhkan seseorang, dan ia menendang kaki tersangka hingga terjatuh dengan tidak elit.

Semua orang sudah bisa menebak jika Al pasti akan menumpahkan sisa minuman di gelas ke seragam Rena. Atau lebih parahnya, Al bisa saja menyiramkan itu ke wajah Rena. Hanya saja kali ini tebakan mereka salah. Alih-alih melakukan itu, Al malah meraih kancing seragam teratasnya.

Semua orang tentu bingung dengan aksi Al yanag di luar kebiasaannya. Barulah ketika kancing telah terbuka, mereka baru sadar jika Al hendak melepas seragamnya.

Al sendiri masih memandang Rena dengan tatapan tajamnya. Selesai melepas seragamnya, ia melempar seragam itu ke wajah Rena. "Cuci sampai bersih, sampai nggak bersih... Abis lo."

Rena meneguk paksa ludahnya, semua orang membelalakkan mata. Suara Al terdengar rendah, dingin, dan mengancam. Sementara Rena hanya bisa terpaku dengan mulut yang sedikit terbuka. Lantas Al pergi meninggalkan GOR hanya dengan mengenakan atasan kaos polos putih.

Pasca perginya Al, lutut Rena rasanya lemas sekali, dia hampir saja merosot ke bawah. Untung saja ada Melly yang dengan sigap memeganginya. Orang-orang yang masih berada di dalam GOR memandang Rena dengan tatapan kasihan dan segera pergi mengikuti jejak Al.

"Re... kamu nggak apa-apa?" tanya Melly yang dibalas Rena dengan tatapan memelas.

.

.

Setelah kejadian menyeramkan itu, akhirnya di sinilah Rena dan Melly berada, di flat cozy Rena. Terlihat Rena yang duduk di atas ranjang dengan pakaian santainya masih terlihat shock dengan apa yang terjadi barusan di sekolah. Berbeda dengan Rena yang masih pias, Melly dengan santainya mengengus-endus seragam Al.

"Oh shit baunya... Harum banget Re."

Rena menolehkan kepalanya dan mengerinyitkan dahi melihat tingkah aneh sahabatnya. Dengan kesal ia bangkit dari ranjang lalu menyambar seragam Al dari tangan Melly.

"Yahh Re..."

"Iiih apaan si, gitu banget sama seragam doang."

"Haha aku berani taruhan deh, itu pasti parfum mahal. Gimana kalau kita lelang aja bajunya Al, aku yakin pasti dapat banyak cuan" usul Melly.

Bola mata Rena rasanya ingin keluar saja mendengar kalimat dari sahabatnya. "Cuan cuan cuan cuaaaaan aja yang kamu pikirin, terus keselamatan aku gimana?"

"Huahaha bercanda kalii... Oh iya Re besok malam kamu sibuk nggak? Ada satu karyawan i-Mart izin nih. Boleh minta tolong gantiin ngga? Sampai jam 9 aja. Aku ada evaluasi acara ekspo kemarin soalnya."

Ya, Rena bekerja sebagai kasir di minimart keluarga Melly. Tapi biasanya hanya ketika weekend saja. Meskipun seluruh kebutuhan hidupnya sudah ditanggung oleh pamannya yang seorang pebisnis batubara di Kalimantan, tetap saja ia ingin sedikit berusaha untuk mendapat tambahan uang jajan. Lagipula pengeluaran dia akhir-akhir ini sangat banyak, apalagi jika  bukan untuk membeli make up dan skincare.

Melly sendiri adalah anak pengusaha retail i-Mart yang telah memiliki puluhan cabang di Indonesia. Kebetulan Melly diberikan kesempatan orang tuanya untuk belajar mengelola i-Mart. Yah tentu di sana ia didampingi oleh seorang manajer profesional.

"Hmm, besok aku ngga sibuk sih. Lagian belum ada tugas juga. Boleh-boleh."

"Yaaeeyyyy kamu debest dehhh."

"Tapi aku mau gaji dobel."

