Hai...
Akhirnya Moira sampai juga di bagian akhir *horay*. Jujur deh, aku mau bikin kalimat penutup tapi sampai hari ini, Jumat, 21 Mei 2021 aku gak tau mau nulis apa.
Bagi aku, Moira itu cerita yang paling berkesan sih. Dari awal aku bikin ide ceritanya, konsepnya mau bagaimana, riset sana sini, bikin story board sampe jadi naskah mungkin makan waktu dua tahunan. Buat aku yang baru pertama bikin cerita yang sedikit agak panjang, emang cukup rumit dan butuh trial error buat mengkonsepkan konflik sampe penyelesaiannya.
Aku bukan penulis profesional, atau penulis dengan segudang ilmu sastra. Bahkan buku-buku yang aku baca pun gak segudang penulis-penulis lain. Aku cuma menafsirkan perasaan aku ke dalam sebuah tulisan.
Mungkin banyak yang gak tahu, tapi Moira begitu berkesan bukan karena pembuatan ceritanya yang makan dua tahun, tapi juga hal-hal yang terjadi sepanjang 2019 lalu bener-bener aku tuangkan ke cerita ini. Tentang kasih sayang, tentang perjalanan mengikhlaskan, patah hati yang tidak melulu karena kekasih yang nyeleweng kemana-mana. Orang-orang yang baru beranjak dewasa kayak aku sangat kaget sih sama cara kerja semesta yang bikin nangis berkali-kali.
Kadang kita nangis bukan lagi karena pacar selingkuh, atau gebetan punya pacar baru, atau makanan-makanan yang kita harapkan tidak jualan di hari itu, tapi level patah hati yang lebih dari itu. Dengan kehilangan, belajar mengikhlaskan, berusaha bangkit, lalu dipatahkan lagi, dengan pola yang berulang, dan air mata yang sama di jam dua dini hari jadi perjalanan aku sampai berumur 25 tahun ini. Dan semua perasaan-perasaan itu aku tuangkan ke dalam cerita Moira.
Mungkin ada banyak dari kamu yang gak sadar, tapi kalau dari kamu ada yang merasakan perasaan yang ingin aku sampaikan, yaa terima kasih. Maaf maaf nih, aku masih belajar nulis, jadi belum sepintar itu menuangkan perasaan untuk sampai ke si pembacanya.
Semoga, Moira juga temenin kamu sepanjang 2020 kamu kemarin, kita semua pasti sudah sangat hafal apa yang terjadi setahun yang lalu. Sama kok, itu adalah perjalanan paling melelahkan seolah waktu di bumi dihentikan secara mendadak. Diem di rumah berhari-hari dengan pola yang sama itu tidak menyenangkan, sekolah di rumah sampai siang atau sore, kerja sampe sore belum malam-malam mungkin atasan telepon soal kerjaan ini itu, seolah rumah jadi bukan tempat nyaman untuk istirahat ya. Tapi, sialnya kita harus bertahan dengan hal itu, dan semoga kita kuat sampai bisa menceritakan kenangan ini suatu saat nanti dengan tawa yang lebih lega lagi. Dan semoga, Moira jadi satu tempat yang bisa temenin kamu di sela-sela sesaknya semesta ya.
Akhir kata, karena aku gak tau harus ngomong apalagi, aku gak bosen-bosen bilang terima kasih buat kamu yang baca Moira sampai tulisan ini. Aku minta maaf kalau masih banyak kekurangan, dan semoga aku bisa bikin cerita-cerita yang lainnya. Makasih untuk viewsnya yang sejujurnya bikin aku gak percaya π likenya dan apresiasi lainnya. Stay healthy, tetap semangat menjalani hari, dan I Luv You π Sampai ketemu lagi di cerita selanjutnya~
Salam Hangat,
Cintikus π
@sylviayenny thank youuuu :)
Comment on chapter #1