Loading...
Logo TinLit
Read Story - Backstreet
MENU
About Us  

"Mark ada di dalam. Langsung masuk aja. Tadi anaknya masih tidur." Taeyeong mengangguk dan tak lupa mengucapkan terima kasih karena sudah menjaga Mark.

"Kamu udah mau berangkat? Nggak mau bareng kita aja?"

"Nggak usah, aku ada kelas pagi hari ini. Oh iya, aku udah buatin sarapan buat kalian, tolong dimakan dulu, ya? Jangan dibiasain nggak sarapan."

Taeyeong tersenyum kecil. "Pantesan berat badan Mark makin naik aja, dikasih makanan mulu."

"Biarin dia gembul kayak Shindong oppa, kan lucu."

"Sijeuni juga nggak akan protes. Seenggaknya anak itu nggak akan kehilangan kebucinan seorang Ivanka."

Wajahku langsung memerah mendengarnya. Demi mengalihkan topik, aku langsung menyuruh Taeyeong masuk.

Selain Taeyeong, ada Yuta, Haechan, dan Johnny yang ikut menjemput Mark.

"Kalian aku tinggal nggak masalah, kan?"

"Sepagi ini? Mau ke mana?"

"Kuliah, ada kelas pagi sampai siang. Jangan lupa sarapan dulu. Tinggal ambil di dapur. Bye."

Aku berpamitan. Ini bukan kali pertama aku menyerahkan apartemenku pada mereka. Toh, nanti alan dikunci lagi oleh Mark—karena cuma dia yang tahu password apartemenku.

Jam tujuh pagi, aku sudah harus ke kampus, dan jam makan siang nanti persiapan untuk diskusi lirik dengan Ten dan memastikan musik yang aku garap kemarin berfungsi dan siap didemokan.

Aku tidak mendapat posisi sebagai salah satu orang yang bekerja di dapur rekaman secara cuma-cuma. Awalnya, aku hanya seorang staff pembantu saja di ruang rekaman yang mengatur alur recording atau ketika ada kesalahan mixing, lalu atasanku sadar dengan kemampuan dan instingku dalam musik, lalu mengajukan namaku ke agensi. Aku sempat dites ini itu, dan akhirnya bisa bekerja langsung di studio didampingi beberapa mentor sebagai pengawas. Kontrak eksklusifku dengan SM nanti, setelah lulus kuliah.

πŸ‰πŸ‰πŸ‰

"Hai," sapa Ten begitu melihatku sudah stand by di studio.

Aku memutar kursi, kemudian tersenyum ke arahnya. Penghangat ruangan sudah kunyalakan sejak tadi, sehingga Ten tidak perlu menggunakan mantel tebalnya lagi.

"Jalanan lancar?"

"Lumayan sepi. Cuma ada gumpalan salju yang agak mengganggu. Dari jam berapa di sini?" Ten menerima minuman hangat yang kusiapkan. "Thanks for coffee."

"Dari jam dua belas, lepas kuliah langsung ke sini."

"Rajin banget. Ada kuliah hari ini? Jam berapa?" cibirnya. Aku tertawa.

"Jam tujuh pagi. Aku kabur duluan. Mark tidur di tempatku semalam, anak-anak 127 squad langsung jemput."

"Dia pasti kangen banget. Dasar bucin—no, kalian yang bucin, meskipun Mark yang lebih parah."

Kami berdua tertawa, atau lebih tepatnya hanya Ten yang tertawa puas. Aku hanya meringis membenarkan. Mark memang sebucin itu. Meski nggak rutin berkirim pesan, Mark lebih suka bertemu langsung atau video call. Dia juga super protektif. Namun, dia orang yang paling sabar dan lembut.

"Coba dibaca dulu, baru selesai semalam. Begadang, nih, demi kalian. Aku sampai nyuekin Mark."

Ten menerima partitur lirik. Membacanya dengan raut serius sambil sesekali mengerutkan kening atau mengangguk. Beginilah anak-anak SM terutama NCT, meski di luar kelihatan tidak bisa diatur, bar-bar, berisik, minim akhlak, tapi jika sudah urusan kerjaan, mereka bisa sangat serius.