"Ampun dah, iye-iyeeee."

"Wuahahaha."

***

Esok harinya di SMA Citra Buana, dengan penampilan normalnya; rambut terurai, wajah tanpa make up, dan seragam oversize, Rena berjalan dengan santai. Lagi-lagi tadi malam dia begadang karena menonton tutorial make up berkali-berkali.

Entahlah, Rena sudah mencoba puluhan kali untuk melakukan make up sendiri namun hasilnya tidak pernah memuaskan. Sepertinya Rena tidak ada bakat dalam merias diri. Haruskah ia berhenti?

Di tengah koridor yang sudah mulai ramai, ia mengambil cermin di tasnya lalu memandang wajahnya dari pantulan cermin itu. Rena melihat bagian matanya yang menghitam. Kebiasaan buruk tidur tengah malam benar-benar menjadikannya mirip seperti boneka hewan khas negeri tirai bambu.

"Heran, boneka panda bisa segemes itu, tapi kenapa kalau mata panda jadi serem gini ya" gumam Rena pada dirinya sendiri.

Setelah puas memandangi wajahnya, ia berniat kembali melanjutkan perjalanan. Namun dari arah berlawanan ia melihat seseorang yang sangat disukainya sedang berjalan sambil menelepon. Mendadak para siswi di sekitar koridor menghentikan aktivitasnya hanya demi bisa melihat ketua tim basket SMA sedang lewat.

Tak beda jauh dari para siswi itu, Rena juga ikut mematung. Tatapannya berbinar dan jantungnya berdegub dengan kencang. Rama terlihat so freaking hot dengan gaya meneleponnya. Tanpa sadar cermin yang tadi ia pegang terjatuh entah kemana. Ia tidak peduli lagi dengan cerminnya, pemandangan di depannya terlalu indah untuk dilewatkan.

Rama semakin mendekatinya, entah kenapa ia merasa waktu berjalan lebih lambat. Tepat saat lelaki itu melewatinya, semerbak wangi parfum melingkupi indera penciumannya. Entah ini haluisnasi atau tidak, tapi Rena melihat Rama membungkuk di depannya, tanpa sadar ia pun menahan napasnya.

Tak sedikitpun Rena melewatkan pergerakan Rama. Ternyata lelaki itu tengah mengambil cerminnya yang tadi terjatuh. Oh tidak, ia tidak siap dengan adegan selanjutnya.

Benar saja, setelah Rama menegakkan kembali badannya, tangan kanan lelaki itu terulur untuk memberikan cermin kepada Rena.

"Cermin lo jatuh."

"Hah?" Rena masih cengo di tempatnya sambil memandangi Rama tanpa berkedip.

Rama memberikan kode pada Rena agar segera mengambil cerminnya. Dengan gugup Rena mengambil cermin itu dari tangan Rama. Setelah itu Rama kembali melanjutkan perjalanannya.

Pasca kepergian Rama, sampailah ia pada sebuah kesimpulan. Tidak, ia tidak akan menyerah secepat itu. Dirinya adalah orang yang gigih. Sama halnya soal akademis, Rena akan berusaha keras supaya kisah cintanya berakhir dengan manis.

"HEII!!!" tiba-tiba Melly datang dan mengageti Rena.

"KAGET KAGET KAGET!"

"Huahahahaha" kata Melly yang langsung merangkul Rena.

"Hihh Melly, nanti kalau jantung aku kenapa-napa gimana? Kamu mau donorin jantung kamu ke aku?"

"Hahah dih serem amat, lucu ngagetin kamu tuh. Lagian ngapain pagi-pagi udah ngelamun di koridor?"

Rena memandang Melly sejenak, lalu menumpahkan unek-unek yang dari semalam ia pendam. "Duh kenapa sih Mel hasil make up aku tuh selalu aneh. Aku udah beli make up mahal-mahal, tapi hasilnya selalu aja gagal. Kamu bantuin aku kek."

