Universitas Seni Musik, tahun pertama
Lagi, Ji Hoon menghabiskan 24 jam penuh di kamar tidur yang sudah berubah menjadi studio musik pribadinya. Ponsel yang ia abaikan menunjukkan banyak jumlah missed call dan pesan yang belum terbaca, tetapi Ji Hoon tidak peduli. Karena ia tau, Soonyoung tidak menghubunginya…
Telepon dan pesan singkat dari Soonyoung hanya berlangsung beberapa bulan pertama semenjak Soonyoung menginjakkan kaki di Amerika, dengan frekuensi yang semakin berkurang. Ji Hoon bahkan menyadari Soonyoung tidak pernah menelponnya terlebih dulu. Semua telepon dan pesan singkat selalu dimulai dari Ji Hoon. Dan meski Ji Hoon mencoba mengerti, menelan semua pertanyaan dan rasa sakit hatinya pada kelakuan Soonyoung, Ji Hoon tetap mencoba mengirim pesan singkat meski hanya sekedar ‘Sedang sibuk?’, dan Soonyoung benar-benar berhenti membalas pesan singkatnya sejak dua bulan lalu.
Lamunan Ji Hoon buyar saat pintu kamarnya terbuka lebar, menampilkan Seungcheol yang masuk ke kamarnya meski tanpa ijin.
“Ayo makan!” Seungcheol meletakkan beberapa porsi makanan yang dibelinya; dua porsi saja tidak akan cukup untuk dua pemuda itu.
Ji Hoon tersenyum lebar dan mengangguk. Ia merasa beruntung memiliki senior seperti Seungcheol, dan di saat bersamaan merasa bersalah untuk membuat seniornya itu repot menjaganya.
“Kau tidak membalas pesan singkatku. Setidaknya kau harus mengangkat telepon sekali-kali.” Seungcheol terus mengomel, dan Ji Hoon hanya mengangguk dan tertawa kecil.
***