Ten tampak menggaris bawahi beberapa part.

"Bagian ini rap, kan? Gimana kalau liriknya diubah jadi ini." Aku mendekat ke arahnya. Ten menulis lirik baru di atas tulisanku.

Aku menekan beberapa nada di keyboard, "Gimana kalau nada yang ini diubah. Coba dengerin ini."

Aku memainkan bait lagu tersebut dengan keyboard. Ten tampak berpikir sejenak.

"Masih bisa diubah? Kan aransemennya udah jadi."

Aku tersenyum miring, membuka folder lain, dan memainkan aransemen cadangan yang sengaja kubuat. "Aku buat dua versi. Iseng aja buat jaga-jaga."

Ten sempat menatapku tak percaya. Dia mendengarkan hasil aransemenku dan bertepuk tangan.

"Anak rajin emang. Pantesan SM berani nerima kamu sejak masih mahasiswa semester akhir. Habis magang langsung direkrut. Ini otak isinya apa, sih?"

Ten mendorong keningku pelan. Aku hanya bisa menyebik sebal. Kadang Ten emang sekurang asem itu.

"Don't touch her."

Aku dan Ten menoleh ke sumber suara. Melihat Mark di ujung pintu dengan dua minuman di tangannya. Senyumku mengembang.

"Mark."

Ten mendengus, kembali memainkan kepalaku, bermaksud mengejek Mark.

"Nih, toyor lagi. Posesif bener bocah ini."

"Aww—Mark," aduku saat Ten mencubit pipi.

"Heh! Pacarku itu. Orang, bukan boneka. Jangan main toyor. Kalau kepalanya lepas gimana?" Mark melotot, menggeser Ten untuk menjauh dariku dan mengelus aingkat bekas cubitan Ten.

"Ganti aja pakai kepala boneka salju."

Idol asal Thailand itu kemudian tertawa. Paling suka membuat Mark kelimpungan dengan cara menyiksaku.

"Mulutnya kok bisa cantik banget, sih?" cibirku. Pandanganku beralih ke Mark. "Bawa apa?" tanyaku.

"Susu hangat buat kalian." Mark memberi minuman tersebut. Aku menyesapnya perlahan.

"Ngapain ke sini? Bukannya kalian lagi syuting di depan?" tanya Ten. Pria itu kembali duduk di tempatnya, sedangkan Mark memilih berdiri di sebelahku.

"Lagi break, mampir sebentar bawain kalian minuman." Mark mengelus kepalaku. Ten bergumam terima kasih dan menikmati minumannya.

Mark memang baik, perhatian pada siapa saja. Dia bahkan sangat disayang oleh semua staff SM. Pemegang gelar trainee yang paling pekerja keras selama tiga tahun berturut-turut.

"Masih syuting dari pagi?" tanyaku. Mark mengangguk sambil tersenyum tipis.

"Gimana perkembangannya?" tanya Mark pada Ten.

Sebentar lagi WayV comeback mini album pertama. Dan aku dipercaya menggarap dua lagu mereka. Satu lagunya ditulis langsung oleh Ten dan aku.

"Masih diskusi here and there. Pacarmu labil banget." Ten mengeluh, yang tentunya cuma bercanda.

Aku meringis, "Nggak bakal aku acak-acak juga aransemen aslinya. Cuma lagi dapet ide aja semalem."

"Gara-gara Mark nginep, tuh."

Mark kemudian menatapku, "Kamu begadang lagi? Katanya kemarin aransemennya udah final."

"Mendadak pengin coba yang lain aja. No problem. Kamu nggak bisa lama kan, di sini?"

"Astaga, aku lupa. Aku balik ke depan dulu, ya." Mark tampak seperti cacing kepanasan.

Aku mengibaskan tanganku, mengusirnya, "Hush, hush."

"Kabarin kalau udah selesai." Tanpa menunggu jawabanku, Mark langsung menutup pintu.