"Yahh, bukannya nggak mau bantu sih Re. Kamu tahu sendiri kan kalau aku cuma pakai sunscreen, bedak bayi, sama lip balm. Aku nggak begitu peduli sama make up ribet gitu, aku udah cantik dari lahir soalnya. Huahahahaha."

Melly memang tipe gadis Indonesia yang cantik alami. Ia bukan tipe perempuan yang ribet soal penampilan. Baginya sebagai seorang siswi yang terpenting adalah hasil akademis dan kegiatan organisasi. Ia tidak ada waktu untuk mengurusi hal remeh seperti merk foundation, bedak, blush on dan kawan-kawannya.

Rena mendecak sebal, "Tck, merendah untuk meninggi."

"Haha... Re, gini-gini..." tiba-tiba Melly memblokir jalan Rena dan memegang pundak Rena.

"Apa hm?"

"Kenapa si kamu tuh harus terpaku sama standar kecantikan yang sekarang? Semua cewek itu punya kecantikannya masing-masing. Nggak usah lah try to be someone else, apalagi kamu itu pinter. Gilaaa, kamu peringkat tiga paralel sekolah di angkatan kita loh. Banyak kali yang pengen di posisi kamu" ujar Melly.

Rena menurunkan tangan Melly dari pundaknya, "Kamu tau kan Mel, aku kayak gini gara-gara siapa?" kata Rena dengan menghela napasnya.

"Rama?"

"Hm. Setahun ini aku udah coba narik perhatian dia lewat prestasi, mengingat dia emang se-konsen itu soal nilai akademis. Tapi apa hasilnya? Dia inget nama aku aja mungkin enggak Mel, padahal kita sekelas pas kelas 10" tatapan Rena berubah jadi sendu.

"Hm gimana ya Re... bukannya aku nggak sepakat kamu ngejar Rama, cuma se-worth it itu kah dia buat diperjuangin? Kamu tahu kan dia itu tipe cowok yang ngga mau terikat. Banyak sih ceweknya, tapi ngga pernah mau pacaran."

"Nah, aku yang bakal jadi pacar dia kalau gitu" jawab Rena mantap.

"Nggak usah mimpi deh" ini bukan suara Melly. Melainkan suara Karina Adhisty yang tiba-tiba berdiri dengan angkuh di depan Rena dan Melly.

Oh jangan lupakan 2 antek setia Karina, Liviana Prameswari biasa dipanggil Vey dan Fransisca De Jongh akrab dipanggil Sisca. Vey memiliki visual sipit ala Asia Timur sedangkan Sisca memiliki visual blasteran Belanda, sedangkan Karina jelmaan dari cantiknya perempuan Indonesia.

"Re, mumpung gue masih baik ya sama lo, mending lo mundur deh nggak usah ngarep bakal jadi pacarnya Rama" lanjut Karina.

"Kenapa?" tanya Rena.

"Lo butuh kaca deh kayaknya. Well, lo bukan tipe Rama" sindir Karina.

"Terus tipe Rama itu yang kayak siapa? Kayak lo?" Melly ikutan bersuara. Ya, orang seperti Karina tidak cocok mendapat sebutan kata ganti aku-kamu.

"Jelas, cantik dan seksi" ungkap Karina.

"Haha kalau lo ngerasa kayak apa yang lo sebutin barusan, kok sampai sekarang lo belum jadi pacarnya Rama ya?" tanya Melly.

"......" Karina terdiam dan menatap tajam Melly.

"Ah... barangkali yang dibutuhin Rama bukan itu kali ya. Mungkin Rama lebih butuh cewek pinter yang bisa ngimbangin dia, atau cewek keibuan yang bisa bikin nyaman dia. Kayaknya dia ngga butuh cewek yang cuma bisa bikin dia kegerahan deh" lanjut Melly.

"Apa maksud lo hah?" Karina memajukan tubuhnya mendekati Melly.

Melly hendak menjawab pertanyaan Karina, namun dicegah oleh Rena. "Mel udah" bisik Rena.

