Seoul, tahun ajaran baru, 2001
Halaman SMA sudah dipenuhi dengan stand para senior yang sibuk mempromosikan club mereka untuk para junior yang baru bergabung di sekolah mereka. Tak hanya di halaman dan lapangan olahraga, para senior juga berkeliling membagikan selebaran di koridor-koridor kelas satu, melewati kelas Jun Su yang hampir kosong.
Hanya ada beberapa anak yang tinggal di kelas itu dan mengobrol dengan teman barunya, sementara sebagian besar sudah berkeliling memngikuti kemeriahan awal SMA mereka. Namun Jun Su hanya duduk diam di mejanya; tidak mempedulikan sekelilingnya. Ia mendengarkan musik melalui earphones putihnya yang sukses memblokir dirinya dari suara kemeriahan di luar
dan fokus pada bukunya. Jun Su juga sukses memberikan pesan ‘tidak ingin diganggu’ pada siapa pun yang melihatnya.
Tidak, Jun Su tidak membaca buku tebal itu. Ia sedang memikirkan pekerjaan apa yang cocok untuknya di Hamufield. Setiap pelajar SMA akan mencari pekerjaan sambilan di sana. Jae Joong sudah menjadi koki handal di rumah makan milik penginapan Duke, sementara Yun Ho menjadi bartender di tempat yang sama.
“Hei, bagaimana hari pertamamu?” Jun Ho menyapa dengan riang saat melihat Jun Su memasuki ruang tengah. “Wah, kau terlihat dewasa dengan seragam SMA.” Jun Ho memandang Jun Su dari ujung rambut hingga ujung kaki, dan kembali ke ujung rambut.
Jun Su hanya tersenyum, “Baik-baik saja.”
Jun Ho mengerutkan alisnya. “Hanya itu?”
Jun Su mengangguk, masih dengan senyum kecil di wajahnya.
“Jun Su, selamat ya!” Ri In yang duduk nyaman di rangkulan Jun Ho tersenyum lebar, menunjukan deretan gigi putihnya yang rapi. Jun Su hanya menggumamkan ‘terimakasih’ dengan suara pelannya.
“Teman-teman barumu menyenangkan? Ada gadis cantik yang membuatmu tertarik?” Jun Ho kembali bertanya, berharap adik satu-satunya itu akan berbagi sedikit cerita.
Jun Su hanya melemparkan senyum dan menggeleng. Jun Su bahkan tidak berkenalan dengan satu orang pun hari ini.
Jun Ho hanya bisa terdiam dengan harapannya yang pupus, sementara Jun Su sudah berjalan pelan menuju kamarnya.
Jun Ho menghela nafasnya dan kembali bersandar di sofa, melingkarkan kembali lengannya besarnya pada Ri In.
“Aku tidak mengerti kenapa ia sangat pendiam.” Jun Ho menggumam pelan.
Ri In tersenyum simpatik, “Jangan putus asa. Mungkin suatu hari dia akan terbuka padamu.”
“Hmm, mungkin…” Jum Ho menggumam, lebih pada dirinya sendiri, Matanya yang persis seperti milik Jun Su menatap kosong pada meja kecil di hadapannya.
Jun Su membanting tubuhnya ke kasur. Matanya terpejam, namun suara-suara sudah memenuhi kepalanya karena ia belum juga menemukan pekerjaan yang kira-kira cocok untuknya.
‘Pukul berapa sekarang di Hamufield? Apa Jae Joong sudah tidur?’ Jun Su benar-benar memerlukan saran Jae Joong. Ia menyesal tidak memikirkan hal ini jauh-jauh hari. Ia terlalu sibuk dengan pertandingan bolanya.
Jun Su masih menimbang-nimbang untuk tidur dan kembalai ke Hamufield atau tidak saat ia mendengar pintu kamarnya terbuka. Jun Su segera membuka matanya dan melihat ibunya.
Nyonya Kim tersenyum dan segera menghambur masuk ke kamarnya dengan wajah yang cerah. Ia terlihat bersemangat dengan senyum lebarnya. Matanya yang bersinar terfokus pada Jun Su, seperti seekor burung elang yang melihat mangsanya.
“Bagaimana hari pertamamu?” suara Nyonya Kim terdengar buru-buru, tidak sabar untuk mendengar cerita anak bungsunya.
Jun Su segera duduk dan memasang senyum manisnya.
“Kau sudah mendapat seseorang yang cantik seperti Ri In?”
Oh, astaga. Itu lagi. Jun Su sudah benar-benar bosan dengan pertanyaan itu. Seseorang yang cantik seperti Ri In, seseorang yang baik seperti Ri In, seseorang yang manis seperti Ri In, semua hal baik mengenai Ri In.
Tapi tidak, Jun Su tidak memutar bola matanya atau menghela nafas. Jun Su tetap memasang senyum manisnya sambil menggeleng pelan.
Nyonya Kim menghela nafasnya, “Carilah pelan-pelan. Kau pasti akan menemukan orang seperti Ri In.”
Jun Su kembali tersenyum dan mengangguk. Ia harus membiasakan diri dengan pertanyaan ibunya yang baru. Sejak Jun Ho memperkenalkan Ri In, Nyonya Kim benar-benar bersemangat. Ya, tentu saja, Ri In sebagai pacar Jun Ho berarti anak perempuan untuk Nyonya Kim.
Jun Su terlalu menyayangi ibunya untuk bisa marah atau membenci Nyonya Kim. Jun Su bahkan tidak pernah menyalahkan Nyonya Kim untuk memperlakukannya seperti anak perempuan; ia menyalahkan dirinya sendiri untuk tidak terlahir sebagai seorang perempuan.