Aku dan Ten berpandangan sejenak, lalu sama-sama mengendikkan bahu. Kami melanjutkan diskusi yang sempat tertunda.

To be continued...

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
RUANGKASA
41      37     0     
Romance
Hujan mengantarkan ku padanya, seseorang dengan rambut cepak, mata cekung yang disamarkan oleh bingkai kacamata hitam, hidung mancung dengan rona kemerahan, dingin membuatnya berkali-kali memencet hidung menimbulkan rona kemerahan yang manis. Tahi lalat di atas bibir, dengan senyum tipis yang menambah karismanya semakin tajam. "Bisa tidak jadi anak jangan bandel, kalo hujan neduh bukan- ma...
Replika
1700      779     17     
Romance
Ada orang pernah berkata bahwa di dunia ini ada 7 manusia yang mirip satu sama lain? Ada juga yang pernah berkata tentang adanya reinkarnasi? Aku hanya berharap salah satu hal itu terjadi padamu
Lost in Drama
1946      770     4     
Romance
"Drama itu hanya untuk perempuan, ceritanya terlalu manis dan terkesan dibuat-buat." Ujar seorang pemuda yang menatap cuek seorang gadis yang tengah bertolak pinggang di dekatnya itu. Si gadis mendengus. "Kau berkata begitu karena iri pada pemeran utama laki-laki yang lebih daripadamu." "Jangan berkata sembarangan." "Memang benar, kau tidak bisa berb...
Because I Love You
1305      733     2     
Romance
The Ocean Cafe napak ramai seperti biasanya. Tempat itu selalu dijadikan tongkrongan oleh para muda mudi untuk melepas lelah atau bahkan untuk menghabiskan waktu bersama sang kekasih. Termasuk pasangan yang sudah duduk saling berhadapan selama lima belas menit disana, namun tak satupun membuka suara. Hingga kemudian seorang lelaki dari pasangan itu memulai pembicaraan sepuluh menit kemudian. "K...
Kompilasi Frustasi
4213      1242     3     
Inspirational
Sebuah kompilasi frustasi.
To the Bone S2
390      283     1     
Romance
Jangan lupa baca S1 nya yah.. Udah aku upload juga .... To the Bone (untuk yang penah menjadi segalanya) > Kita tidak salah, Chris. Kita hanya salah waktu. Salah takdir. Tapi cintamu, bukan sesuatu yang ingin aku lupakan. Aku hanya ingin menyimpannya. Di tempat yang tidak mengganggu langkahku ke depan. Christian menatap mata Nafa, yang dulu selalu membuatnya merasa pulang. > Kau ...
Bittersweet My Betty La Fea
4579      1462     0     
Romance
Erin merupakan anak kelas Bahasa di suatu SMA negeri. Ia sering dirundung teman laki-lakinya karena penampilannya yang cupu mirip tokoh kutu buku, Betty La Fea. Terinspirasi dari buku perlawanan pada penjajah, membuat Erin mulai berani untuk melawan. Padahal, tanpa disadari Erin sendiri juga sering kali merundung orang-orang di sekitarnya karena tak bisa menahan emosi. Di satu sisi, Erin j...
Senja Belum Berlalu
4072      1440     5     
Romance
Kehidupan seorang yang bernama Nita, yang dikatakan penyandang difabel tidak juga, namun untuk dikatakan sempurna, dia memang tidak sempurna. Nita yang akhirnya mampu mengendalikan dirinya, sayangnya ia tak mampu mengendalikan nasibnya, sejatinya nasib bisa diubah. Dan takdir yang ia terima sejatinya juga bisa diubah, namun sayangnya Nita tidak berupaya keras meminta untuk diubah. Ia menyesal...
Give Up? No!
471      321     0     
Short Story
you were given this life because you were strong enough to live it.
Love Invitation
571      402     4     
Short Story
Santi and Reza met the first time at the course. By the time, Reza fall in love with Santi, but Santi never know it. Suddenly, she was invited by Reza on his birthday party. What will Reza do there? And what will happen to Santi?