Dengan satu tarikan napas Rena mengeluarkan kalimatnya, "Kar, kamu tadi nyebutin kan kalau aku itu nggak pantes buat Rama, ya katakanlah aku beda level sama kamu." Rena menjeda kalimatnya. 

"Sekarang gini, kalau kamu yakin aku levelnya jauh di bawah kamu, kenapa kamu harus pusing mikirin aku? Kamu takut kalah dari aku?"

Entah kenapa Rena jadi ikutan savage. Melly tersenyum bangga mendengar kalimat Rena barusan. Rena sudah berkembang, pikirnya.

"Gila apa gue takut sama lo."

"Yaudah, terus apa masalahnya?"

"Gue cuma...."

"Weeii weiiiii si Al berantem tuh sama Derry di kantin" belum sempat Karina melanjutkan kalimatnya tiba-tiba banyak siswa-siswi yang berbondong-bondong ke kantin.

"Kar, Derry berantem sama Al" kata Vey.

"Ih bisa-bisanya si Derry, ayo ke sana" ajak Karina pada kedua temannya.

"Dan buat lo Re, kita belum selesai" kemudian Karina dan teman-temannya pergi ke kantin.

.

.

Derry merupakan salah satu pemain inti tim basket SMA. Alasan kenapa Karina terlihat khawatir adalah karena Karina merupakan ketua official tim basket. Maka menjaga pemainnya agar tidak terkena masalah adalah salah satu tanggung jawabnya.

"Ayo Re" ajak Melly.

"Ke kelas kan?" tanya Rena dengan polosnya.

"Ke kantin lah."

"Ngapain? 10 menit lagi masuk loh."

"Hihhh, udah ayo lihat bentar, aku penasaran" Melly akhirnya menggelandang Rena menuju kantin.

Setibanya Rena dan Melly di kantin, ternyata Al dan Derry sudah dipisah oleh anak-anak di sana. Namun ada hal yang membuat Rena heran, Rama, pangeran putih SMA itu terlihat duduk santai menikmati sandwhich-nya. 

Padahal Derry adalah teman satu timnya, tidakkah Rama khawatir, pikir Rena. Namun jika dilihat dari hasil perkelahian, Derry mendapat luka yang lebih banyak dari Al. Terbukti kualitas Al dalam seni bela diri.

"Kalau gue sampai denger omongan lo kayak gitu lagi, gue nggak akan ngelepasin lo" kata Al sambil menatap tajam Derry.

Setelah mengatakan itu Al membalikkan badan hendak pergi, namun tiba-tiba Derry menyahut, "Gue nggak takut!"

Perkataan Derry kembali menyulut amarah Al. Dengan cepat Al membalikkan badan dan berusaha meraih Derry. Suasana kantin mendadak riuh kembali. Orang-orang berusaha sekuat tenaga menahan Al.

"Al... Al... Udah" seru seseorang yang memegangi Al.

"Lepas!" perintah Al.

"Al lo tenang" kata salah satu orang yang menahan Al.

"Lepas gue bilang!!!" bentak Al.

Orang-orang yang tadi menahan Al pun melepaskannya. Al kembali menata seragamnya yang kusut sambil menatap tajam Derry yang tak kenal takut. Sebelum lepas kendali lagi, Al memutuskan untuk berlalu meninggalkan kerumunan.

Semua orang menatap kepergian Al. Ada yang menghembuskan napas lega, ada yang geleng-geleng kepala, ada yang memandang kagum, lalu ada pula yang sedang gugup. Dan yang sedang gugup itu adalah... tentu saja Rena.

"Ini aku yang ge er, atau tadi emang dia natap ke aku ya" ucap Rena dalam hati.

 

Bersambung....

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Kisah Kita
2048      729     0     
Romance
Kisah antara tiga sahabat yang berbagi kenangan, baik saat suka maupun duka. Dan kisah romantis sepasang kekasih satu SMA bahkan satu kelas.
LARA
8636      2098     3     
Romance
Kau membuat ku sembuh dari luka, semata-mata hanya untuk membuat ku lebih terluka lagi. Cover by @radicaelly (on wattpad) copyright 2018 all rights reserved.
Bisakah Kita Bersatu?
615      353     5     
Short Story
Siapa bilang perjodohan selalu menguntungkan pihak orangtua? Kali ini, tidak hanya pihak orangtua tetapi termasuk sang calon pengantin pria juga sangat merasa diuntungkan dengan rencana pernikahan ini. Terlebih, sang calon pengantin wanita juga menyetujui pernikahan ini dan berjanji akan berusaha sebaik mungkin untuk menjalani pernikahannya kelak. Seiring berjalannya waktu, tak terasa hari ...
One Step Closer
2351      984     4     
Romance
Allenia Mesriana, seorang playgirl yang baru saja ditimpa musibah saat masuk kelas XI. Bagaimana tidak? Allen harus sekelas dengan ketiga mantannya, dan yang lebih parahnya lagi, ketiga mantan itu selalu menghalangi setiap langkah Allen untuk lebih dekat dengan Nirgi---target barunya, sekelas juga. Apakah Allen bisa mendapatkan Nirgi? Apakah Allen bisa melewati keusilan para mantannya?
Imperfect Rotation
155      136     0     
Inspirational
Entah berapa kali Sheina merasa bahwa pilihannya menggeluti bidang fisika itu salah, dia selalu mencapai titik lelahnya. Padahal kata orang, saat kamu melakukan sesuatu yang kamu sukai, kamu enggak akan pernah merasa lelah akan hal itu. Tapi Sheina tidak, dia bilang 'aku suka fisika' hanya berkali-kali dia sering merasa lelah saat mengerjakan apapun yang berhubungan dengan hal itu. Berkali-ka...
P.E.R.M.A.T.A
1873      933     2     
Romance
P.E.R.M.A.T.A ( pertemuan yang hanya semata ) Tulisan ini menceritakan tentang seseorang yang mendapatkan cinta sejatinya namun ketika ia sedang dalam kebahagiaan kekasihnya pergi meninggalkan dia untuk selamanya dan meninggalkan semua kenangan yang dia dan wanita itu pernah ukir bersama salah satunya buku ini .
Jual Jimat Anti Corona
334      212     1     
Short Story
Desaku mendadak ramai akhir-akhir ini. Rumah kakek tua yang disebut-sebut sebagai dukun sakti, kini dipadati pasien karena spanduk "Jual Jimat Anti Corona" terpajang di depan rumahnya. Ya Gusti, musibah macam apa lagi ini?
CHERRY & BAKERY (PART 1)
4241      1136     2     
Romance
Vella Amerta—pindah ke Jakarta sebagai siswi SMA 45. Tanpa ia duga kehidupannya menjadi rumit sejak awal semester di tahun keduanya. Setiap hari dia harus bertemu dengan Yoshinaga Febriyan alias Aga. Tidak disangka, cowok cuek yang juga saingan abadinya sejak jaman SMP itu justru menjadi tetangga barunya. Kehidupan Vella semakin kompleks saat Indra mengajaknya untuk mengikuti les membuat cu...
Kita
693      454     1     
Romance
Tentang aku dan kau yang tak akan pernah menjadi 'kita.' Tentang aku dan kau yang tak ingin aku 'kita-kan.' Dan tentang aku dan kau yang kucoba untuk aku 'kita-kan.'
Acropolis Athens
5335      2018     5     
Romance
Adelar Devano Harchie Kepribadian berubah setelah Ia mengetahui alasan mendiang Ibunya meninggal. Menjadi Prefeksionis untuk mengendalikan traumanya. Disisi lain, Aram Mahasiswi pindahan dari Melbourne yang lamban laun terkoneksi dengan Adelar. Banyak alasan untuk tidak bersama Aram, namun Adelar terus mencoba hingga keduanya dihadapkan dengan kenyataan yang ada.